LSoBT ~ 6

435 47 3
                                    

Di lain tempat. Kelas XII IPA 3 sedang ramai-ramainya. Pelajaran di jam pertama kosong karena gurunya sedang tidak bisa hadir. Namun, tugas sudah diberikan untuk mereka. Meski begitu, mereka masih tenang dan santai. Malahan, mereka bersenda gurau bersama. Kecuali gadis yang duduk di bangku belakang, Bulan Alycia. Hanya dia satu-satunya siswa yang mengerjakan tugas tersebut. Sedangkan yang lainnya asik berkumpul dan membuat lelucon.

Di bagian belakang, tengah ramai oleh siswa yang bermain game online. Biasanya hal tersebut dinamakan 'mabar' atau 'main bareng'. Keadaan di sisi depan, tepatnya di samping meja guru, kumpulan member Dandelion dan beberapa siswa tengah bercanda ria. Pembahasan mereka random, tak tau mana yang penting.

"Kalian beneran gak ada niat buat memajukan geng? Misalnya jadiin geng motor, atau gangster gitu? Lumayan, 'kan, banyak teman," ujar salah satu siswa. Namanya Yudha, si wakil ketua kelas. Yang artinya, dia adalah bawahan Iqbal.

"Kalau geng kalian dikembangin, pasti banyak yang minat buat gabung. Banyak juga, 'kan, yang pengen hal itu terjadi? Terus, kenapa kalian ragu?" imbuh siswa lainnya. Namanya Ardi, anggota futsal SMA Hudara. Yang artinya, dia adalah anak buah Bintang.

"Berat, Bro, kalau ngembangin geng kayak gitu. Tanggung jawabnya besar. Apalagi yang jadi ketua gengnya nanti. Kalau ada masalah sedikit aja, pasti ketuanya yang disalahin. Kalau semisal geng kita sampe berurusan sama polisi, itu malah jadi kerjaan buat orang tua dan kita sendiri," jelas Bintang. Tentu saja hal itu menjadi berat. Selain berurusan dengan polisi itu ribet, hal itu juga akan berpengaruh pada reputasi keluarga mereka. Jika sekali dipandang buruk, maka sulit bagi masyarakat melupakannya.

"Kalau gitu, kalian bikin geng yang sesuai SNI aja," celetuk Komeng, si siswa lola di kelas mereka.

"SNI? Emang geng juga ada SNI-nya?" tanya Hilmi.

"SNI, Standart Nge-geng Internasional."

"Tolol!" umpat Bintang dan yang lainnya.

"Emang yang kayak gimana tuh SNI?" Meski tadi ikut menyebut Komeng 'tolol', tetap saja Iqbal penasaran.

"Mana gue tau." Jawaban Komeng itu semakin membuat yang lain geram. Ingin sekali mereka mencabik wajah pria lemot itu.

"Dah lah, kita bahas yang lain aja." Bintang mengalihkan perhatian. "Sabtu depan, sekolah kita ulang tahun. Pastinya bakal ada kompetisi. Nah, sebagai kelas teladan, kita tentukan sekarang aja!" ujarnya.

"Oke. Ekhm!" Iqbal berdiri dan menghadap ke teman-teman sekelasnya yang sibuk sendiri. "Guys! Guys! Guys! Minta perhatiannya sebentar!" Seruan Iqbal membuat teman-teman sekelasnya menatap ke arahnya.

"Jadi, Tuan Bintang Alaska sudah memberikan saran, bahwasanya jamkos kali ini akan dimanfaatkan untuk menentukan pertunjukan apa dan siapa saja perwakilan yang akan tampil di hari ulang tahun sekolah kita. Tepatnya, Sabtu depan. Maka dari itu, mari kita berunding!" Iqbal pun memilih baik ke meja barisan depan agar wajahnya bisa dilihat oleh semua orang.

"Ada ide?" tanya Yudha. Seluruh teman sekelas pun berpikir. Apa pertunjukan yang akan mereka tampilkan di tahun ini? Saat kelas 10, mereka menampilkan modern dance yang diwakili oleh 7 siswa. Saat kelas 11, mereka menampilkan lagu yang diwakili oleh 5 member Dandelion.

"Gimana kalau drama?" celetuk salah satu siswi. Namanya Andin, si siswi yang cukup berprestasi. Dia selalu menduduki peringkat ketiga setelah Arya dan satu siswi lainya.

"Drama bukan ide yang buruk." Ucapan Bintang itu seolah menjadi pujian bagi ide Andin. Gadis dengan rambut sedikit keriting itu merasa senang bukan main. Ingin sekali dirinya melompat kegirangan. Namun dia masih punya malu. Tindakan seperti itu adalah hal yang dinilai, norak.

Love Story Of BuTa (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang