LSoBT ~ 24

218 32 3
                                    

Maafkan jika ada kesalahan dalam penulisan. Tandai typo, teman-teman⚠️

Happy Reading^^

• • •

"Yang paling menyedihkan adalah melihat orang yang kita cintai, bersama dengan orang yang dia sayangi. Bintangku sudah direnggut oleh Bulan, dan aku direnggut oleh keadaan."

Raisa Marrya

🕊🕊🕊

Banyak yang harus dikejar, bukan hanya perihal percintaan. Murid-murid kelas dua belas SMA Hudara sedang dalam masa ujian nasional. Bintang dan member Dandelion lainnya telah bersiap di depan ruang satu. Ruang di mana Bintang dan Arya berada. Berbeda dengan Iqbal, Yogi, dan Hilmi yang berada di ruang tiga. Mereka terpisah berdasarkan urutan abjad nama mereka.

Ujian nasional kali ini benar-benar dijadikan ajang kompetisi di antara Dandelion. Lihatlah sekarang, di depan ruang ujian yang masih tak berpenghuni itu, para member Dandelion menghadap lembar buku masing-masing. Lembar yang menampilkan rumus-rumus rumit yang belum pernah mereka urusi dengan sedemikian. Kecuali Arya tentunya. Si kebanggaan sekolah itu sudah sangat terbiasa dengan rumus dan materi lainnya. Berbeda dengan Bintang, Iqbal, Hilmi, apalagi Yogi. Mereka sangat jarang memfokuskan diri pada pelajaran. Terutama fisika.

Di hari ini, modul fisika kelas dua belas itu mereka buka. Mereka baca dengan saksama, sembari mencoba menghafal setiap rumus dan kata-katanya. Semua tampak serius, bahkan tak ada yang bisa memecah fokus mereka. Hingga, kedatangan seseorang, baru bisa membuyarkan konsentrasi Bintang. Di sana, tepat di hadapannya, seorang gadis dengan kerudung putih, berjalan begitu anggun ke arahnya. Lebih tepatnya, ke arah ruangan yang sama dengannya. Gadis itu, Bulan Alycia. Putri sulung Crish Antonio yang masih belum diekspos.

Jangan lupakan senyum ramah Bulan terhadap sesiapapun yang menyapanya. Dan itu, membuat Bintang gerah. Fokus belajarnya terpecah, mood-nya sudah buruk, buku bukan lagi prioritas.

Gadis cantik berkerudung itu berjalan ke arahnya, Bintang ingin menghampiri. Namun, bahunya ditahan dari samping. Ia menoleh, menatap siapakah yang berani menghentikan langkahnya menuju calon masa depan.

"Mau ke mana?" tanya seseorang itu. Bintang mengenalnya, sangat. "Lo lupa sama janji lo sendiri?" ujar seseorang itu lagi. Sang sahabat, Arya.

Bintang diam, mulai bisa mencerna apa yang Arya ucapkan. Benar, ia sudah berjanji pada dirinya sediri dan pada Sang Yesus. Lalu, kenapa hatinya masih tak bisa menerima secara penuh? Mungkin, Bintang membutuhkan waktu yang lama untuk beradaptasi dengan perasaan dan janjinya.

Bersamaan dengan itu, pengawas ruangan sampai di sana. Fokus Bintang jadi makin terpecah. Satu per satu peserta ujian masuk ke ruangan masing-masing, tak terkecuali Bulan. Dengan embusan napas dan ucapan basmalah, Yogi, Iqbal, dan Hilmi juga ikut masuk ke ruangan tiga. Sementara itu, bahu Bintang yang tadinya ditarik oleh Arya, kini telah dilepaskan. Sang pelaku lebih dulu masuk ke ruangan, meninggalkan Bintang yang masih bergeming.

"Bintang, cepat masuk! Kamu tidak ingin ikut ujian?" Suara si pengawas ruangan itu membuat Bintang tersadar. Hingga, langkahnya juga menuju masuk ke ruangan. Mata itu menatap sekeliling, mencari di manakah kursi nomor dua puluh berada. Setelah menemukan, pria dengan nama belakang Alaska itu menuju ke sana, ternyata, kursinya tak berjarak jauh dari kursi Bulan. Hanya terpisah dua kursi lain. Sedekat itulah dunia BuTa--Bulan dan Bintang--dan sesempit itulah jarak keduanya. Bagaimana Bintang bisa abai, jika terus seperti ini?

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat pagi, semuanya. Hari ini adalah hari pertama kalian melaksanakan ujian nasional dengan berbasis komputer. Mata pelajaran di hari ini adalah IPA. Pergunakan waktu dengan baik, jawab dengan tepat, jujur, dan percaya diri. Kalian diperbolehkan keluar apabila waktu ujian tersisa sepuluh menit. Peraturannya, tidak ada yang boleh melihat ke komputer lain selama waktu ujian berlangsung. Bisa dipahami?" ujar si pengawas.

Love Story Of BuTa (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang