LSoBT ~ 27

238 29 2
                                    

Mohon maaf tidak jadi update kemarin karena suatu kendala serius yaitu otak tidak mau diajak mikir. Maafkanlah authormu yang tidak berperasaan ini🙂🤛

Silakan memberikan tamparan sekeras-kerasnya untuk author yang suka PHP. Sekian dan terima pukulan🙏

Selamat membaca part 27 hari ini



"Ketika keningmu menyentuh sajadah, percayalah bahwa ada sihir istimewa yang akan membuatmu ketagihan melakukannya lagi dan lagi."

Love Story of BuTa

🕊🕊🕊

Rumah sakit tempat Raisa dirawat sudah mengabarkan bahwa pasien VIP mereka tidak ada di kamar dan CCTV membuktikkan, pasien itu kabur diam-diam. Raisa Marrya, pasien yang seharusnya masih dirawat di kamar VIP dan rebahan di ranjang rumah sakit, kini menjadi pencarian pihak rumah sakit dan juga keluarganya.

Crish dan Maria langsung menghubungi kedua teman dekat Raisa di sekolah--Tari dan Fira--setelah mendapat kabar dari rumah sakit itu. Namun, kedua gadis remaja yang sesusia putri bungsu mereka itu sama sekali tidak tahu apa-apa. Oleh karenanya, pasutri bersama dengan putri sulung mereka itu mengendarai satu mobil untuk menjelajah tempat-tempat yang memungkinkan didatangi Raisa.

"Ma, Raisa nggak akan kenapa-kenapa, 'kan?" Si sulung yang berada di kursi penumpang itu begitu cemas dengan dang adik. Keadaan kaki Raisa bekas kecelakaan itu belum pulih benar.

"Tenang, Sayang, Raisa pasti baik-baik aja." Maria masih bisa menenangkan sang putri meski dia sendiri juga sangat khawatir dengan putrinya yang lain. Dia memang bersalah karena jarang menjenguk ke rumah sakit dan bahkan hari ini pun, dia sangat terlambat sampai-sampai Raisa kabur.

"Dia sudah besar dan bisa membedakan yang baik dan buruk. Kenapa malah bersikap kekanak-kanakan seperti ini? Kabur dari rumah sakit malah memperlamban kepulihannya sendiri." Crish menyela, membuat Maria menoleh ke arahnya.

"Pa, bukan saatnya bicara itu. Fokus cari Raisa. Kamu, 'kan, yang lebih dekat dengan dia. Mungkin kamu tau anak kita ada di mana sekarang?" Maria memang tidak sedekat ibu dan anak pada umumnya. Namun, tetap ada ikatan dan kedekatan istimewa dari dalam nurani.

"Apa mungkin dia ke Gereja?" Pertanyaan Crish ini cukup masuk akal. Meskipun Raisa seperti pembelot, tapi dia masih ingat dengan Tuhan. "Kita ke Gereja terdekat," putusnya.

Mobil putih itu melaju dengan kecepatan sedikit di atas rata-rata. Setidaknya, jika memang benar si bungsu ada di sana, mereka juga tidak akan terlambat menghampiri.

🕊🕊🕊

Raisa Marrya menangis di bawah meja khotbah, terduduk di lantai dingin berwarna cokelat. Masih dengan pakaian khas rumah sakitnya, Raisa begitu pilu mengingat situasi di rumah tadi. Tiga anggota keluarga sedang berbahagia tanpa dirinya.

Isak dan sesenggukan itu keluar dari mulut dan berakhir dengan air mata yang berderai.

"Semua ini karena Bulan! Kak Bintang nolak gue karena Bulan, kaki gue patah juga karena Bulan. Dan sekarang, perhatian papa sama mama juga sepenuhnya ke Bulan. Kenapa, sih, harus Bulan yang jadi kakak gue? Kenapa harus ada putri lain selain gue di antara papa sama mama?"

"Gue anaknya! Harusnya cuma gue anak mereka, nggak perlu ada Bulan atau siapa pun itu. Tuhan Yesus, apa aku bersalah? Apa dosaku besar sampai Engkau menghukumku dengan menghadirkan Bulan di antara kami?" Begitu putus asa gadis enam belas tahun itu.

Love Story Of BuTa (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang