"Baiklah, Raisa. Aku tidak akan dekat-dekat lagi dengan Bintang. Queen of Hudara. Kamu pantas mendapatkan gelar itu. Aku sudah pernah dengar tentang siapa Queen of Hudara itu. Dia yang selalu berprestasi dan selalu mendapat peringkat unggul di kelas maupun reguler. Dia yang cantik dan lemah lembut. Namun, aku juga mendengar, bahwa Queen of Hudara itu sering mem-bully. Apa itu benar?" ujar Bulan dengan panjang. Apa-apaan ini? Seharusnya, Raisa lah yang banyak bertanya pada kakak kelas alimnya itu. Bukan sebaliknya.
"Nggak usah banyak omong. Inget apa yang aku omongin tadi, ya, Kak. Jauh-jauh dari kak Bintang karena dia udah punya pacar! Dan juga, jauhi kak Arya karena temen aku suka sama sama dia!" ujar Raisa.
"Untuk Bintang, aku bisa jauhin. Tapi untuk Arya, maaf, aku nggak bisa. Arya adalah teman dekat aku sejak dulu. Jadi, mana mungkin aku menjauh dari dia?" Bagus. Bulan sudah mengeluarkan penolakan. Pancingan Raisa manjur ternyata. Ya, nama Arya digunakan agar Bulan mulai terpancing, dan kemudian terjebak dalam pembullyan Raisa.
Raisa tak mungkin membully seseorang tanpa alasan. Jika tak ada alasan, maka Raisa sendirilah yang akan menancinga alasan itu keluar. Seperti halnya berhadapan dengan Bulan saat ini. Tadinya, nama Bintang tak bisa membuat Bulan melawan kata-kata Raisa. Jadi, Raisa tak bisa melakukan tindak keras pada kakak kelasnya. Namun dengan nama Arya, Bulan bisa menentang Raisa. Jadi, sudah cukup bagi Raisa menemukan alasan memberikan pelajaran untuk Bulan.
"Oh ya? Hanya teman, 'kan? Jadi, bisa ditinggalkan!" ujar Raisa. Dua temannya sedari tadi hanya diam dan menonton. Sesekali mereka mengiringi Raisa dengan senyum sinis.
"Jika kamu hanya ingin menyampaikan demikian, lebih baik aku pergi saja. Aku rasa, kamu hanya ingin memancing emosiku. Namun, kamu tidak akan berhasil jika hanya dengan ancaman seperti tadi. Permisi!" Bulan undur diri. Emosinya tidak akan meledak hanya karena diancam. Emosi Bulan hanya akan meledak jika menyangkut orang-orang yang ia sayang. Ummu Salamah contohnya.
"Kok dia biasa-biasa aja, sih? Kalau anak lain, pasti udah bentak lo, atau bahkan main tangan sama lo. Kak Bulan emang beda!" celetuk Tari. Raisa semakin panas dibuatnya.
"Gue nggak mau tau, gue harus berhasil mancing emosi dia. Kalau dia nggak emosi, gue yang sepenuhnya bakal disalahin kalau gue sampai bully dia," ujar Raisa dengan menggebu-gebu.
"Tenang aja, Sa. Sesabar apapun manusia, pasti punya titik lemahnya. Emosi nggak akan selamanya bisa ditahan," ujar Tari sambil mengelus pundak kiri Raisa.
"Emosi seseorang akan meledak, kalau sudah menyangkut keluarganya." Tari dan Raisa menoleh ke arah kanan. "Kita harus cari tau dulu, tentang keluarganya kak Bulan. Saat kita tau satu keburukan saja, kita bisa dengan mudah memancing emosi kak Bulan," imbuh Fira. Benar apa yang dikatakannya. Keluarga adalah kunci dari kekuatan dan kelemahan seseorang.
"Kalau gitu, tugas kalian adalah mencari tau tempat tinggal Bulan Alycia!" perintah Raisa.
"Dengan senang hati."
"Cabut ke kantin!" Tiga serangkai itu keluar dari toilet.
Di sepanjang koridor, para siswa yang kebetulan berada di sana pun menatap ke arah Raisa. Sedang yang ditatap, terus melihatkan gerak-gerik wanita anggun. Tentu harus begitu jika sudah mendapat predikat Queen of Hudara. Ratunya sekolah.
Sampai di kantin, tentu tak bisa mendapati keberadaan para member Dandelion. Hanya ada Bulan dan si kembar, Rara dan Rere. Seperti biasa, rutinitas Raisa saat istirahat adalah membeli makanan komplit dengan minuman, kemudian akan dibawa ke kelas Bintang. Jika tak ada di kelas, berarti Bintang berada di rooftop. Namun saat ini, Raisa tak ingin terburu-buru langsung ke Bintang. Berbincang sedikit dengan target barunya, akan sangat seru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story Of BuTa (On Going)
Teen FictionBintang Alaska, kristiani yang juga ketua geng di sekolah. Dandelion. Bukan geng motor, hanya nama untuk sebuah perkumpulan lima pria. Bulan Alycia. Murid baru di SMA Hudara ini adalah muslimah yang berhasil menarik perhatian Bintang. Namun, si musl...