•Rumah sakit•

1.7K 190 54
                                    






Yoga menunduk dalam, cairan bening keluar dari matanya, mengingat kalimat Devian yang di tunjukkan padanya.

Sejahat itu ia pada sang adik, hingga membuat adiknya sehancur ini.

Ia yang paling dekat dengan sang adik, ia yang selalu mendengar keluh kesahnya, ia yang berjanji untuk menjaga sang adik dan tidak akan membiarkan siapapun melukainya atau membuat sang adik menangis.

Tapi kini ia malah menjadi salah satu alasan dari luka sang adik.

Yoga mengusak kepalanya frustasi, dalam hati ia tak henti berdoa untuk kebaikan sang adik di dalam ruangan putih itu.


Deritan pintu terbuka menampilkan brankar Devian yang tengah di dorong oleh beberapa perawat menjauh dari IGD.

Yoga dan yang lain lantas mendekati dokter yang baru keluar setelah brankar Devian di dorong, namun berbeda dengan Yuan yang mengejar mengikuti brankar Devian.

"Dok adik saya mau di bawa kemana? Adik saya baik-baik aja kan?" Tanya Galuh kelewat cemas.

Sang dokter hanya tersenyum maklum mendengar pertanyaan Galuh.

"Adik anda kami pindahkan ke ruang rawat terlebih dahulu." Kata sang dokter

"Tapi adik saya baik-baik aja kan dok?" Rey bertanya cemas, Memastikan.

"Untuk sementara ini keadaan pasien bisa di bilang cukup baik, tapi sekali lagi untuk mengetahui lebih lanjutnya silahkan keruangan saya." Ucap sang dokter membuat semua yang ada di sana menghela napas lega.

"Kalau begitu silahkan diantara kalian bisa ikut dengan saya." Lanjut sang dokter, menatap satu persatu dari mereka.

"Saya dok!" Ucap Galuh mengajukan diri.

"Baik kalau begitu, mari ikut saya." Ucap sang dokter berjalan menuju ruangannya di ikuti Galuh.



















.




















Yuan menggenggam salah satu tangan dingin Devian yang terbebas dari infus, menciuminya dengan lembut, melirihkan kata maaf dalam tangisnya.

Rasa bersalah kian muncul semakin besar pada sang adik.

"Ian... Maaf.." lirih Yuan sembari menciumi tangan Devian lembut.

"Abang salah... Bang Yuan memang salah... Udah bikin kamu sedih... Abang salah karna udah nyakitin kamu dek..."

Air matanya turun deras seiring ia menatap wajah sang adik yang kini terlelap damai, dengan masker oksigen yang terpasang pada hidung sang adik.

Satu hal yang Yuan takuti setelah buah, adalah kehilangan orang tercintanya.

Ia tau bagaimana rasanya kehilangan orang tersayang, dan ia tidak ingin mengulangi rasa sakit itu.

Dan ia benci berada dalam posisi ini, ia benci melihat adik atau kakaknya terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

Dan yang paling ia benci adalah ketika ia tau, alasan orang tercintanya terbaring di tempat ini adalah dia.





Dan dia benci pada dirinya sendiri.

















.

















"Seperti yang Anda tau, bahwa penyakit ini tidak bisa di sembuhkan tapi saya sarankan untuk Devian menjalani kemoterapi atau transplantasi sumsum tulang belakang, untuk memperpanjang kehidupannya." Jelas dokter Rehan

ADITAMA • SuperM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang