19 | 𝑷𝒆𝒓𝒋𝒂𝒏𝒋𝒊𝒂𝒏

28.3K 3.1K 683
                                    

Jaemin dan Jeno saling duduk berdampingan sedangkan dihadapan mereka sudah ada Bunda yang berdiri menatap kedua anaknya yang ntah memiliki pikiran apa sampai bisa melakukan hal seperti itu.

Sejak kapan? Pikirnya.

Jaemin menatap manik wanita paruh baya itu dengan harapan agar bunda nya tidak terlalu terbawa emosi, Jaemin benci liat bunda nya marah.

Bunda sama Ayah itu kalau kata Jaemin lebih menakutkan Bunda kalau lagi marah.

Jeno yang duduk disamping Jaemin menepuk punggung pemuda manis itu pelan, lalu melirik sekilas mengisyaratkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Bunda gak paham." suara yang terdengar begitu pelan namun menusuk, Bunda memijat pelipisnya lantas menghela nafas gusar sebelum atensi nya kembali mengarah kepada dua anaknya.

Jaemin menarik tangan Bunda, digenggamnya erat. Jaemin yang tadinya duduk disofa kini berlutut dihadapan sang Bunda, membuat Bunda juga Jeno terkejut melihat Jaemin yang tiba-tiba berlutut.

"Maafin Nana, bunda. Tapi Nana sayang sama Jeno." begitu katanya sambil memegang erat kedua tangan sang Bunda.

Jeno tersentuh mendengarnya.

"Kalian itu sama-sama cowok!"

"Banyak kok sekarang pasangan gay, bunda!"

"Kalau sampai serius terus nikah, gimana kalian mau punya keturunan ha???" Bunda meninggikan suaranya, terdengar lantang penuh emosi.

"Bisa adopsi kan, bun?"

"Na Jaemin!! jangan jawab terus, bunda lagi marah sama kamu juga Jeno!!" Bunda melepas tangan Jaemin yang menggenggamnya membuat pemuda manis itu sedikit terhuyung kebelakang namun Jeno yang berada dibelakangnya sontak menahan tubuh Jaemin agar tidak jatuh lalu membantunya kembali duduk disofa.

"Jangan marah sama Nana, bun. Yang salah Jeno, karna yang mulai semuanya Jeno-

-Jeno rela kalau bunda marah dan mau kembaliin Jeno kepanti lagi, Jeno memang salah, Jeno minta maaf yang sebesar-besarnya udah mencintai Jaemin sampai kayak gini." Jeno menunduk.

Jaemin tidak terima mendengar pernyataan Jeno ia spontan berdiri "Engga" Jaemin melirik sebentar kearah Jeno sebelum kembali menatap Bunda dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Engga ada yang boleh kemana-mana!! Jeno tetap disini."

"Jaemin, bunda belum ngomong!!"

"Maaf bunda, tapi bunda gak boleh bawa Jeno kepanti lagi!!"

Bunda jadi pusing sendiri, Jaemin berisik banget padahal ia belum mengambil keputusan apa-apa.

"Tapi kalian masih sekolah, terus apa kalian melakukan itu terlalu sering?" Jaemin membelalakkan matanya kesal.

Jeno hanya diam, ia tau ia salah.

"Itu apa bunda? kita ciuman doang kok!"

Tanpa rasa berdosa, dengan entengnya Jaemin mengatakan hal itu didepan bunda.
























Setelah perdebatan panjang lebar yang menghabiskan waktu berjam-jam, akhirnya bunda bisa menetralisir emosinya.

Membiarkan kedua remaja itu melanjutkan perjalanan cintanya, tapi dengan syarat bahwa Jaemin harus bisa mendapat nilai di ujian akhirnya minimal 90.

Awalnya Jaemin keberatan tapi Jeno meyakinkan kalau Jaemin bisa dan tentu Jeno si jenius akan membantu proses belajar Jaemin.

Bukan hanya itu, Bunda juga akan lepas tanggung jawab setelah mereka lulus sekolah.

𝐏𝐨𝐬𝐬𝐞𝐬𝐢𝐟 𝐁𝐨𝐲 || Nomin [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang