LSoBT ~ 4

501 55 0
                                    

Panti Asuhan Candralyc adalah panti yang dibangun oleh pasutri Hardi-Ummu Salamah. Pasutri tersebut membangun panti asuhan sejak mereka menemukan kebahagiaan berupa putri angkat, Bulan Alycia. Nama panti pun diambil dari nama belakang sang putri angkat dan kata candra yang artinya bulan. Makna utuhnya adalah, Bulan Alycia adalah sinar kebahagiaan bagaikan bulan di langit. Sinar kebahagiaan bagi almarhum Hardi Santoso dan Ummu Salamah.

Bulan Alycia adalah anak angkat Ummu Salamah dan almarhum Brigadir Hardi Santoso. Mereka menemukan gadis cantik itu sejak 16 tahun yang lalu. Bulan kecil waktu itu masih berusia 2 tahun, dan ditemukan berada di jalanan. Waktu itu, Bulan hampir saja diculik jika almarhum ayah angkatnya tidak mencegahnya. Bulan kecil, lama-kelamaan tumbuh menjadi muslimah dewasa yang saat ini berusia 18 tahun. Saat ditemukan dulu, Bulan diduga beragama Kristen, melihat kalung salib yang dikenakan gadis kecil itu. Namun, berkat Ummu Salamah dan suaminya, Bulan masuk Islam dan hidup bahagia bersama keluarga kecilnya.

Usia Bulan masih sangat belia untuk kehilangan. Saat usianya baru 4 tahun, sang ayah angkat meninggal dunia di medan tugas. Saat itu, panti belumlah dibangun. Hanya sebuah rencana oleh pasutri tersebut. Saat sang suami meninggal, barulah Ummu Salamah mendirikan panti sesuai amanah Hardi. Dan, di sinilah panti itu berdiri. Jalan Edelweiss no. 15. Sebuah panti berpenghuni 64 kepala, termasuk Bulan sang sang Umi. Mayoritas adalah anak-anak mulai dari yang belum sekolah, sampai sekolah dasar. Namun, ada juga yang masih SMP dan SMA seperti Bulan. Ada juga yang sudah kuliah dan bekerja.

Arya Dwi Mahendra. Pria yang sudah sangat dekat dengan keluarga angkat Bulan. Pria itu juga sering berkunjung ke panti, terutama saat sang mama tengah ingin ke sana. Panti sudah seperti rumah bagi Arya. Tak jarang juga dia menginap di sana. Nando Ferdian, pria berusia 22 tahun itu adalah yang tertua kedua di panti. Dia bertanggungjawab atas kebutuhan adik-adiknya. Bekerja sambil kuliah ia lakukan demi mereka.

Begitu juga dengan Fery Aldiansyah. Pria berusia 27 tahun yang sebentar lagi akan menikah. Dia juga masih bekerja untuk panti tempat tinggalnya. Bulan pun demikian. Dia menjadi yang tertua ke-3 setelah Nando dan Fery. Bulan juga harus mencari uang dengan kerja paruh waktu. Ummu Salamah selaku pemilik dan penjaga panti juga bekerja. Dia berprofesi sebagai guru di sebuah sekolah dasar swasta.

"Assalamualaikum," seru Bulan. Para adik panti yang tadinya asik bermain pun mengalihkan pandang ke gerbang masuk yang ukurannya hanya sebatas perut orang dewasa. Terlihat Bulan dan Arya yang baru masuk sembari menenteng dua kantung keresek. Pasti berisi makanan ringan. Dengan senang, mereka langsung berlari dan berkumpul di depan Bulan. Tak lupa, sebelum itu, mereka mencium punggung tangan Bulan dan Arya. Itulah adab yang diajarkan. Hormat pada orang yang lebih tua.

"Waalaikumussalam, Kak Bulan dan Kak Arya," seru mereka semua. Senyum Bulan dan Arya pun terbit. Kebahagiaan itulah yang selalu mereka rindukan.

"Kakak bawain kalian jajan banyak. Dibagi yang rata, ya, semuanya?" ujar Bulan. Dia menyerahkan kantung tersebut pada Andin, seorang gadis berusia 13 tahun yang masih duduk di bangku SMP.

"Terima kasih, Kakak!" Bulan dan Arya menanggapinya dengan senyum. Senyum tipis yang Arya tunjukkan tentunya.

"Ayo masuk, Ar!" ajak Bulan. Mereka berdua pun masuk ke panti. Dikelilingi oleh anak-anak menjadikan Bulan merasakan menjadi seorang ibu rumah tangga. Mengurus mereka, menenuhi keperluan mereka, hingga membatu apa yang mereka butuhkan. Tentunya tidaklah mudah. Arya juga merasakannya.

"Gue ke toilet." Setelah mendapat anggukan dari Bulan, pria sedingin kulkas itu berlalu menuju toilet. Sedangkan Bulan langsung menuju ke kamarnya untuk berganti pakaian.

10 menit berlalu. Bulan sudah kembali dari kamarnya. Di ruang 1, tepatnya ruang berkumpul, Bulan bisa melihat Arya dan adik-adik panti tengah bermain bersama. Tentu saja hal itu membuat Bulan tersenyum. Bersamaan dengan senyum yang terbit, Arya juga menoleh ke arahnya. Sedetik, ia terpesona oleh senyum manis itu. Detik berikutnya, ia kembali sadar. Bulan adalah temannya, ia tak boleh melihat lebih dari itu.

Love Story Of BuTa (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang