✨Spesial Lebaran✨

1K 133 6
                                    

Galuh ✨ 18thn
Dimas ✨17thn
Rey ✨ 16thn
Yoga ✨ 15thn
Yuan ✨ 14thn
Rizal ✨ 11thn
Devian ✨ 11thn

Galuh menata beberapa makanan di meja makan di bantu Dimas dan Yoga, sedangkan Rey dan Yuan menyiapkan beberapa kue lebaran di ruang tamu.

setelah sholat Ied dan bersilaturahmi dengan para tetangga, mereka kini tengah menyiapkan makanan dan beberapa kue, siapa tau nanti akan ada yang bertamu.

"Yoga tolong panggilin Izal sama Ian ya." Ucap Galuh pada Yoga yang langsung mengiyakan dan berjalan menjauh untuk menuju kamar si kembar.






"Dek turun yuk makan!" Ucap Yoga saat sampai di depan pintu si kembar.

"Hiks... Ian udah ya nangisnya aku juga ikutan nangis nih.. hiks!"

Sayup-sayup Yoga mendengar Isak tangis keduanya, perlahan ia membuka pintu, menampilkan dua adiknya yang tengah menangis sambil berpelukan.

"Kalian kenapa?" Buru-buru Yoga menghampiri.

"Dari tadi Ian nangis terus bang, hiks!" Ucap Rizal dengan Isak tangisnya, melepaskan pelukannya pada Devian.

"Dek kenapa? Kok nangis ini hari raya gak boleh sedih." Ucap Yoga berjongkok di depan Devian yang duduk di atas ranjang.

"Adek kangen papa hiks! Kangen mama..." Ucap Devian, air matanya turun deras membasahi kedua pipinya.

Yoga tertegun sesaat, memang lebaran tahun ini berbeda dari tahun biasanya, tanpa papa tanpa mama.

Papa Agung meninggal sebulan sebelum bulan Ramadhan, akibat kecelakaan yang menimpanya dan juga Devian, beruntung Devian bisa selamat dan bisa keluar dari mobil, sedangkan Papa Agung terjebak di dalam mobil yang akhirnya meledak.

Tidak hanya itu, seminggu setelah kematian sang papa, mama memutuskan pergi dari rumah, tidak terima dengan kematian sang suami dan malah menyalahkan sang anak yang juga terlibat dalam kecelakaan, bahkan saat Devian baru bangun dari komanya selama lima hari, mama Yuna tidak segan-segan memarahinya.

Yoga yang saat itu melihat langsung bagaimana sang Mama memarahi bahkan membentak sang adik merasa kesal sekaligus tidak percaya mamanya bisa melakukan itu, pasalnya mama Yuna amat sangat jarang memarahi anak-anaknya hingga membentaknya.

Yoga meraih Devian untuk di peluk, menepuk punggung sang adik pelan, dan membisikan kata-kata penenang

"Udah ya dek gak usah nangis, nanti kita ziarah di makam papa ya? Kamu jangan nangis lagi..." Ucap Yoga tidak lupa mengelus rambut Devian lembut.

"Mama... Adek salah, adek minta maaf hiks..." Lirih Devian ketika mengingat sang mama.

"Kamu gak salah... Mama pasti udah maafin kamu kok." Ucap Yoga mengeratkan pelukannya pada Devian.

Rizal mengangguk, tangannya mengusap sisa air mata pada pipinya. "iya Ian, mama kan baik mana mungkin gak maafin kamu." Ucap Rizal.

Yoga melepaskan pelukannya, menatap Devian lembut. "Dek... Kematian papa tentu bukan salah kamu, Mama cuma belum bisa menerima kematian papa karna mama terlalu sayang sama papa. Percaya deh sama Abang suatu saat pasti mama bakal balik lagi sama kita, mama juga tentunya udah maafin adek. Jadi berhenti nyalahin diri kamu sendiri ya..." Ucap Yoga lembut, tangannya mengusap pipi Devian, menghapus air mata yang masih menetes dari pelupuk mata bulat Devian, walau tak sederas tadi.

"Sekarang kita turun yuk! Katanya om bro bakal kesini sama Tante Tifa, adek seneng kan?" Lanjut Yoga

"Om bro?" Tanya Devian lirih, hidung serta matanya memerah karna terlalu lama menangis.

ADITAMA • SuperM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang