LSoBT ~ 23

220 36 3
                                    

"Saat kamu sedang jatuh, menunduklah. Menunduk dan satukan tanganmu, lantas tumpahkan semua pada Yang Kuasa. Niscaya, segala gunda yang ada, akan berkurang."

Love Story of BuTa

🕊🕊🕊

Lama mata itu menatap meja besar kayu yang kuat, di sana juga terdapat tanda sang panutan. Tuhan-nya, panutannya, dan yang seharusnya ia junjung sampai akhir kehidupan. Tangan itu sudah lama menggantung, masih bingung harus melakukan apa. Di belakang, seseorang dengan wajah dingin juga masih menatapnya. Hingga, ia lelah jika hanya sekadar menunggu sang sahabat berdiam diri.

Langkah seseorang itu maju, mendekat ke arah sang sahabat yang entah sampai kapan akan bergeming. Sejak datang ke tempat suci ini, sang sahabat memang ia dorong agar sampai langsung di bawah salib Sang Bapa.

"Berdoa, Tang! Minta sama Dia buat buka hati lo, buka pikiran lo. Ceritain aja semuanya sama Dia, setelah itu, lo pasti akan ngerasa tenang."

Arya Dwi Mahendra, sosok sahabat yang begitu perhatian di balik sikap dingin dan cueknya. Di depannya, sosok Bintang Alaska yang biasanya konyol, telah berubah hanya karena kedatangan Bulan Alycia. Pria dengan nama belakang Alaska itu mendongak, menatap tanda yang selalu terlihat istimewa. Bintang mulai mengangkat tangannya, kemudian menyatukan kedua organ tubuh itu. Matanya menatap sayu ke arah salib Sang Bapa. Seolah sedang menumpahkan semuanya lewat perbincangan batin.

"Aku tidak tau, apa yang sudah kukatakan tadi. Aku tidak tau, apa yang telah kuperbuat. Tapi, Kau juga benar-benar mempermainkanku, memberiku takdir yang seperti ini. Aku, anak-Mu, bukan? Lalu, mengapa Kau memberikan penderitaan untuk anak-Mu sendiri?" ujar pria itu. Arya yang tadinya juga ikut memejam dan menyatukan tangan di sampingnya pun menoleh, menatap tajam sosok yang telah ia kenal lama.

"Tang!" tegur Arya. Bintang tak menggubrisnya, pria itu justru makin menjadi-jadi.

"Aku percaya pada-Mu, percaya dengan semua pengorbanan-Mu. Tapi, sesuatu yang telah kupercaya itu, malah membuatku terjebak di situasi yang kelam seperti sekarang. Aku, Bintang Alaska, menolak semua yang telah Kau korbankan!" serunya. Arya tak ingin tinggal diam, pria itu mencengkeram kuat bahu kanan Bintang, menyentaknya agar sang sahabat menatap ke arahnya.

"Sadar, Tang! Lo ada di hadapan-Nya sekarang! Gue bawa lo ke sini, supaya lo sadar, bukannya makin kayak gini!"

"Tatap Dia! Ingat semua yang udah lo ketahui tentang Dia! Ingat semua yang ada di Al-Kitab kita. Lo nggak bisa abai sama itu semua, lo nggak bisa ninggalin itu!" ujar Arya dengan penekanan di kalimat akhir.

"Yang gue bilang juga bener, 'kan, Ar? Sekarang, coba lo ingat juga apa yang udah terjadi sama gue! Bokap dan nyokap gue meninggal, kecelakaan pesawat, Ar. Gue udah minta sama Dia yang lo tunjuk itu." Tangan Bintang menunjuk ke arah kepala Yesus, "Gue udah minta sama Dia buat ngembaliin orang tua gue, nyelamatin mereka, tapi apa? Nol besar! Gue minta sama Dia supaya berhenti membuat kakek nekan gue, tapi apa? Sekali lagi, nol besar! Semua nggak ada gunanya, gue cuma orang yang menyedihkan," pungkas Bintang.

Arya tak menyerah, dia masih kukuh memberikan sang sahabat pencerahan. Ditariknya bahu Bintang yang satu lagi, membuat posisi mereka sepenuhnya berhadapan sekarang. Manik Arya menatap lurus ke dalam mata Bintang, membuat ikatan sebelum ia berbicara.

"Tang, gue tau lo capek, gue tau lo pengen nyerah. Tapi bukan sekarang, Tang, karena masih banyak orang di luar sana, yang nasibnya justru lebih menyedihkan daripada lo. Gue emang nggak pernah tau betul, apa yang lo rasain dan alamin. Tapi gue bisa jamin, kalau semua itu bakalan berakhir suatu saat. Lo cuma lagi diuji, lo cuma lagi dapat cobaan yang suatu saat bakalan berakhir manis. Lo harus percaya sama itu."

Love Story Of BuTa (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang