27. Kelewat Batas

3.6K 384 5
                                    

27. Kelewat Batas

"Sampai kapan aku harus menjalani kehidupan seperti ini, Tuhan?"-Dara Renata Fransiska.

***

"Ampun, Ma ... sakit," Dara menangis histeris saat Arsy menarik kuat rambutnya dan melukai kepalanya.

"Waktu itu saya kasih kamu racun, cuman koma sehari aja!" kesal Arsy seraya menghantukkan kepala Dara ke meja.

"Mama sakit.."

"Kamu harus mati," ucap Arsy lalu mendorong Dara ke dinding hingga bercak darah dari kepala gadis itu berceceran di dinding dan lantai.

"Kita harus tolongin Non Dara, kasian dia," ucap Bu Asih, salah satu pembantu di rumah itu

"Jangan, Bu. Kita bisa di pecat," ujar Bu Ningsih.

"Tapi Non Dara bisa tewas kalau kita biarkan," sahut Bu Minah.

"Kita kasih tau Den Angkasa saja," usul Bu Patmi.
Bu Asih lalu pergi dari sana untuk menghubungi Angkasa dan memberitahukan keadaan Dara saat ini.

"Aden tolongin Non Dara! Nyonya Arsy nyakitin dia lagi, Bibi gak berani nolongin," ucap Bu Asih begitu teleponnya tersambung.

Di seberang sana, Angkasa terlihat panik hingga mematikan sambungannya tanpa berkata apapun.

"Bertahan, Ra. Aku mohon," ucap Angkasa lalu melajukan motornya. "Tante Arsy bener-bener keterlaluan!" desis Angkasa yang sudah di liputi amarah.

Kembali ke Dara, kini dia sudah tak sadarkan diri sebab dia kehilangan banyak darah. Melihat mata Dara terpejam, Arsy sontak menutup kedua telinganya saat suara Dara kecil terdengar nyaring di kepalanya.

"Mama, hari ini Dara ulang tahun. Mama gak mau ngucapin sesuatu?"

"Mama, Mama! Tau gak? Tadi di sekolah Dara buat puisi lho buat Mama. Mama mau denger?"

"Mama, kenapa Angit bilang kalau Mama enggak sayang sama aku?"

"Mama mau aku mati, ya?"

"Enggak!" teriak Arsy spontan. Dia lalu memangku wajah Dara dan menepuk-nepuk pipi anaknya itu.
"D-Dara? Bangun Dara!"

"DARA!" teriak Angkasa saat memasuki kediaman Arya.

"TANTE APAIN DARA?!" tanya Angkasa emosi saat melihat Dara yang sudah tak sadarkan diri dengan darah yang berceceran di mana-mana.

"Daraaa!" Arsy masih berusaha membangunkan anak gadisnya itu, tak peduli pada Angkasa yang berteriak kepadanya.

"Kalau Dara kenapa-kenapa, aku bakal laporin Tante ke polisi!" ucap Angkasa lalu menggendong Dara dan membawanya ke rumah sakit.

***

Arya menitikkan air matanya saat menyusuri koridor rumah sakit di mana putri tercintanya di tangani. Pantas saja sejak kemarin firasatnya tidak enak, ternyata maut sedang mengintai anaknya.

Arya pulang ke Indonesia sebab dirinya merasa gelisah, tak peduli pada proyeknya dia langsung pulang ke tanah air menggunakan jet pribadi untuk mempercepat waktu.

"Di mana Dara?" tanya Arya begitu melihat keberadaan Angkasa di depan ruang IGD.

"Dara lagi di tanganin sama Dokter, Om." Angkasa lalu berjongkok di hadapan pria itu. "Maafin aku, aku gagal nepatin janji aku buat jagain Dara," sesal Angkasa.

"Gak apa-apa, Om ngerti," ucap Arya lalu membantu Angkasa berdiri. "Di mana wanita itu?" tanya Arya, yang dia maksud adalah Arsy.

Angkasa menunjuk Arsy yang sekarang sedang duduk di lantai seraya memeluk kedua lututnya.
Arya menghampiri wanita itu lalu memaksanya berdiri. Tanpa segan pria itu menampar pipi istrinya itu.

"PUAS KAMU?! KENAPA BUKAN AKU YANG KAMU BUNUH, HAH?!" tanya Arya emosi.

"Aku minta maaf," ucap Arsy lirih.

"KAMU GILA, ARSY! AKU AKAN MASUKKAN KAMU KE RUMAH SAKIT JIWA!" ucap Arya.

"Aku nggak gila," Arsy menggelengkan kepalanya pelan. "Aku ngelakuin itu karena aku gak sudi Dara jadi anak aku!" ucap Arsy.

"Tapi kenapa? Apa salah dia sama kamu?" tanya Arya yang kini sudah menangis mendengar ucapan istrinya itu. Bagaimana bisa wanita itu begitu membenci anaknya sendiri?

"Aku benci dia karena ... dia bukan anak kamu," ucap Arsy ikut menangis.





----------------------------to be continued, baby KaRa❤

ANGKASADARA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang