31. Kabar Baik

3.5K 405 2
                                    

31. Kabar Baik

"Tak ada seorang ayah yang akan membiarkan seorang putrinya terluka,"-Papa Arya.

***

"Kalau nanti kita pulang kepangkuan Tuhan, apa yang pengen kalian minta sebelum hari itu datang?" tanya Kenzo tiba-tiba.

Saat ini, keempat cowok itu sedang rebahan di atas dua kursi kelas dan tas yang menjadi bantalnya. Kelas sedang sunyi karena yang lain di luar, tinggallah mereka berempat di sana.

"Kalau gue, gue cuman minta semua orang yang gue sayangin hidup bahagia walau dengan atau tanpa adanya gue," ucap Iqbal.

"Kalau orang tua kandung gue masih hidup, gue cuman berharap bisa ketemu sama mereka sebelum ajal jemput gue," sahut Dewa.

"Keinginan gue cuman satu, yaitu bisa nikah dan punya anak sama Ratu sebelum gue meninggal," ujar Raja. Si playboy satu ini sangat bucin terhadap pacar pertamanya, tapi anehnya dia masih banyak pacar di mana-mana meskipun Ratu punya segala yang dia inginkan.

"Lo sendiri, mau apa?" Iqbal balik bertanya kepada Kenzo.

"Enggak tau," kata Kenzo dengan pandangan kosong.

"Kenapa gitu?" tanya Dewa seraya mengangkat kepalanya untuk melihat cowok itu.

"Gue juga gak tau," jawab Kenzo asal.

"Emangnya lo gak punya keinginan apa, gitu?" tanya Raja.

"Ada," jawab Kenzo singkat.

"Apa?" tanya ketiganya serempak.

"Gue pengen nikah sama Kanza," ucap Kenzo membuat ketiga cowok itu menatapnya horor.

"Kalau seandainya semua itu gak kewujudan, gimana?" tanya Dewa.

"Semoga aja Kanza nemuin cowok yang lebih baik dari gue. Contohnya kayak lo," ucap Kenzo kepada Dewa.

"Halah! Gue rebut beneran ntar ngamuk," ledek Dewa membuat Kenzo tertawa.

"Gue sholat dulu," ucap Iqbal berpamitan seraya beranjak dari tempatnya. Dia akan sholat di mushola sekolah karena kebetulan kelas sedang kosong.

"Sholat Dhuha?" tanya Raja yang di balas anggukan oleh Iqbal.

"Siapa tau gak lama lagi gue pulang ke pangkuan Allah. Kan gak lucu kalau gue gak punya bekal buat akhirat," ucap Iqbal. "Sekalian mau ngedoain Dara semoga dia cepet sembuh," sambungnya.

"Kita ikut!" ketiga cowok itu serempak bangkit dari posisi mereka dan menyusul Iqbal.

***

"Gimana, Dok?" tanya Angkasa saat dokter memeriksa perkembangan Dara.

Dokter tersebut tersenyum kecil. "Jangan khawatir, sebentar lagi dia akan segera siuman. Kalau gak nanti siang, mungkin nanti malam,"

Angkasa tersenyum lega mengetahui hal itu, dia mengucapkan terimakasih sebelum dokter itu keluar dari ruangan ini.

"Pinter banget sayangnya Angkasa," ucap Angkasa yang gemas akan kekasihnya itu. Cowok itu lalu mengecup kening Dara. "Cepet bangun, Sayang. Aku tunggu kamu di sini,"

Arya tersenyum di balik pintu kaca itu. Segera dia masuk ke dalam dan mengusap punggung Angkasa saat melihat betapa sayangnya anak itu kepada putrinya.

"Terimkasih sudah menjaga Dara," ucap Arya tulus.

"Sama-sama, Om. Lagian itu juga udah jadi tugas aku," ujar Angkasa.

"Sekarang Om udah di sini. Gantian gih kamu yang pulang terus istirahat, kamu keliatan capek banget," ucap Arya.

"Aku gak apa-"

"Eitsss," Arya menggerakkan jari telunjuknya pertanda no. "Gak ada alasan. Kamu pulang, segarkan badan dan tubuh kamu. Kan bentar lagi Dara siuman, masa ketemu Dara kayak gini? Jelek banget," gurau Arya terkekeh pelan.

Angkasa tertawa pelan. "Ya, udah. Kalau gitu aku pulang sekarang, kalau ada apa-apa jangan lupa telepon aku, ya?"

"Iya, kamu tenang aja,"

Angkasa meraih punggung tanganku Arya untuk dia salami. "Aku pamit, Om. Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumussalam,"

Selepas kepergian Angkasa, Arya duduk di kursi yang tadi Angkasa tepati. Tangannya dengan telaten mengusap rambut sang anak dengan sayang.

"Anak Papa pinter banget," ucap Arya seraya mengecup punggung tangan putrinya itu berkali-kali.

"Kamu tau? Papa ngelarang orang tua kandung kamu ke sini, gak bakal Papa biarin mereka nyentuh kamu sedikitpun," ucap Arya.

"Enak aja mereka, bisanya ngebuat terus nyiksa kamu. Gak terima Papa," ujarnya dengan sedikit terbawa emosi.

Menurutnya orang seperti Arsy dan Keanu tidak pantas merawat Dara. Keanu menurutnya tidak bisa bertanggungjawab, buktinya setelah melakukan itu dengan Arsy, pria itu tidak bertanggungjawab. Dan Arsy, menurutnya Arsy adalah ibu yang paling buruk untuk Dara karena selama ini wanita itu hanya bisa memberikan luka untuk Dara.

Jadi dia tidak salah melarang dua orang itu mendekati putrinya, kan?

"Papa akan bahagiakan kamu meskipun nyawa Papa taruhannya," ucap Arya sungguh-sungguh. Dia tidak peduli jika status Dara adalah anak tirinya atau apapun itu, karena baginya Dara tetaplah putri kandungnya dan selamanya begitu.

***

"Lho, Nia?" Iqbal kaget saat melihat Dania yang sedang mencari mukena di lemari yang ada di dalam mushola itu.

"Iqbal?" Dania tak kalah terkejutnya dengan cowok itu.

"Lo ngapain?" tanya Iqbal konyol.

"Ngamen," balas Dania seraya memasang mukenanya.

"MasyaAllah," ucap Iqbal begitu kagum melihat penampilan Dania yang sangat cantik saat mengenakan mukena.

"Gue tau gue cantik," ucap Dania sedikit menyombongkan dirinya.

"Nia, ana uhibbuka fillah," ucap Iqbal seraya memasang peci dan pergi begitu saja meninggalkan Dania yang tercengang atas perkataannya.



----------------------------to be continued, baby KaRa❤

ANGKASADARA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang