5. Menghindar

5.7K 655 30
                                    

05. Menghindar


"

Bukan mauku menjalani hidup seperti ini. Tapi takdirlah yang selalu mempermainkanku,"-Dara Renata Fransiska.

***

Angkasa duduk di meja belajarnya dengan pikiran yang masih tertuju kepada Dara. Melihat bagaimana perlakuan mamanya, Angkasa jadi bertanya-tanya, apakah semua orang tua melakukan hal seperti itu kepada anaknya?

Kata Mario, seorang ibu akan melakukan apapun untuk anaknya, bahkan nyawanya sekalipun. Seperti yang ibunya lakukan untuknya. Tapi ... kenapa Dara tidak mendapatkan hal seperti itu?

Bahkan, wanita itu tidak khawatir sedikit pun saat Dara pulang dalam keadaan basah kuyup tadi.

"Apa semua anak yang punya Mama ngalamin kayak gitu, ya?"

Angkasa lanjut membuka liontin berbentuk love yang berisikan foto mendiang mamanya dan dirinya yang kala itu berusia lima tahun. Mario yang memberinya ketika dia berulang tahun yang ke-10 tahun.

"Mama pasti sedih kalau tau ada anak yang enggak seberuntung Angkasa," gumam Angkasa seraya mengusap foto sang mama.

Mama Angkasa adalah orang penyayang, terlebih kepada seorang anak. Itulah kenapa saat melahirkan Angkasa, beliau rela kehilangan nyawanya agar sang anak selamat.

"Mama bahagia terus di sana, ya. Angkasa sayang Mama,"

***

Dara menghindari Angkasa. Itulah yang terjadi setelah Angkasa tahu perihal mamanya malam itu. Entahlah, setiap kali melihat Angkasa, Dara selalu merasa lemah. Seolah Angkasa bisa membunuhnya hanya karena tatapan matanya saja.

Ucapan Arsy yang di dengar jelas oleh Angkasa, seolah menjadikan umpan untuk cowok itu agar bisa menyakitinya. Mengejek, mungkin.

"Lo kenapa, sih?" Dania mulai bertanya saat melihat tingkah aneh teman sekaligus sahabatnya itu.

Dara hanya menggelengkan kepalanya pelan menanggapi pertanyaan Dania.

"Eh tapi sumpah lo cantik banget kemaren! Gue kayak orang tolol fotoin lo di TV!" kata Dania heboh.

"Padahal ketemu tiap hari," cibir Dara.

"Btw, gue salfok sama baju yang lo pake kemaren, Ra. Gue kayak pernah liat, tapi lupa di mana," Dania mengetuk dagu seolah berpikir.

"Itu baju bikinan Nyokap lo, dongo!" Dara mengetuk kening Dania menggunakan garpu yang dia pegang.

"Astaga, iya, ya! Kok gue lupa, sih!" Dania mulai merutuki dirinya sendiri.

"Lo kenapa gak jadi model di butik Nyokap lo aja?" tanya Dara heran.

"Gak minat, lagian modelnya juga udah banyak," ucap Dania sembari memakan keripik pisang buatan bu kantin kesukaannya. "Eh btw Mama kangen banget sama lo, kapan main lagi ke rumah?" lanjut Dania menanyakan hal yang sejak kemarin bersemayam di kepalanya.

"Hari ini gue ke sana, deh. Bosen di rumah," sahut Dara.

"Emang Nyokap lo gak ada di rumah?" tanya Dania heran.

Dara mulai memutar otaknya yang tidak seberapa itu untuk mencari jawaban yang tepat. "Nyokap gue hari ini ke rumah Nenek gue yang ada di Surabaya," jawab Dara asal.

Dania hanya ber-oh lalu melanjutkan makannya yang sempat terhenti.

Dara tersedak minumannya saat tak sengaja menangkap kehadiran Angkasa dan ke-empat temannya yang memasuki kantin.

"Mati, gue!" ucap Dara spontan.

"Lo ngomong sesuatu?" tanya Dania saat merasa mendengar Dara berbicara, tapi tidak terlalu jelas.

