11. Tak Seindah Lukisan
"Dalam keterpaksaan, aku di paksa untuk melepasmu walau naluri ku sangat membutuhkan hadirmu,"-Aluna Meisyaputri.
***
Aluna menatap lukisan buatannya dengan senyum kecut. Dia pikir, hidupnya berjalan sesuai apa yang dia inginkan. Dia pikir, dia dan Angkasa bisa bahagia bersama seperti apa yang dia lukis di kertas kanvas ini.
"Dulu, kita sering sama-sama meskipun aku tau kamu terpaksa ngelakuin itu. Tapi aku tetep suka kamu yang dulu," ucap Aluna menatap lukisan itu.
Aluna menatap lukisan itu dengan seksama. Lukisan itu berisi dirinya dan Angkasa yang sedang tertawa bersama, keduanya nampak bahagia meskipun bukan begitu kenyataannya.
"Aku yakin, suatu saat kamu pasti milih aku daripada dia," ucap Aluna begitu yakin.
Sedangkan di waktu yang sama tapi berbeda tempat, Angkasa sedang di sidang oleh keempat temannya.
"Sekarang lo jelasin ke kita maksud ucapan lo tadi," ucap Iqbal serius.
"Gue sama Dara pacaran," ujar Angkasa santai.
"Lo ngelakuin itu tulus atau ..." Raja menggantung kalimatnya.
"Gue sayang sama dia," ucap Angkasa.
"Emangnya lo udah move on dari Fina?" tanya Kenzo.
"Udah, gue udah selesai sama masa lalu gue dan Fina. Meskipun gue gak pernah ngelupain dia, tapi seenggaknya sekarang posisinya udah beda," ucap Angkasa panjang lebar.
"Lo gak bakal nyakitin Dara, kan?" tuding Dewa.
Angkasa menganggukkan kepalanya. "Tenang aja, gue bakal berusaha untuk bahagiain dia semampu gue," ucap Angkasa sungguh-sungguh. Apalagi jika mengingat perlakuan Arsy kepada Dara, Angkasa makin yakin akan keputusannya untuk melindungi cewek itu. Ah, maksudnya kekasihnya itu.
***
"Lo tadi nembak gue?" tanya Dara kepada Angkasa saat cowok itu kini datang kembali ke rumahnya setelah mengantarkan dirinya sepulang sekolah tadi.
"Gue udah bilang sama Papa, nanti pas libur semesteran kita bakal tunangan."
Ucapan Angkasa yang kelewat santai sontak membuat Dara terkejut setengah hidup. Dia mengerjapkan matanya lalu menepuk kedua pipinya yang terasa sakit.
"Ini gue mimpi apa gimana, sih?" tanya Dara pada dirinya sendiri. Lalu dia menatap Angkasa lagi. "Lo ngelakuin ini karena apa?" tanyanya.
"Gue suka sama lo," jawab Angkasa begitu tenang dengan ekspresi datar andalannya.
"Wait ... kalau gue nol-"
Belum sempat Dara merampungkan kalimatnya, Angkasa sudah meraih pot berisikan bunga kaktus di atas meja. "Berani lo nolak gue?" tanya Angkasa tenang, tapi raut wajahnya mendeskripsikan jika dia siap melemparkan pot tersebut jika Dara menolaknya.
Dara spontan melotot pada cowok itu, "enak aja! Mana ada nembak anak orang secara paksa kayak gini! Gak terima gue!"
"Gue serius," ucap Angkasa lalu meletakkan pot tersebut ke atas meja kembali.
"Sejak kapan lo suka sama gue?" tanya Dara sedikit sombong.
"Entah." Jawaban Angkasa di luar ekspetasi Dara. Ini gak ada romantis-romantis dikit, gitu?
"Gue sebenernya juga suka sih sama lo. Ja-"
"Jelas lo mau sama gue, semua cewek juga gitu," potong Angkasa membuat jiwa-jiwa tabokers Dara meronta-ronta.
"Pede banget lo, Monyet!" ucap Dara kesal.
"Sayang, gak boleh bilang gitu sama Angkasa," tegur Arya yang tiba-tiba muncul dari pintu utama.
"Papa udah pulang?" tanya Dara dengan polosnya.
"Belum, ini roh Papa yang pulang duluan," gurau Arya.
Dara lalu beralih memeluk pria itu dengan erat. "Papa udah tau kalau aku sama Angka-"
"Jelas, dong!" potong Arya sembari menggendong putri semata wayangnya itu. Arya duduk di samping Angkasa dengan Dara yang duduk di pangkuannya.
Angkasa gemas ingin menendang cewek itu yang terlihat manja jika di dekat ayahnya, coba kalau di sekolah ... jiwa premannya keluar begitu saja. Di kandang kalem, di luar ganas. The real cewek idaman Angkasa!
"Manja banget kalau sama Om, tapi kalau di sekolah kayak preman," ucap Angkasa mengadu pada pria itu.
"Oh, ya?" Arya menatap putrinya yang kini sudah nyengir lucu kearahnya.
"Kan kata Papa harus jadi anak kuat anti menye-menye," ucap Dara dengan tatapan innocent.
"Aduh ini anak Papa pinter banget, sih. Jadi nanti kalau Angkasa nyakitin kamu, kamu harus?"
"Sakitin balik!"
Baik-baik, Angkasa sudah paham cara mainnya. Dia bersumpah tidak akan menyakiti Dara. Ya, semoga saja dia tidak lupa akan sumpahnya itu.
***
Saat ini, Iqbal sedang mengadakan konser dadakan di markas kedua Flaster dan disaksikan oleh semua anak-anak Flaster yang ada di sana.
"Harusnya aku yang di sana, dampingimu dan bukan dia. Harusnya aku yang kau cinta dan bukan dia~" Meskipun suaranya jauh dari kata bagus, Iqbal tetap percaya diri.
"Gue turut bersukacita atas patah hatinya lo, Bal!" ucap Bima.
"Huwooo! Tuhan ku cinta Dara, ku ingin bersamanyaaa ku inggin habiskan nafas ini berdua dengannya!" lanjut Iqbal mengganti lagunya.
Jujur saja, Iqbal tidak hafal lirik lagu yang dia nyanyikan, maka dari itu dia gonta-ganti lagu.
"Langit, bisakah kau turunkan hujan dengan petir? Telingaku sakit mendengar Iqbal bernyanyi dengan suara jeleknya," ucap Raja, Arya dan Ragil dengan kompak.
"Oalah, asu!" umpat Iqbal.
----------------------------to be continued, baby KaRa❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASADARA [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[SEKUEL BISA DIBACA TERPISAH] [NEW VERSION] Kisahnya singkat, sesingkat pertemuan mereka. Kisahnya juga telah usai, sebelum waktunya. Sesungguhnya, kebahagiaan hanyalah pemanis dalam cerita ini karena sebenarnya kesedihan lah yang menjadi dasar a...