15. Selamat UAS
"Setiap sekolah punya ceritanya masing-masing. Meskipun kita tak nyata, aku harap kita bisa di kenang oleh jutaan orang yang membacanya."-All siswa SMA Kencana.
***
Beberapa bulan kemudian, di kelas IPS 4, tepatnya kelas Dara, suasana kelas terlihat sunyi. Ya, beginilah jika sedang ujian, sepi.
Di meja guru, sang pengawas hanya duduk memperhatikan mereka. "Kalau ketahuan menyontek, kertasnya langsung saya robek!"
"Siap, Bu!"
Semua tas dan ponsel sudah di kumpul di depan papan tulis, tapi pengawas tidak tahu saja jika ada kertas yang terselip di dasi, masker, kaos kaki, bahkan ada yang menyelipkan kertas di lipatan uang.
Namun sepertinya keberuntungan tidak berpihak kepada Dara, kertas contekannya ketinggalan! Dan yang lebih membagongkan lagi, Dania duduk jauh darinya.
"Arsen!" Dara bersin dengan menyerukan nama Arsen.
Sontak semua mata tertuju pada Dara, cewek itu hanya nyengir kuda.
"Ada apa Dara?" tanya pengawas tersebut.
"Enggak ada, Bu," jawab Dara.
"Ya, sudah. Lanjutkan,"
"Baik, Bu."
Dara berdecak pelan saat Arsen tak peka terhadap kode yang dia berikan. Alhasil, karena Arsen duduk tepat di depannya, dia mendorong kursi cowok itu menggunakan kakinya.
"Tenang aja, Ra. Ntar kertasnya gue kasih ke elo," bisik Arsen membuat Dara bernapas lega.
Oke, setidaknya mereka tidak munafik seperti orang yang sering bilang tidak menyontek padahal aslinya buka google!
***
Sama seperti kelas Dara, kelas Angkasa juga sunyi saat ujian berlangsung. Cuman bedanya, kelas mereka terlalu barbar hingga kertas contekan melayang sampai ke meja pengawas.
Untung si pengawas sedang keluar membuang sampah. Cepat-cepat mereka mengambil kertas itu sebelum kena amukan.
"Woy! Nomor 5 essay jawabannya apaan?" tanya Iqbal dengan suara sedikit keras. Sama seperti Dara, kertas contekan miliknya juga tertinggal.
"Nih," Kenzo melemparkan kertas contekan miliknya pada cowok itu. "Cepetan, gue mau nulis nomor 7," ujar Kenzo yang di balas acungan jempol dari Iqbal.
"Kelas kita gak ada akhlak banget," ucap Dewa sembari menggelengkan kepalanya. Tentu saja hanya dia dan Angkasa yang tidak mencontek. Alias jujur.
***
Dua minggu telah berlalu, kini markas utama Flaster tengah ramai sebab Angkasa dan anak-anak Flaster lainnya mengadakan party untuk menghilangkan penat sebahis ujian.
"Gila, sih. Tahun ini gue gak yakin masih dapet ranking," ucap Gerald pesimis.
"Positif thinking aja, kalo gak dapet ranking, mungkin kang caper yang ngambil," ujar Raja membuat yang lainnya tertawa.
"Woy! Itu yang bermuka dua, tolong dong sumbangin ke orang yang suka cari muka!" teriak Arya.
"Lemes, pren! Gue sekolah cari ilmu, dia sekolah cari muka!" timpal Bagas.
"Yahaaa!"
"Temen-temen kamu aneh," komentar Dara yang saat ini sedang membuntuti Angkasa menuju ke dapur. Dia sengaja ikut kemari karena ajakan dari Iqbal tadi, kebetulan ada beberapa cewek juga di sini makanya dia ikut.
Oh, iya. Semenjak kemarin, mereka memutuskan untuk memakai kata aku-kamu, tidak lagi lo-gue.
"Biasanya lebih dari sekarang," ucap Angkasa terkekeh pelan.
"Kok di sini ada cewek?" tanya Dara seraya mengeratkan genggaman tangannya pada Angkasa.
"Mereka calon anggota baru di sini," jawab Angkasa sekenanya.
"Emang cewek boleh ikut?" tanya Dara lagi.
"Enggak," balas Angkasa singkat.
"Lah? Terus mereka ngapain di sini?"
"Mereka katanya gak gak apa-apa jadi tukang bersih-bersih di sini," ucap Angkasa benar adanya.
"Babu maksudnya?"
"Iya, Sayang. Kamu dari tadi nanya mulu, gak bisa diem hmm?" tanya Angkasa seraya melirik pacarnya itu sejenak.
"Aku kalau diem nanti mulutnya gatal," ucap Dara ngawur.
Angkasa tertawa pelan menanggapi hal itu, dia lalu membuka pintu kulkas karena memang sedari tadi dia ingin minum.
"Angka?" panggil Dara pelan.
"Hmm?" balas Angkasa yang masih menenggak minumannya.
Dara takut untuk berbicara, dia takut di bilang lebay atau semacamnya. Ini bukan kali pertamanya dia berpacaran, tapi baru kali ini yang bertahan lama. Dia ... dia takut kehilangan cowok itu.
"Ngomong aja," ujar Angkasa saat Dara tak kunjung mengutarakan apa yang ingin dikatakan.
"Nanti setelah kita tunangan, Papa bakal ngurus proyek di Jerman. Kamu gak bakal berubah, kan? Maaf kalau aku lebay, tapi aku udah terlanjur nyaman sama kamu. Aku cuman takut aja nanti kamu berubah atau malah ninggalin aku demi orang lain," ucap Dara dengan mata berkaca-kaca.
"Lho? Hey, kok malah sedih?" Angkasa langsung mengusap kepala Dara dengan sayang lalu mendekap tubuh ringkih itu erat-erat.
"Denger, aku janji gak bakal berubah,"
Dara malah menangis mendengar ucapan Angkasa. Entahlah, tiba-tiba rasa takut menghampirinya saat beberapa waktu belakangan ini Arsy tidak berbuat macam-macam kepadanya. Dia takut kalau nantinya Arsy menciptakan rasa sakit yang lebih besar di saat Arya tidak ada di sisinya.
"Aku takut.."
----------------------------to be continued, baby KaRa❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASADARA [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[SEKUEL BISA DIBACA TERPISAH] [NEW VERSION] Kisahnya singkat, sesingkat pertemuan mereka. Kisahnya juga telah usai, sebelum waktunya. Sesungguhnya, kebahagiaan hanyalah pemanis dalam cerita ini karena sebenarnya kesedihan lah yang menjadi dasar a...