Yang dipikirkan Maria saat pertama kali tahu bahwa putri sulung yang dulunya ia buang lantas ditemukan hanyalah kebahagiaan yang tiada banding. Maria berpikir, dengan kembalinya sang sulung ke rumah, akan membuat kesalahannya di masa lalu bisa terbalaskan. Dosa-dosa yang telah ia perbuat, bisa berkurang bahkan terhapus--jika memang mungkin. Akan tetapi, Maria tidak pernah berpikir bahwa putrinya yang lain akan begitu terluka. Kembalinya Alyc--Bulan--sungguh menjadi luka besar bagi Raisa--putri bungsunya.
Perubahan sikap Crish juga terlihat di depan mata. Kasih sayang Crish terkikis habis-habisan dari Raisa dan berpindah ke Bulan sepenuhnya. Maria baru menyadari itu kemarin. Di hati Crish, Bulan adalah yang tertinggi. Bukan lagi Raisa yang dulunya merupakan kebahagiaan terbesar bagi Crish.
Janji Maria kepada dirinya sendiri, entah bagaimana memulainya. Mengembalikan posisi Raisa di rumah dan hati sang suami bukanlah hal yang mudah. Dua pilihan cara yang terbesit di pikiran Maria. Menyingkirkan Bulan atau membuat citra Bulan menjadi buruk. Akan tetapi, Bulan juga putrinya. Dilema seorang ibu ini sungguh menyakiti hatinya sendiri.
Menangis. Semalaman Maria menangis di kamar, tanpa Crish yang memang kebetulan memilih pergi setelah membuat sang bungsu menangis.
"Tuhan, saya benar-benar tidak bisa bebuat hal lebih. Namun, saya sudah berjanji pada diri saya sendiri untuk mengembalikan posisi Raisa di rumah ini. Tolong, bantu saya." Doa yang Maria suarakan dalam isak tangis yang tertahan, terasa begitu menyesakkan. Malam berlalu dan dia tertidur dengan posisi duduk sembari mendekap foto keluarga kecilnya. Hanya bertiga karena belum ada kesempatan untuknya berfoto dengan Bulan.
Pintu diketuk dengan pelan, Maria terkesiap dan terbangun. Dia mengernyit, matahari sudah bersinar dan menembus gorden putihnya. Ketukan pintu kembali terdengar, kali ini Maria yang sudah sepenuhnya sadar--meski dengan mata sembab--bangkit dan membuka pintu kamarnya.
Sosok sang putri terlihat berdiri di depan pintu, menghadapnya yang terlihat lesu.
"Mama baru bangun?" tanya sang putri. Maria tersenyum dengan mata bengkak yang kini menyipit.
Bulan, sosok yang berada di hadapan sang mama, merasa bahwa senyum yang terbit itu bukan senyum seperti biasanya. Tidak ada ketulusan, juga kebahagiaan. Mata bengkak yang ia lihat menjadi penguat persepsinya. Sang mama, Maria, sedang tidak baik-baik saja. Bulan merasa ada sesuatu yang terjadi kemarin, saat dirinya memutuskan tidak pulang ke rumah keluarga kandungnya. Namun, apa yang terjadi hingga mama demikian keadaannya?
"Mama kenapa?" Pertanyaan yang Bulan lontarkan, tak lantas mendapat jawaban. Maria hanya menatap sang sulung dengan senyum yang sama. Dengan mata yang penuh kekosongan.
"Bulan sayang sama Mama? Sayang sama Papa? Sayang sama Raisa?" Pertanyaan yang dijeda-jeda itu terus mendapat anggukan dari Bulan, meski ia bingung maksud pertanyaan mamanya.
"Kalau ada yang membuat Raisa sedih, Bulan bersedia membantu Raisa? Supaya dia nggak sedih lagi." Demi Allah, Bulan tidak paham pertanyaan ini. Ke mana mama akan membawa pembicaraan yang seolah retoris ini? Mengapa hati dan pikirian Bulan tidak bisa tenang? Istighfar pun tidak membantunya saat ini.
"Raisa butuh papanya kembali, Raisa sedih karena papanya sudah tidak seperti dulu lagi. Sikapnya berubah, dan Raisa tidak menyukai itu. Awalnya, Mama pikir, Raisa hanya perlu adaptasi dengan suasana baru di keluarga kita. Tapi faktanya, Raisa tidak bisa dan mungkin tidak pernah bisa."
Bulan tidak bisa mencerna setiap kata yang Maria ucapkan. Hanya saja, perasaannya terus tidak enak. Rasanya dehidrasi mendominasi dirinya.
"Apa yang bisa Bulan bantu, Ma?"
Maria mengusap air mata yang dengan kurang ajarnya menintik begitu saja, di depan putri sulungnya.
"Menikahlah." Satu kata, seperti perintah yang ingin sekali Bulan bantah. Dirinya bahkan belum sampai pada tahap memikirkan hal itu. Menikah bukanlah desakan yang bisa ia setujui begitu saja, melainkan suatu tanggung jawab besar bagi dirinya dan masa depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story Of BuTa (On Going)
Novela JuvenilBintang Alaska, kristiani yang juga ketua geng di sekolah. Dandelion. Bukan geng motor, hanya nama untuk sebuah perkumpulan lima pria. Bulan Alycia. Murid baru di SMA Hudara ini adalah muslimah yang berhasil menarik perhatian Bintang. Namun, si musl...