LSoBT ~ 14

242 50 5
                                    

"Sebuah kenyataan ini terlalu mendadak. Jika mereka memang bagian dalam hidupku, apakah aku akan dipaksa menyerah atas agamaku?"

Bulan Alycia

🕊🕊🕊

"BINTANG!" Teriakan Laskar kembali menggelegar, menghentikan langkah sang cucu di ambang anak tangga. Bintang pun berhenti, tanpa menoleh. Lebih baik menunggu sang kakek bicara apa, daripada harus melihat wajah kakek yang sedang marah. Bukannya Bintang takut, tapi Bintang sangat muak dengan amarah kakeknya.

"Kek, Kakek tenang, ya? Jangan marah-marah terus, nanti darah kakek naik lagi." Terdengar suara Ray di sana, pria dua puluh sembilan tahun itu mengelus bahu sang kakek agar tenang. Namun, Laskar tetaplah Laskar si pemarah.

"Kakek sangat berharap, kamu tidak mengatakan atau melakukan hal buruk seperti tadi! Apalagi di depan keluarga Pak Crish! Pertunangan sudah dilaksanakan, terpaksa atau tidak, kamu harus bisa menerima Raisa sebagai calon istri kamu, Bintang!" ujar Laskar.

"Kalau Bintang tidak mau? Apa yang akan Kakek lakukan?" tantang Bintang. Pria delapan belas tahun itu berbalik menatap sang kakek, terlihat juga Ray yang menggeleng. Sepertinya, kakaknya itu memperingatkan Bintang agar tak menantang Laskar saat ini.

"Kamu berani melawan sekarang?!"

"Bintang lelah dengan kekangan Kakek. Mulai hari ini, Bintang akan melakukan apa yang Bintang inginkan, bukan yang Kakek inginkan!" Bintang kembali berjalan. Kamar maskulinnya sudah menunggu dijamah.

Masih di posisi yang sama, Laskar menatap murka kepergian cucunya. Bintang yang dulu selalu menurutinya, Bintang yang selalu menjadikannya kesayangan setelah kedua orang tuanya, kini pria itu sudah berpaling. Tidak ada lagi Bintang si cucu Laskar, hanya ada Bintang Alaska si pembangkang. Remaja yang beranjak dewasa dengan sifat keras kepala.

Alberto Rayyan, berada di sebelah sang kakek yang juga memperhatikan Bintang tadi, membuatnya sedikit lega. Adiknya, akhirnya mau membantah dengan cara yang halus. Dalam hati, Ray juga berharap, kakeknya itu akan luluh dan berhenti mementingkan harta.

Laskar Andreanata, di usianya yang sudah dibilang renta itu, dia hanya ingin berbuat baik. Membalas budi atas apa yang keluarga Crish berikan. Jika saja Crish tidak memberikan suntikan dana di perusahaan Altaf dan miliknya, maka dua perusahaan itu akan bangkrut sejak seminggu kematian Altaf. Selain balas budi mengenai perusahaan, Laskar juga berutang budi pada Maria, istri Crish. Wanita paruh baya itu pernah membantu Bintang saat masih kecil. Bintang kecil yang hampir tertabrak mobil saat mencoba mengambil kalung ibunya. Banyak utang keluarga Laskar pada Crish.

Laskar tahu, dengan menerima perjodohan ini, akan menyakiti Bintang. Namun, Laskar juga dibutakan oleh rasa tanggung jawab. Niat kuatnya untuk balas budi, malah membuatnya seperti terpedaya.

"Kamu lihat itu, Ray? Adikmu sudah berani membantah Kakek," adunya pada Ray.

"Kek, biarkan Bintang tenangin diri dulu, ya? Dia masih syok dengan perintah Kakek tadi siang. Nanti, biar Ray yang bicara sama dia, ya?" ujar Ray dengan lembut. "Sekarang, Kakek ke kamar, teus istirahat. Ray juga lelah karena acara malam ini."

Laskar mengangguk, mendahului Ray pergi ke kamarnya. Sementara, Ray menatap sebentar pintu kamar sang adik, kemudian beranjak duduk di sofa. Dipijitnya pangkal hidung, dia benar-benar lelah dengan semuanya.

"Pa, Ma, apa kalian sedih sekarang? Melihat semua yang terjadi di sini, kalian pasti sedih. Tapi, jangan khawatir, Ray akan atasi semuanya. Ray janji, Ray akan menjadi penengah masalah ini. Penengah antara kakek dan Bintang."

Love Story Of BuTa (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang