37. Harus Usai
"Kita harus usai, meskipun sebelum waktunya."-AngkasaDara.
***
Arsy menatap bangunan kosong yang sejak beberapa tahun lalu dia dan keluarganya tinggalkan. Rumah minimalis berlantai dua itu masih nampak terawat karena memang ada pekerja yang akan datang membersihkannya seminggu sekali.
Perlahan, wanita itu mulai memasuki rumah yang dulu adalah hunian dia dan keluarga kecilnya.
"Mama, Mama! Dara sekarang udah jago gambar, lho! Mama mau liat?"
"Mama, kenapa cuman Kak Bella yang Mama suapin? Aku enggak?"
"Mama enggak sayang sama aku?"
"Mama, aku sayang Mama!"
Arsy menutup kedua telinganya saat suara Dara kecil menggema di telinganya. Bayang-bayang saat Dara kecil menangis mulai terekam jelas dalam ingatannya.
Tentang bagaimana dia memaki gadis kecil itu, bagaimana dia mematahkan harapan gadis kecil itu, dan tentang bagaimana jahatnya dia saat ingin menghancurkan kehidupan gadis itu. Kini terekam jelas dalam benaknya.
Perlahan, rasa benci itu berubah jadi penyesalan yang tak mungkin pernah terlupakan.
Melihat betapa hancurnya Dara saat ini, Arsy merasa bahwa yang ia lakukan selama ini adalah kesalahan besar. Mungkin jika dia tidak melampaui batasnya di malam itu, Dara tidak akan masuk rumah sakit dan Angkasa tidak akan mengalami kecelakaan yang membuatnya hilang separuh ingatannya.
"Maafin Mama," gumam Arsy benar-benar merasa bersalah. "Aku harus secepatnya minta maaf sama Dara,"
***
"Lo ke sana aja, Aluna biar kita yang urus," ucap Kenzo kepada Dara membuat cewek itu mengangguk patuh.
Dara menemui Angkasa di lapangan belakang tempat biasa cowok itu bermain basket seorang diri. Sebelum benar-benar menghampiri Angkasa, Dara menyiapkan hatinya agar tidak merasa sakit jika kali ini Angkasa kembali menolaknya.
Dia tidak boleh menyerah begitu saja untuk membuat Angkasa mengingatnya. Tidak akan dia biarkan Aluna mendapatkan Angkasa begitu saja.
Apa yang sudah menjadi miliknya, tidak akan dia biarkan dimiliki orang lain begitu saja. Tapi, jika seandainya Angkasa benar-benar tidak mencintainya lagi, ia ikhlas dan akan belajar merelakan Angkasa.
"Angka?" panggil Dara membuat Angkasa menghentikan aktivitasnya sejenak. "Aku mau ngomong sesuatu, boleh?" tanya Dara seraya mendekati Angkasa.
"Mau ngapain lo ke sini?" tanya Angkasa dingin dengan raut wajah datar andalannya.
Dara menarik napas lalu menghembuskannya secara perlahan. "Kamu beneran lupa sama aku?" tanya Dara lirih.
"Ya."
"Kamu udah gak cinta sama aku lagi?" tanya Dara lagi.
"Kapan gue cinta sama lo?" tanya Angkasa begitu menohok.
Mulut Dara terkatup rapat mendengar kalimat pedas yang di lontarkan Angkasa kepadanya. Dia mengerti jika sekarang Angkasa sedang melupakan separuh dari ingatannya, tapi tetap saja hatinya tidak bisa menerima begitu saja.
Dengan pelan, Dara melepas cincin yang tersemat di jari manisnya lalu memberikannya kepada Angkasa.
"Kita ... selesai," ucap Dara lalu menghapus air matanya yang jatuh. "Maaf, aku gak sekuat itu liat kamu sama Aluna. Aku harus jaga kesehatan mentalku untuk saat ini. Jadi aku harap, semoga perpisahan kita bisa bikin aku sedikit tenang," ucap Dara.
"Semoga kamu sama Aluna selalu bahagia, aku permisi," pamit Dara yang kemudian langsung berlari meninggalkan Angkasa yang terdiam di tempatnya.
Angkasa memejamkan matanya saat kepalanya terasa pusing bersamaan dengan kilasan putih muncul dalam benaknya.
"Arghhh!" teriak Angkasa memegang kepalanya sebelum akhirnya terjatuh ke tanah.
***
"Gimana, Ra?" tanya Kenzo, Raja dan Dewa bersamaan.
Dara tersenyum kecil, lalu menunjukkan jemarinya yang kosong. Melihat itu, ketiga cowok itu hanya bisa terdiam membisu. Mereka pikir, Dara akan bertahan dengan Angkasa, tapi nyatanya semua itu tak sesuai dengan apa yang mereka mau.
"Maaf, gue gagal genggam kembali apa yang gue punya. Gue harap, kalian bisa bantu Angkasa pulih walau dengan atau tanpa adanya gue," ucap Dara pelan.
Dewa tersenyum tulus. "Kita ngerti, kok. Bahagia selalu, ya, Ra? Gue harap lo kuat ngadepin ini semua," ucap Dewa menyemangati Dara.
"Tapi lo tenang aja, gue bakal pastiin Angkasa ingat lagi sama lo dan semua kenangan kalian," ucap Kenzo meyakinkan Dara.
"Walaupun lo sama Angkasa udah selesai, kita bakal tetap jalanin amanah Iqbal untuk selalu jagain lo," ujar Raja.
"Makasih, kalian semua baik banget," ucap Dara terharu.
"Apapun untuk kesayangan kita!"
Dara tersentak kaget saat mendengar teriakan itu. Dirinya tambah kaget saat orang-orang mulai mendekat kearahnya.
"Semangat, Dara! Kita semua ada di pihak lo!"
"We love you, Dara!"
Dara benar-benar tidak bisa berucap apa-apa lagi setelah mendengar ucapan mereka semua. Yang pasti, dia sangat amat senang karena banyak yang menyemangatinya membuat beban yang ada di pundaknya perlahan berkurang.
"Makasih, semuanya!" ucap Dara.
----------------------------to be continued, baby KaRa❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASADARA [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[SEKUEL BISA DIBACA TERPISAH] [NEW VERSION] Kisahnya singkat, sesingkat pertemuan mereka. Kisahnya juga telah usai, sebelum waktunya. Sesungguhnya, kebahagiaan hanyalah pemanis dalam cerita ini karena sebenarnya kesedihan lah yang menjadi dasar a...