Bismillah. Kayaknya, CERITA INI BANYAK BANGET PLOT HOLE-NYA, ASTAGAAAA! Sedih aku tuh, kecewa sendiri. Maafkan ya, Readers :) Baru sadar sekarang kalau banyak yang lost, dan itu bener-bener mengecewakan. Baik kalian atau bahkan aku sendiri. Kecwa banget!!!
Mau revisi, tapi banyak tanggungan juga. Gini aja deh, ya, biarin gitu? Plot hole, plot hole dah. LANJUT AJA! OKE?!
Oke, Happy Reading
Satu lagi, Happy Independen Day, Indonesia!•
•
•"Langkah apa yang mesti diambil, ketika kamu sedang dalam situasi sepertiku?"
Bintang
🕊🕊🕊
Hangat sore telah terganti dinginnya malam. Meja makan milik rumah besar mendiang Altaf selalu beku pasca si pemilik meninggal. Denting piring dan sendok yang mendominasi itu bukan sebuah gangguan bagi dua kakak beradik. Makanan yang mereka pesan beberapa menit lalu itu sudah hampir habis. Jus jeruk di gelas pun menjadi akhir makan mereka. Bintang lebih dulu bangkit, membawa serta alat makannya ke dapur. Meletakkan semua itu di bak wastafel, biar pembantu yang mencuci nanti.
Setelahnya, pria dengan nama belakang Alaska itu kembali melangkah melewati meja makan. Niat hati ingin beranjak menuju kamar, namun sang kakak menghentikannya.
"Lo masih belum bisa nerima Raisa?"
"Jangan bahas itu sekarang, Kak. Gue lagi nggak mood."
"Gue udah bilang, kalau gue bakalan dukung apa pun keputusan lo. Gue bisa bantu, lo tinggal ngomong aja, apa yang perlu gue lakuin buat lo?" Bintang tertarik dengan tawaran Ray. Ia berbalik, menatap sang kakak dengan tatapan yang serius.
"Gue mau masuk Islam." Empat kata, tapi sangat besar pengaruhnya. Darah Ray seolah berhenti mengalir, ia memberikan tatapan tak percaya pada sang adik. "Izinin gue, izinin gue buat beralih ke Allah."
Plak!
Satu tamparan keras mendarat di pipi kiri Bintang, Ray pelakunya.
"Lo nggak waras?! Atas dasar apa lo berani ngomong kayak gitu?!" Ray sangat muka dengan hal ini. Pindah agama bukan hal yang sepele, hati yang siap adalah kuncinya. Namun, hati Ray sangat tak siap jika harus melihat sang adik meninggalkan Tuhan-nya.
"Cuma itu, cuma itu yang buat gue bebas, Kak! Dengan perbedaan keyakinan antara gue dan Raisa, gue bisa keluar dari masalah ini. Gue udah pikirin ini dari lama, dan udah saatnya gue ambil keputusan besar ini." Bintang ingin menyerah, ia ingin mengambil langkah apa pun yang bisa membawanya pergi dari Raisa.
"Tang, bukan hal sepele lo pindah keyakinan." Suara itu melirih, mata itu telah berlapis kaca bening yang siap pecah dan menumpahkan air.
🕊🕊🕊
Makan malam di keluarga Crish Antonio juga baru akan selesai. Tak ada percakapan, hanya sunyi yang diiringi denting alat makan. Crish sangat menyayangkan situasi seperti ini. Jika dulu meja makan itu akan dipenuhi obrolan manis antara ayah dan putrinya, antara suami dan istri, antara orang tua dan anak, kini selalu sunyi tak berekspresi. Satu hal yang bisa saja disetujui; ini terjadi setelah kedatangan Bulan. Namun, Bulan tetaplah Alycia Crishtin, putri sulung yang sempat dibuang.
Kedatangan Bulan tentu masih menjadi sesuatu yang dibenci oleh Raisa. Gadis yang dua tahun lebih muda dari Bulan itu masih dingin, bahkan enggan berhadapan, kecuali tidak sengaja. Namun di sekolah, Bulan memang harus Raisa temui. Demi memantau kakak pungutnya itu agar tidak dekat-dekat dengan Bintang Alaska.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story Of BuTa (On Going)
Teen FictionBintang Alaska, kristiani yang juga ketua geng di sekolah. Dandelion. Bukan geng motor, hanya nama untuk sebuah perkumpulan lima pria. Bulan Alycia. Murid baru di SMA Hudara ini adalah muslimah yang berhasil menarik perhatian Bintang. Namun, si musl...