17. Dadah, Papa!

4.7K 509 26
                                    

17.Dadah, Papa!

"Jika pelindung terbaik sudah pergi, lantas siapa yang aku harapkan untuk melindungiku?"-Dara Renata Fransiska.

***

"Angkasa, Om percayakan Dara sama kamu. Tolong jangan rusak kepercayaan saya, ya?" Arya menatap Angkasa dengan tatapan memohon.

"Om tenang aja, aku janji akan jaga Dara sebisa mungkin," ucap Angkasa.

"Om pegang janji kamu," ujar Arya lalu beralih memeluk sangat putri yang sejak tadi menangis tidak mau di tinggal pergi.

"Papa perginya jangan lama-lama, nanti aku kesepian di rumah," ucap Dara di sela-sela tangisnya.

Arya mengecup puncak kepala sang anak berkali-kali. "Papa janji bakal pulang secepatnya kalau proyek Papa udah selesai, Dara janji jangan nangis lagi, ya?"

Dara menggelengkan kepalanya tegas, dia lalu memeluk leher sayang ayah dan menangis di ceruk leher pria itu.

Arya menggendong putrinya yang saat ini dalam mode kekanak-kanakan. Dia usap pipi gadis kecilnya yang terus basah karena air mata.

"Sayang, jangan nangis lagi dong. Katanya malu nangis di depan Angkasa, kok sekarang malah kejer?" tanya Arya seraya terkekeh pelan.

"Biarin!" celetuk Dara. Dia ingin membagi tangisannya kepada pria itu sebelum nantinya dia memendam itu sendirian.

"Nanti Angit-nya Ara bakal pulang," ucap Arya yang sontak membuat Dara menghentikan tangisnya.

"Beneran?" tanya Dara seraya turun dari gendongan sang ayah.

***

"Papa kalau udah sampai di sana kabarin aku, ya!" ucap Dara memeluk pria itu.

"Pasti Papa kabarin kamu, Nak. Kamu di sini jaga diri baik-baik, ya? Yang perlu kamu tau, Papa selalu ada di sisi kamu meskipun jarak memisahkan kita," ucap Arya seraya mengusap kepala sang anak.

"I love you," ucap Dara pelan, lalu dia berjinjit untuk mencium pipi sang ayah.

"Me to," balas Arya melakukan hal yang sama.

Arya lalu memeluk Arsy setelah Dara berada di dekat Angkasa. "Aku pergi dulu, tolong untuk kali ini jangan sakiti Dara. Aku tau kamu Mama yang baik," ucap Arya tersenyum tulus.

Arsy hanya diam dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

"Jaga diri baik-baik, aku juga sayang kamu," ucap Arya sebelum menaiki pesawat.

Dara menangis lagi hingga membuat Angkasa tidak tega. Segera dia dekap tunangannya itu. "Jangan nangis, Papa kamu sedih kalau liat kamu kayak gini,"

"Papa perginya gak bakalan lama, kan?"

***

Tidak ingin Dara berlarut dalam kesedihannya, Angkasa membawa kekasihnya itu ke sebuah pantai untuk menyegarkan pikiran.

"Jangan sedih lagi," ucap Angkasa mengusap kepala sang tunangan.

"Iya,"

"OMG! Iqbal jangan siram gue, tolol!"

Angkasa dan Dara kompak menoleh saat merasa kenal dengan suara itu. Itu suara Dania!

"RAJA! KERAJAAN PASIR GUE JANGAN DI TENDANG, BAGONG!"

"Nia di sini?" gumam Dara pelan. "DANIA?!" panggil Dara dengan keras.

Seorang cewek yang mengenakan dress merah muda selutut itu menoleh saat ada yang menyerukan namanya. "Dara?!"

"Eh?" ucap Angkasa spontan saat Dara pergi meninggalkannya begitu saja.

"Nia lo ngapain di sini?" tanya Dara pada sahabatnya itu.

"Ngamen, Ra," jawab Dania asal.

"Ya, ampun. Pantes penampilan lo kayak gembel gini," ujar Dara dengan polos.

"Heh, astagfirullah!" Dania mengusap-usap dadanya dramatis saat mendengar ucapan Dara.

"Ratu, Kanza! Sini!" teriak Dania memanggil pacar Raja dan Kenzo itu.

"Kalian ke sini gak ngajak-ngajak gue?!" tanya Dara kesal.

"Yang penting ketemu di sini, kan?" ujar Dania. "Tadinya kita mau ngajakin lo, tapi katanya Om Arya mau pergi dan lo ikut nganterin. Makanya gak jadi ngajak lo," lanjutnya.

"Ayo main!" Keempat cewek itu lalu bergandengan dan berlari ke air saat ombak kecil datang.

"Angka! Tolong fotoin, dong!" teriak Dara meminta tolong pada kekasihnya itu.

"Untung, sayang," lirih Angkasa lalu mengeluarkan ponselnya dan mulai memotret keempat cewek itu.

"Cantik-cantik banget pacar orang," celetuk Dewa yang sedang duduk di atas pasir.

"Banyak yang mau sama lo, tapi lo sok jual mahal!" kata Raja mencibir cowok itu.

"Gue gak mau pacaran," ucap Dewa. Dia memang berkomitmen untuk tidak pacaran, dia hanya mau menikahi orang yang tepat suatu saat nanti.

"Serah lo deh, Wa," sahut Kenzo dan Iqbal bersamaan.

***

Sepulang dari pantai, Angkasa dan Dara mampir ke sebuah toko hewan yang menjual berbagai jenis hewan peliharaan. Ada kucing, kelinci, anjing, dan lain-lain.

Pupil mata Dara membesar saat melihat seekor kucing yang sangat cantik menurutnya. Dengan tatapan berbinar dia menunjukkan hewan mungil itu kepada Angkasa.

"Aku mau kucing itu!" ucap Dara antusias.

Angkasa menganggukkan kepalanya lalu membelikan hewan imut itu untuk tunangan kesayangannya itu. Setelah selesai, mereka segera pulang karena hari sudah hampir gelap.

Selama diperjalanan, Dara mengabaikan Angkasa. Dia terus fokus mengajak kucing barunya berinteraksi dengan bahasa konyolnya.

"Anak kita di kasih nama apa, Angka?" tanya Dara.

"Apa aja, Ra," balas Angkasa.

Dara berdecak. "Liat itu Papa kamu, jelek banget!" ucap Dara mengadu pada anak pungutnya.

"Masa aku di bilang jelek ke anak kita?" ujar Angkasa mendengus sebal. Cowok itu sesekali melirik Dara yang kini cekikikan di tempatnya.

"Namanya Rara aja gimana? Siapa tau bisa jadi penyanyi terkenal juga kayak Rara," saran Dara dengan otak minimnya itu.

"Iya," balas Angkasa singkat.

"Rara, ini Mama! Mama Dara!" ucap Dara memperkenalkan dirinya kepada anggota barunya itu. "Itu Papa. Papa Angkasanjing," ucap Dara menunjuk Angkasa.

"Mulutnya," tegur Angkasa seraya memelankan laju mobilnya.

"Hehe,"



----------------------------to be continued, baby KaRa❤

ANGKASADARA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang