"Aku sedikit trauma, tapi mereka tak boleh sampai tahu. Biar aku yang menahannya, meski nanti akan terbongkar juga."
Bulan Alycia
🕊🕊🕊
Panti Asuhan Candralyc, Bulan menginap di tempat itu semalam. Setelah pulang sekolah, harusnya dia dijemput oleh Maria. Namun, Bulan menolak dan memilih meminta Fery untuk menjemputnya. Bulan juga sudah izin untuk menginap di panti kepada mamanya. Maria sempat melarang karena Bulan baru saja sehari tinggal bersamanya. Namun, Maria akhirnya paham, bahwa Bulan masih butuh adaptasi. Jadi, ia membolehkan sang putri sulung menginap di rumah Salamah.
Lain lagi dengan reaksi Fery saat ia menjemput adik angkatnya. Pria dua puluh tujuh tahun itu dibuat terkejut dengan keadaan Bulan. Gadis yang selalu tersenyum, tampak sedih saat itu. Kerudungnya sedikit berantakan, padahal gadis itu sangat cinta kerapian. Fery sudah bertanya, tapi jawaban Bulan hanyalah menangis. Pria itu tak bisa memeluk atau menenangkan dengan kontak fisik, karena mereka bukan mahram. Alhasil, Feri hanya bisa menenangkan sang adik dengan kata-kata lembutnya.
Hari sudah pagi, tapi Bulan masih belum keluar kamar. Bahkan, subuh tadi, gadis itu tak membangunkan Salamah untuk salat. Ketika sang umi ingin mengajaknya salat bersama, gadis itu mengatakan bahwa sedang haid. Itu tak jadi masalah. Sekarang, yang membuat bingung adalah tidak adanya si muslimah di meja makan. Adik-adik panti, Salamah, dan Nando--kakak kedua Bulan--sudah siap untuk sarapan. Fery? Pria itu sudah berangkat ke kantor pagi-pagi. Atasannya meminta Fery untuk menghadiri rapat penting.
"Mi, Bulan kok belum keluar? Dia juga mau ke sekolah, 'kan?" tanya Nando.
"Umi juga tidak tau. Setelah makan malam kemarin, dia tidak keluar kamar sama sekali," ujar sang umi. "Umi coba panggil, ya? Kamu ajak adik-adik sarapan aja dulu!" Nando mengangguk.
Salamah melangkah menuju kamar sang putri. Rasa cemas menghampirinya. Baru kali ini Bulan bersikap aneh. Sampai di depan kamar, ketika Salamah ingin mengetuk, ia urungkan karena mendengar suara tangis dari dalam. Sudah bisa dipastikan bahwa itu Bulan. Tapi, apa alasan Bulan menangis?
Tok! Tok! Tok!
"Bulan? Ini Umi, Nak. Buka pintunya, ya! Kamu, 'kan, harus sekolah. Sudah jam setengah tujuh, loh, nanti terlambat," ujarnya. Suara tangis itu lenyap, digantikan oleh suara langkah kaki yang tergesa-gesa. Tak lama setelahnya, pintu itu terbuka. Menampilkan sosok muslimah anggun yang siap dengan seragam SMA. "Kamu sedang ada masalah? Umi dengar suara orang menangis, apa itu kamu?"
"Enggak, Umi. Bulan nggak apa-apa, kok," jawab Bulan dengan suara serak. "Ayo kita sarapan, Mi." Salama hanya mengangguk, lalu mengikuti langkah sang putri. Sejujurnya, dia tidak percaya dengan Bulan. Salamah yakin, ada sesuatu yang putrinya sembunyikan. Bukan hanya Bulan, Fery juga sepertinya menyembunyikan sesuatu. Terlihat dari gelagat mereka semalam.
Sampai di meja makan, Bulan langsung mengambil duduk di samping kursi sang umi. Dia juga memberikan senyuman manis untuk penghuni panti, seperti biasanya. Namun, Nando menyadari sesuatu yang berbeda dari sang adik. Mata yang sedikit bengkak.
"Kamu habis nangis?" tanya Nando dengan sedikit berbisik. Bulan menoleh sejenak, lalu menggeleng. Setelahnya, dia memulai sarapan. Membuat Nando tak bisa bertanya lagi. Pria itu menatap sang umi, namun hanya mendapat gelengan dari beliau.
🕊🕊🕊
Di lain tempat, Bintang sedang dalam keadaan menyedihkan. Kejadian di sekolah kemarin membuatnya pusing. Keadaan Bulan dan Raisa, tindakan Arya, dan cerita dari Raisa. Semua itu membuat Bintang merasakan segala keraguan. Bahkan, semalam, pria itu memilih minum alkohol dengan porsi yang banyak. Pagi ini pun, dia bangun dengan kepala yang berat. Meja belajarnya dipenuhi oleh botol alkohol dan gelas kaca. Kamarnya pun dipenuhi oleh bau alkohol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story Of BuTa (On Going)
Teen FictionBintang Alaska, kristiani yang juga ketua geng di sekolah. Dandelion. Bukan geng motor, hanya nama untuk sebuah perkumpulan lima pria. Bulan Alycia. Murid baru di SMA Hudara ini adalah muslimah yang berhasil menarik perhatian Bintang. Namun, si musl...