•Ketahuan•

1.2K 159 35
                                    

Rizal terbangun lebih awal dari biasanya, menoleh ke samping mendapati wajah Devian yang terlelap.

Menatap wajah damai itu lama, hingga mendapati sebuah keanehan dalam wajah sang adik.

Terdapat setitik noda merah pada hidung Bangir Devian, ia buru-buru mengambil posisi duduk dan membangunkan Devian.

"Yan bangun! Yan lu mimisan!"

Devian mengerjapkan matanya pelan, mata sayunya menatap Rizal yang kini juga menatapnya khawatir.

"Eung?" Devian mendengung, jarinya menyentuh bawah hidungnya yang terasa basah.

Menatap kaget pada jarinya yang terdapat cairan berwarna merah di sana. Lantas mengambil posisi duduk di bantu oleh Rizal.

"Kenapa bisa mimisan gini? Pusing gak?" Tanya Rizal Khawatir, mengambil Tisu yang berada di atas nakas.

Devian menggeleng pelan, membiarkan Rizal membersihkan bekas darah pada hidungnya.

"Sejak kapan, hm? Terakhir gue liat lu mimisan dua bulan lalu." Ujar Rizal sembari membersihkan noda darah di hidung Devian menggunakan Tisu. "Untung darahnya udah berhenti." Gumam Rizal.

"Ini juga pertama kali di bulan ini, sejak dua bulan lalu juga udah jarang mimisan lagi." Jawab Devian, membersihkan jarinya yang tadi terkena darah menggunakan tisu yang di berikan Rizal.

"Hari ini jangan dulu sekolah, jadwal check up kapan?"

Devian mengangguk mengiyakan lalu menjawab "bulan depan."

"Obatnya masih ada kan?"

"Masih."

"Gue ambil air dulu biar bisa minum obat." Ucap Rizal seraya membereskan beberapa bekas tisu, lalu berdiri berjalan menuju pintu.

"Zal! Jangan bilang soal ini sama Abang.." panggil Devian menghentikan langkah Rizal yang sudah berada di depan pintu.

Rizal sedikit menoleh menatap Devian, "ya." Ucap Rizal kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.

Sepeninggal Rizal, Devian menunduk menyentuh tengkuknya yang terasa dingin, menghela napas panjang sebelum akhirnya menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang.


Ting!



Menoleh ke arah nakas saat mendengar bunyi notifikasi dari ponsel Rizal.


Mama✨
Izal sudah bangun?


Devian tertegun melihat nama yang tertera di ponsel pintar Rizal. Jantungnya berdegup kencang, mengundang rasa sesak pada dadanya.

Bukan, ini bukan karna penyakitnya tapi perasaan lain yang muncul membuat sesak itu seakan menyakitkan.

Baru saja tangannya akan mengambil ponsel Rizal yang ada di atas nakas, suara pintu terbuka mengalihkannya.

"Udah bangun? Tumben, Izal mana?"

Rey Muncul dari balik pintu yang ia buka, bertanya saat tak mendapati Rizal di dalam kamar.

"Izal ke bawah." Jawab Devian seadanya.

"Mm, hari ini jangan sekolah dulu ya takutnya kambuh lagi kek kemaren, besok aja ya sekolahnya." Ucap Rey di balas anggukan dari Devian.

"Kalo gitu Abang ke bawah, kamu nanti turun buat sarapan." Lanjut Rey

Lagi, Devian hanya mengangguk sebagai jawaban.

Melihat jawaban dari Devian, Rey lantas berbalik setelah menutup pintu.



Terperanjat kaget saat mendapati Rizal berdiri di depannya sembari membawa segelas air juga piring berisi roti.

ADITAMA • SuperM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang