•Janji mama•

1.4K 160 81
                                    






Yuna duduk di samping sang anak, di genggamnya lembut jemari Devian yang terbebas infus.

Menciumi tangan sang anak dengan lembut. "Ian... Mama disini, Ian mau liat mama kan? Ian mau di peluk mama kan? Bangun sayang, jangan hukum mama dengan ini.." Yuna berucap pelan, air matanya kembali menetes menatap wajah lebam Devian yang sudah di obati.



"Ma... Makan dulu yuk, mama belum makan dari pagi." Galuh berdiri di samping Yuna. Adik-adiknya sudah ia suruh makan di kantin rumah sakit, biar nanti ia yang menjaga Devian.

"Galuh duluan aja ya, mama mau jagain Ian, mama takut Ian kenapa-kenapa lagi." Ucap Yuna menoleh pada Galuh.

"Biar Galuh yang jaga Ian, mama makan ya.." Yuna menggeleng, menolak Tawaran dari Galuh,

"Mama mau disini dulu Galuh nanti kalo mama laper juga mama makan, kamu dulu aja yang makan ya." Ucap Yuna tetap pada pendiriannya.

Galuh Mendesah pelan, "Yaudah kalo gitu Galuh juga bakal di sini, jagain Ian.." balas Galuh, berjalan menuju sofa yang tersedia di ruang rawat VVIP Devian.



Yuna menggeleng pelan, membiarkan Galuh bertingkah semaunya. Lalu Ia kembali sibuk dengan Devian yang masih setia memejamkan matanya.

"Ian kamu liat Abang mu itu, sudah seperti zombie tapi seenaknya, kamu bangun dan suruh Abang mu mandi ya nak..." Kata Yuna pelan, tangan satunya mengelus rambut Devian lembut.

"Maafin mama nak, sekarang mama sudah ikhlas dengan kepergian papa, dan kamu sama sekali gak salah Ian, mama yang salah karna sudah meninggalkan kalian dan menyalahkan Ian, maaf nak..." Yuna berucap dengan penuh penyesalan, wajahnya sendu akan rasa bersalah yang besar pada sang anak.

"Mama janji, setelah Ian membuka mata, mama akan selalu di sisi kamu nak. Mama gak akan ninggalin kalian lagi... Mama janji Devian, jadi kamu bangun ya sayang..." Yuna menunduk, memejamkan matanya dan mencium punggung tangan Devian dengan lembut dan lama.







"Eung..."







Sebuah lenguhan menyadarkan Yuna juga Galuh yang duduk di sofa, dengan cepat Galuh mengambil langkah untuk mendekati ranjang pesakitan milik Devian.

"Ian, sayang ini mama nak..." Yuna mencondongkan tubuhnya agar lebih dekat pada Devian, yang tengah membuka matanya perlahan.

Devian Mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan penglihatannya.





"Ian, ini bang Galuh. Adek bisa denger Abang?" Ucap Galuh saat merasa ada yang tak beres pada Devian.

Devian mengangguk, tangannya mencari keberadaan Galuh.

"Ian bisa denger, tapi bang Galuh dimana? Kenapa gelap? Lampunya di matiin Izal? Bang nyalain lampunya, Ian takut." Suara Devian terdengar bergetar, tangannya meraba ke atas, matanya menatap kosong ke depan.

Jantung Galuh seperti berhenti berdetak mendengar ucapan Devian, begitupun Yuna yang terdiam dengan rasa takut di hatinya.

Galuh dengan cepat meraih tangan itu dan di genggamnya erat.

"Devian, Abang di sini, di samping kamu. Kamu lihat Abang Ian." Ucap Galuh sembari terus menggenggam tangan Devian erat, tangan satunya menuntun wajah Devian agar menatap kearahnya.

Devian menggeleng ribut, tangannya membalas genggaman Galuh.

"Gak bisa! Ini kenapa?! Ian takut, bang Galuh!" Galuh meraih tubuh itu untuk di peluk, menyalurkan ketenangan agar Devian tak memburuk kondisinya.

ADITAMA • SuperM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang