✨spesial chap✨

1.4K 143 35
                                    

Yuna mengelus batu nisan yang bertuliskan nama orang yang tersayangnya, ia tidak menangis. Justru bibirnya membentuk senyum lembut namun tak bisa di pungkiri rasa sesal dan sedih ia rasakan.

Di sampingnya ada Galuh yang menemaninya, sedangkan Rey berdiri di belakang bersama Dimas.

"Sudah lama ya, mama gak kesini... Rasanya rindu sekali." Yuna berucap lembut tangannya setia mengelus batu nisan itu.

Ketiga anaknya diam tak menjawab perkataan Yuna.

"Mama baru bisa kesini setelah mama siap dengan semuanya." Ujar Yuna, menunduk sebentar saat cairan bening terasa pada pelupuk matanya, lalu kembali mendongak dan tersenyum sedih. "Maaf ya mas..."

"Aku pernah jadi manusia paling bodoh, karna membenci anak ku sendiri. Aku bahkan pernah menyalahkan Tuhan atas pergi mu..." Lirih Yuna.

"Tapi sekarang aku sudah ikhlas mas, aku menerima kepergian mu, dan aku akan menebus rasa bersalah ku pada anak kita."

"Dan kini kita menjadi keluarga yang mas harapkan dulu, aku berjanji aku akan selalu ada untuk keluarga kita. Dan mas Agung, tolong jaga kita dari sana ya." Ujar Yuna pelan, lalu mengecup lama batu nisan milik suaminya.

"Aku sayang kamu mas..." Lirihnya sembari menjauhkan tubuhnya dari batu nisan sang suami, mengelusnya pelan sebelum akhirnya berdiri dan membersihkan bajunya pelan.

"Udah ma?" Tanya Galuh yang ikut berdiri di samping Yuna.

Yuna mengangguk, lantas menoleh kebelakang tempat Dimas dan Rey berdiri.

"Kita pulang sekarang, kasian Ian nunggu di mobil, nanti malah ribut mereka berempat di mobil.." Kata Yuna, mengingat ke empat anaknya yang lain menunggu di dalam mobil.

Ketiga anaknya mengganguk, dengan begitu mereka berempat meninggalkan area makam, menuju tempat mobil mereka terparkir.


















.






























"YANG SAMPAI TERAKHIR TRAKTIR BAKSO 10!!" Rizal berteriak sembari berlari mendahului saudaranya yang juga ikut mengejarnya.

Sekarang mereka sedang berada di taman dekat komplek, setelah dari pemakaman, Devian yang awalnya terlihat lelah malah meminta semuanya untuk singgah ke taman tempat ia biasa bermain.



"YESSS GUE MENANG!! RIZAL TRAKTIR GUE BAKSO SAMA YANG LAIN!!" Sorak Yuan senang, sedangkan Rizal malah cemberut tidak terima, ini dia-kan yang ngasih taruhan kenapa malah dia yang kalah?!

"Ck! Curang bang! Lu tadi dorong gue kan?!" Kesal Rizal pada Yuan, dia merasa di curangi karna tadi Yuan sempat mendorongnya.

Yuan mulai akan menjawab saat tiba-tiba tangan besar Dimas membekapnya kencang.

"Yuan berisik! Jangan mulai perdebatan tak berfaidah! Biar bang Galuh yang traktir!" Kata Dimas membuat Galuh melotot tak setuju, sial dia diem aja perasaan.

"Apaan! Gak ya! Enak aja gue kan gak ikutan lari!" Protes Galuh, yang malah di Respon gelengan kompak dari adiknya.

"Galuh jangan marah-marah~ takut nanti lekas tua~ eh, emang udah tua ya?" Nyanyian Rey, mengundang tawa untuk semuanya kecuali Galuh yang sudah mengambil ancang-ancang akan mengejar Rey.

Melihat itu Rey dengan segara berlari menghindari Galuh.

"KABURR"







Yuna menggeleng tak habis pikir, mereka sudah pada besar kenapa tingkahnya masih seperti anak-anak.

Tapi biarlah, toh dia senang melihat anaknya akur seperti itu.

ADITAMA • SuperM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang