18. Hai, Langit!
"Dia kembali, membawa kepingan rasa yang hampir putus asa. Menyemangati kembali hati yang hampir mati,"-Dara Renata Fransiska.
***
Dara mengerjapkan matanya saat melihat sosok cowok yang berdiri di depan pintu utama rumahnya.
"Maaf, nyari siapa?" tanya Dara bingung.
"Mau nyari Ara-nya Angit yang hilang dulu,"
Dara yang terkejut spontan memeluk cowok itu yang ternyata adalah sahabat kecilnya. Langit.
"Bobon!" pekik Dara antusias saat cowok itu menggendongnya dan berputar-putar.
"Kaget hmm?" tanya Langit seraya terkekeh pelan.
"Kangen banget sama Angit!" ucap Dara seperti anak kecil.
"Angit juga kangen sama Ara," ujar Langit.
Keduanya lalu tertawa bersama. Meskipun sudah terpisah selama hampir enam tahun lamanya, mereka tidak canggung sama sekali saat pertama kali bertemu.
"Ayo masuk!" Dara menyeret tangan cowok itu masuk ke dalam. "Papa udah nyiapin kamar kamu, tau! Pas waktu pindah ke sini, kamar kamu di bikin khusus sama Papa," lanjut Dara menunjukkan kamar yang ada di samping kamarnya.
Kamar khusus milik Langit sangat keren. Perpaduan antara silver dan warna emas mendominasi kamar cowok itu. Miniatur seperti Batman, Ironman, Spiderman dan tokoh-tokoh fiksi lainnya ada di sana. Ranjangnya juga berbentuk seperti mobil sport. Harum maskulin menyeruak ketika memasuki kamar itu.
"Om Arya niat banget bikin ini semua," ucap Langit berdecak kagum melihat berapa indahnya kamar ini.
"Tapi sayang, aku gak bisa lama-lama di sini. Soalnya dua hari lagi aku harus balik lagi ke LA," ujar Langit sedih.
"Yahhh, sebentar banget!" ucap Dara. "Tapi gak apa-apa, kita harus bisa manfaatin waktu ini sebaik-baiknya!" lanjut Dara.
"Aku udah buat list yang harus kita lakuin selama kamu di Indonesia," ujar Dara antusias lalu pergi ke kamarnya untuk mengambil kertas yang berisi daftar keinginan yang harus dia lakukan bersama Langit.
***
Angkasa memandang ponselnya bingung. Kenapa Dara tidak mengirim pesan kepadanya hari ini? Biasanya di jam seperti ini kekasihnya itu akan meneleponnya dan merecokinya dengan berbagai cerita nyeleneh cewek itu.
Dia sedang ada di Surabaya menemui kakek dan neneknya.
"Kamu ke mana, sih?" tanya Angkasa menatap ponselnya yang terasa sepi. Lalu cowok itu memilih untuk menelepon Dara saja dari pads menahan rindu seperti ini.
"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif-"
Angkasa mematikan ponselnya saat suara operator yang terdengar.
"Kamu di mana, sih? Lagi sama siapa? Apa Tante Arsy jahatin kamu lagi?" tanya Angkasa gelisah. Dia takut jika Dara kenapa-kenapa karena Arsy.
***
Aluna berjalan pelan memasuki sebuah café, matanya mengedar mencari kursi kosong untuk dia tempati. Saat sudah dapat, segera dia duduk di sana.
"Jadi ke hotelnya, kan?"
Aluna menoleh ke belakang saat mendengar suara Dara. Dan benar saja, ada Dara di sana bersama dengan seorang cowok yang dia tidak tahu siapa itu.
"Jadi lah, kamu ikut, kan?"
"Ya ikut, dong! Pokoknya kemanapun kamu pergi, aku selalu ikut!"
Aluna mengernyitkan dahinya bingung. Nada bicara Dara sangat berbeda dengan di sekolah. Jika di sekolah Dara sangat tegas, maka kali ini nadanya terdengar seperti anak kecil yang merengek.
Hotel?
Aluna jadi bingung dengan semua ini. Siapa cowok yang bersama Dara itu? Bukankah Dara sudah bertunangan dengan Angkasa, lalu di mana Angkasa sekarang? Apa yang akan Dara dan cowok itu lakukan di hotel? Atau jangan-jangan..
***
"Bobon!" Dara menggedor-gedor kamar Langit dengan tergesa-gesa. Setelah pintu terbuka, cewek itu langsung masuk ke dalam kamar Langit dan bersembunyi di bawah selimut cowok itu.
"Bubun kenapa?" tanya Langit berusaha menikah selimut yang membungkus tubuh Dara.
"Mama udah pulang," ucap Dara seraya menyebulkan kepalanya.
Langit yang mengerti pun mengangguk pelan. "Kamu tidur di sini aja, biar aku tidur di sofa," ucap Langit lalu berjalan menuju sofa yang berada di dekat jendela balkon.
"Aku sebenernya belum ngantuk," ucap Dara pelan.
Langit melirik jam yang terpajang di dinding kamarnya, lalu menatap Dara dengan lembut. "Udah jam sepuluh, Ara. Tidur sekarang atau aku tinggal?" ancam Langit seraya membaringkan Dara dan membenarkan selimut yang menutupi tubuh cewek itu.
"Tapi, Angit-"
"Dara?" Langit menatap Dara datar. Jika nama asli yang dia sebut, itu berarti dia sedang tidak mau di bantah.
"Orang belum ngantuk juga," ujar Dara pelan.
"Oke, aku pergi-"
"IYA-IYA INI AKU TIDUR!" pasrah Dara daripada cowok itu meninggalkannya.
Langit tersenyum kecil, lalu mengecup kening cewek itu yang sudah dia anggap sebagai adiknya meskipun usia Dara lebih tua darinya.
"Angit mau yang terbaik untuk Ara, jadi Ara jangan bandel, ya?" gumam Langit pelan.
Mungkin sebagian orang akan mengira Langit lebay. Tapi percayalah, sampai saat ini pun Dara adalah orang kedua yang menurutnya harus dia jaga dan lindungi setelah mamanya. Karena tumbuh bersama Dara sejak kecil membuat Langit paham betul bagaimana kehidupan sahabatnya itu.
Hampir tujuh belas tahun mereka hidup, belum pernah sekalipun Langit mendengar Arsy berkata lembut kepada Dara. Justru yang Langit tahu wanita itu hanya memberi luka kepada Dara.
"Cantiknya Langit harus bahagia,"
Di sisi lain, seorang perempuan yang mengenakan hoodie hitam itu tersenyum devil saat melihat beberapa foto di tangannya.
"Kamu harus hancur Dara. Harus.."
----------------------------to be continued, baby KaRa❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASADARA [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[SEKUEL BISA DIBACA TERPISAH] [NEW VERSION] Kisahnya singkat, sesingkat pertemuan mereka. Kisahnya juga telah usai, sebelum waktunya. Sesungguhnya, kebahagiaan hanyalah pemanis dalam cerita ini karena sebenarnya kesedihan lah yang menjadi dasar a...