"E-enggak!" balas Dara gugup. Demi apapun dia sangat malu jika melihat Angkasa.

Mengertilah, dia malu saat ketahuan di marahi oleh mamanya di depan teman sekolahnya.

"Hai, Princess!" sapa Iqbal kepada Dara.

"Hii, princiss!" cibir Dania.

"Diem lo, bagong!" sinis Iqbal.

"Diim li, biging!"

"Ribot teross!" ucap Kenzo, Raja dan Dewa kompak.

"Minggir, lo ngalangin pemandangan!" ucap Dania kepada Iqbal.

"Ogah, lo aja sono yang pindah," kata Iqbal tidak mau pergi.

Di saat kedua anak manusia itu berdebat, Dara memilih bangkit dari duduknya sebab rasa gugup tak dapat di bendung lagi.

"N-Nia, gue ke toilet bentar," Dara lalu berlari tergesa-gesa menuju toilet.

Angkasa menatap punggung cewek itu yang perlahan menghilang dari pandangannya. Angkasa sadar jika Dara terus menghindarinya, terbukti dari gelagat cewek itu yang memilih menjauh saat ada dirinya.

***

Sepulang sekolah, Angkasa dan teman-temannya nongkrong di warung samping sekolah. Mereka biasanya memanggil sang pemilik warung dengan panggilan Tante. Lebih tepatnya Warung Tante.

"Tante, basrengnya habis, masih ada lagi nggak? Raja masih mau,"

"Tante cirengnya pesen dua lagi, ya!"

"Tante anaknya cantik, boleh nggak jadi ceweknya Raja?"

"Masih bayi, oneng!"

"Justru kalo dari bayi udah gue claim, itu keren!"

Terlihat, Kenzo dan Raja sedang adu cekcok perihal anak si Tante pemilik warung. Keduanya beradu argumen masing-masing.

"Pedofil lo!" cibir Kenzo.

"Biarin!" balas Raja sengit.

"Coli, Om. Tapi Cila udah jadi milik Tio," ucap bocah laki-laki yang mengenakan sseragam TK.

"Astagfirullah cil, cil!" Raja geleng-geleng kepala mendengar ucapan bocil itu.

"Bagusan juga dia daripada lo!" cibir Kenzo lagi.

"Lo berdua mau makan apa mau ngebacot?" tanya Iqbal.

"Syirik aja yang habis di tolak Dara!" cibir Kenzo dan Raja bersamaan.

"Kamvret lo pada!" Iqbal melempar kulit kuaci kepada dua orang itu.

Lain halnya dengan tiga cowok itu, Angkasa dan Dewa justru adem ayem memainkan ponsel mereka sambil duduk di atas kursi.

Saat sedang asik memainkan ponselnya, sebuah pesan masuk membuat Angkasa berdecak pelan. Itu adalah pesan dari Aluna, dan Angkasa tidak bisa mengabaikannya.

Aluna:
| Angkasa kamu di mana?
| Jadi nganterin aku pulang, kan?

Me
Gw tnggu di hlt |

Aluna:
| Okee, aku ke sana sekarang
| Kamu jangan lama-lama yaa

Angkasa langsung bangkit dari duduknya, sebelum pergi dia berpamitan dulu pada teman-temannya. Setelah itu, barulah dia tancap gas untuk menemui cewek itu di halte.

"Angkasa!" Aluna tampak melambai-lambaikan tangannya kearah Angkasa yang jaraknya tidak begitu jauh darinya.

"Naik." titah Angkasa yang langsung di turuti oleh Aluna.

"Aku udah nunggu dari tadi, kamu ke mana aja?" tanya Aluna mencoba membuka topik pembicaraan.

"Warung Tante," jawab Angkasa singkat.

Aluna menganggukkan kepalanya meskipun Angkasa tak melihatnya. "Oh, iya. Papa nanyain kamu ter-"

"Gak usah berisik bisa, kan?"

Aluna langsung diam mendengar Angkasa berucap seperti itu. "Maaf," cicitnya pelan.




----------------------------to be continued, baby KaRa❤

ANGKASADARA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang