Annyeong! Eh, salah. Assalamualaikum Maafkan telat up-nya :) But, thanks buat 700+ views-nya. Thanks juga buat kamu-kamu yang selalu antusias nungguin cerita ini update part baru. Nggak nyangka aja cerita ini bisa memikat kalian.
Koreksi kalau ada typo atau sesuatu yang menyinggung.
Happy Reading, Guys!
🕊🕊🕊
"Kehormatanku diujung jurang. Mengapa ia sejahat itu padaku? Namun, penyelamatku selalu datang tepat waktu."
Bulan Alycia
🕊🕊🕊
Usai keluar dari UKS dengan kepala yang agak mendingan, kini Raisa sudah berada di kelasnya. Ada guru yang mengajar, tapi Raisa mengabaikannya. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri. Pena yang berada di genggaman kanannya pun diputar mengikuti otak yang memikirkan banyak hal. Materi di papan tulis pun tak ia hiraukan. Guru sudah menyuruh untuk menulis sambil mengikuti penjelasan, namun Raisa malah sibuk dengan penanya.
"Baiklah, dari penjelasan ibu tadi, ada yang bisa mengerjakan satu soal ini?" ujar guru itu. Sembari menunjukkan sebuah soal matematika dari materi baru, guru itu menyisir ke seluruh muridnya. "Raisa," panggilnya.
Raisa tak memberikan reaksi apa pun. Bahkan, pandangan seluruh teman sekelas tertuju padanya. Namun, Queen of Hudara itu sama sekali tak sadar. Hingga, Tari yang berada di sampingnya pun menyenggol lengan gadis itu, sampai pena di tangan Raisa terjatuh. Akibatnya, Queen of Hudara itu tersadar, dan langsung menatap tajam Tari.
"Dipanggil sama Bu Zia. Lo mau kena semprot?" bisik Tari sambil memberikan kode lewat matanya. Raisa pun menatap ke depan, tepat di depan papan. Bu Zia menatapnya sambil diam.
"Kamu bisa mengerjakan soal ini, Raisa?" tanya guru itu lagi.
"Mana bisa? Saya nggak perhatikan Ibu tadi," jawab Raisa dengan santai. Seperti tak ada beban atau rasa takut. Bu Zia pun hanya bisa menghela napas lelahnya. Dia sudah tahu sifat primadona itu.
"Saya tau kamu adalah anak dari ketua yayasan, tapi kamu tidak bisa bersikap seperti ini, Nona Raisa! Sesuai peraturan saya, yang tidak bisa menghargai keberadaan saya di kelas, maka dipersilakan keluar dari kelas. Jadi, silakan, Nona Raisa!" ujar Bu Zia dengan sedikit menggeram. Raisa mengambil penanya yang jatuh di lantai, lantas berdiri menatap Bu Zia kembali.
"Permisi," ujar Raisa. Gadis itu melangkah keluar setelah meletakkan pena dan menggantinya dengan ponsel. Bu Zia dibuat geleng-geleng melihat itu. Sudah kelas sebelas, hendak ujian semester, tapi sikap anak didiknya yang satu itu belum juga berubah.
"Baiklah, kita lanjutkan. Siapa yang bisa mengerjakan soal ini?" Setelah Bu Zia kembali bertanya, seorang siswa lelaki yang dikenal pintar pun mengangkat tangannya. Jadilah siswa itu yang menggantikan Raisa untuk mengerjakan soal.
Di lain itu, Raisa sedang berjalan malas di koridor kelas sebelas. Bu Zia membuat mood-nya menjadi lebih buruk. Sekarang, hanya Bintang yang bisa mengembalikan mood seorang Queen of Hudara. Begitu Raisa akan menuju tangga, bertepatakan dengan itu pula matanya menangkap keberadaan Bintang. Pria tampan itu sedang ada di lapangan, bermain futsal bersama teman sekelasnya. Ah iya, hari ini jadwalnya kelas XII IPA 3 olahraga. Namun, bukankah seharusnya kelas dua belas itu fokus pada tryout? Mengapa jam olahraga masih ada? Guru di sini tak bisa ditebak.
Memandang Bintang dari lantai dua adalah kenikmatan yang besar. Senyum Raisa terbit begitu tulus dan manis. Muka Bintang yang berkeringat, rambut yang sedikit basah, dan jangan lupakan wajah bahagia pria itu yang menambah pesonanya. Sekarang terbukti, bahwa tidak ada yang bisa menolak pesona Bintang Alaska. Putra mendiang Altaf si pengusahawan yang cukup sukses itu memang memiliki kharisma yang tak bisa ditebak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story Of BuTa (On Going)
Novela JuvenilBintang Alaska, kristiani yang juga ketua geng di sekolah. Dandelion. Bukan geng motor, hanya nama untuk sebuah perkumpulan lima pria. Bulan Alycia. Murid baru di SMA Hudara ini adalah muslimah yang berhasil menarik perhatian Bintang. Namun, si musl...