24. Rencana Penyelidikan

4.2K 433 8
                                    

24. Rencana Penyelidikan

"Kalau lo datang cuman mau ngasih luka, mending gak usah. Gak ada tempat lagi untuk luka baru yang bakal lo kasih!"-Iqbal Pratama Ananjaya.

***

"Tunggu." Iqbal menarik lengan Aluna untuk menghentikan langkah cewek itu. Dia memberi isyarat kepada Raja dan Kenzo yang kini tersenyum aneh kepadanya.

"Bawa ke gudang belakang," perintah Iqbal.

"Ta-"

"Lo gak di perbolehkan protes, paham?" ucap Dewa hingga Aluna tak punya pilihan lain selain menurut.

Sesampainya di gudang belakang yang kosong tak berpenghuni, Aluna di dudukkan di sebuah kursi. Keempat cowok itu mengepungnya dari segala sisi hingga tak mungkin bagi Aluna untuk meloloskan diri dari mereka.

"Sekarang lo jawab pertanyaan gue. Lo yang udah nyebarin berita miring soal Dara, kan?" tanya Iqbal seraya mendekatkan wajahnya kepada Aluna hingga cewek itu menahan napasnya.

"JAWAB!" bentak Kenzo yang kesal sebab cewek lugu itu hanya diam seperti patung.

Aluna menggelengkan kepalanya. "B-bukan aku yang nyebarin berita itu," jawabnya gugup.

"Gue tau lo iri sama Dara sampe-sampe lo niru semua penampilan dia kayak gini," ucap Iqbal berdecih pelan. "Dan pekerjaan dia pun, elo yang rebut,"

"Aku enggak bermaksud rebut pekerjaannya Dara," jawab Aluna seraya menangis pelan. Dia sangat takut sekarang.

"Tapi lo mau rebut Angkasa dari Dara, kan?" tanya Raja smirk.

"Udalah, lo ngaku aja kalau lo itu dalang dari semua ini. Gak usah bacot!" ucap Kenzo.

"Aku beneran enggak tau," ujar Aluna dengan tangisnya yang makin kuat.

Brak!

Pintu gudang itu terbuka setelah di tendang oleh seseorang yang ternyata adalah Angkasa.

"KALIAN APAIN ALUNA, HAH?!" tanya Angkasa murka.

"Lo diem!" tunjuk Iqbal. "Gue gak ada urusan sama lo!" lanjutnya.

"Urusan Aluna urusan gue juga," kata Angkasa dingin.

Iqbal menatap Angkasa tidak percaya saat melihat sahabatnya itu kini menolong Aluna. Bahkan Angkasa tidak marah ketika Aluna memeluknya.

"Sejauh mana lo bakal nyakitin Dara?" tanya Iqbal memecahkan keheningan di ruangan itu.

"Satu hal yang harus lo tau, gue orang pertama yang bakal hajar lo habis-habisan kalau sampai lo nyakitin Dara," ucap Iqbal sebelum pergi bersama ketiga sohibnya.

Angkasa menghela napas gusar. Dia bingung kenapa persahabatannya dengan Iqbal dan yang lain jadi kacau seperti ini.

"Kalau lo datang cuman mau ngasih luka, mending gak usah. Gak ada tempat lagi untuk luka baru yang bakal lo kasih!" ucap Iqbal sebelum pergi meninggalkan Angkasa yang kini terdiam atas ucapannya.

***

"Bangun, Ra. Lo gak kangen sama gue?" tanya Dania seraya menatap Dara yang masih nyaman dalam tidur panjangnya.

"Lo harus sembuh, Ra. Lo inget kalau kita punya impian yang sama, kan? Impian kita harus sama-sama sampai tua nanti. Lo harus kabulin itu Ra."

"Gue di sini nunggu lo tanpa bosan, jangan biarin penantian gue sia-sia, ya?"

"Lo tau? Gue kecewa sama lo karena lo bohongin gue soal Mama lo. Kenapa lo gak jujur aja, Ra? Kenapa lo gak bilang sama gue kalau Mama lo jahat?" Dania mulai meracau meskipun Dara tak meresponnya sama sekali.

Dia sudah tahu semuanya dari Angkasa. Dan mulai sekarang, dia berjanji akan menjaga Dara dari semua orang-orang jahat. Dia tidak mau Dara-nya terluka.

Dania bukanlah tipe orang yang friendly, tapi sekali dia sudah menemukan orang yang tepat, maka dia akan melakukan apapun agar bisa membuat temannya bahagia.

"Bangun dong, Ra. Langit nanyain lo terus dari tadi, Papa lo juga sama. Gue terpaksa bohong sama mereka," ucap Dania.

Dania kenal dengan Langit sebab Dara pernah menceritakan tentang cowok itu beberapa kali. Dia juga punya nomor Langit, namun baru tadi pagi Langit mengirim pesan pertama kepadanya perihal keadaan Dara. Dan Dania terpaksa bohong dengan mengatakan bahwa Dara baik-baik saja.

Arya pun sama, pria itu sejak tadi malam mengirimnya berpuluh-puluh pesan yang baru dia balas tadi pagi.

Dania tidak pulang sejak semalam, dia menginap di sini bersama Angkasa dan Iqbal yang menunggu di luar. Hari ini dia izin sekolah untuk menjaga Darah di rumah sakit.

"Mama sama Papa titip salam buat lo, mereka gak bisa ke sini soalnya lagi di Bandung. Lo harus balas salam mereka, Ra. Ayo bangun," ucap Dania lirih.

Akhirnya Dania menangis lagi karena Dara tak kunjung merespon apapun.

"Astaga, malah nangis terus," celetukan itu membuat Dania menghentikan tangisnya dan menggerutu pelan.

"Lo kenapa bawa tiga curut ngeselin itu, sih?!" tanya Dania menunjuk Raja, Kenzo dan Dewa.

"Ya ampun, Daniot ini berdosa banget," ucap ketiga cowok itu bersamaan.

Iqbal memeluk kepala Dania untuk di tenggelamkan di perutnya. "Calon istri gue dari tadi nangis terus huhu," ejek Iqbal seraya mengacak rambut Dania.

Perasaan Dania yang memang sedang sensitif membuatnya kembali menangis mendengar ucapan cowok itu. Karena kesal, Dania menggigit perut Iqbal sampai cowok itu memekik sakit.

"Astaga, calon istri gue yang paling cantik ini agresif juga ternyata," kekeh Iqbal seraya mengusap perutnya.

"Anjasss!" ucap ketiga makhluk yang Iqbal bawa tadi.



----------------------------to be continued, baby KaRa❤

ANGKASADARA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang