23. Rumah Sakit
"Mungkin, semuanya akan terasa baik-baik saja setelah aku tiada."-Dara Renata Fransiska.
***
Angkasa mendatangi kediaman Arya sebab pria itu menanyakan bagaimana kabar putrinya. Saat ingin menekan bel rumah, Angkasa melihat Dara yang ternyata sedang berdiam diri di kursi taman samping rumah cewek itu. Tempat pertama kali mereka memulai obrolan pertama mereka.
Mata Dara menatap ke depan dengan pandangan kosong, dia tidak sadar jika Angkasa sudah duduk di sampingnya.
Dengan pelan, Angkasa menggenggam tangan gadis itu. Lalu diam seperti yang Dara lakukan.
Detik berubah menit, menit berubah jam. Tak terasa sudah satu jam lamanya keduanya diam di posisi itu.
Dara masih betah dengan pikiran kosongnya sampai tidak merespon panggilan dari Angkasa.
"Dara?" panggil Angkasa sekali lagi. Angkasa melepaskan jaketnya lalu memasangkannya ke tubuh Dara saat merasa tangan Dara yang di genggamnya sangat dingin.
"Dara?" Angkasa sedikit meninggikan suaranya.
Dara tetap tak merespon, bahkan berkedip saja tidak.
"DARA!" Bahkan saat Angkasa membentaknya pun, gadis itu tak kunjung merespon apapun. Tubuhnya seperti beku.
Angkasa segera menggendong Dara untuk di bawa ke dalam rumah karena Angkasa khawatir dengan gadis itu yang tiba-tiba aneh.
"Pa-pa," ucap Dara terbata-bata sebelum akhirnya jatuh tak sadarkan diri.
"Ra? Hey, Dara?" Angkasa menidurkan Dara di sofa lalu menepuk-nepuk pipi gadis itu.
"Eh, Non Dara kenapa?!" Bu Asih kaget saat melihat wajah pucat Dara yang sudah terbaring lemah di sofa.
"Dara?"
Tubuh Dara langsung kejang-kejang saat itu juga membuat Angkasa dan Bu Asih panik. Angkasa langsung menggendong Dara, sedangkan Bu Asih memanggil Pak Jeno untuk menyiapkan mobil agar Dara di bawa ke rumah sakit.
Sedangkan di lantai atas, Arsy tersenyum melihat semua itu. "Racunnya bereaksi juga ternyata," gumanya.
***
Angkasa menggenggam erat jemari Dara saat gadis itu sudah di pindahkan ke ruang rawat. Sesekali dia mengusap kepala gadis itu yang di penuhi keringat dingin.
Pintu ruangan terbuka saat Dania masuk bersama Iqbal. Si cengeng Dania itu sudah menangis sejak di perjalanan saat mengetahui jika Dara keracunan.
"Daraaa bangun!" Dania menggoyangkan lengan Dara dengan tangisnya yang kembali pecah.
"Lo pulang aja, biar gue yang jaga Dara," ucap Iqbal kepada Angkasa.
"Maksud lo?" tanya Angkasa bingung.
"Lo jijik sama cewek murahan kayak Dara, kan?" ucap Iqbal begitu menohok. Dia tidak lupa jika Angkasa pernah mengatakan kalimat cewek murahan untuk Dara.
Angkasa memalingkan wajahnya dari Iqbal, tak menyahuti ucapan cowok itu lagi. Tangannya tetap menggenggam erat jemari mungil kekasihnya itu.
Hiks sroott
Iqbal menganga saat melihat Dania dengan wajah tanpa dosanya mengelap ingus ke bajunya.
"Dara cepet bangun, yaa.."
----------------------------to be continued, baby KaRa❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASADARA [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[SEKUEL BISA DIBACA TERPISAH] [NEW VERSION] Kisahnya singkat, sesingkat pertemuan mereka. Kisahnya juga telah usai, sebelum waktunya. Sesungguhnya, kebahagiaan hanyalah pemanis dalam cerita ini karena sebenarnya kesedihan lah yang menjadi dasar a...