EXTRA PART III

9.2K 549 44
                                    

EXTRA PART III (Kisah Yang Telah Selesai)

"Kisahnya sudah ku baca berulang-ulang hingga membuat luka itu kian menganga,"-Angkasa Frederick.

Angkasa membalik halaman terakhir novel itu dengan senyum pahit di bibirnya. Menutup novel berjudul ANGKASADARA itu yang sudah ia baca ratusan kali.

Novel itu berisi kisahnya dengan Dara. Saking singkatnya kisah mereka, lembar halaman pada buku itu tak sampai tiga ratus halaman.

Ini sudah hampir tiga tahun sejak kepergian Dara, dan luka akan kepergian gadis itu masih begitu kental terasa. Rasa penyesalan datang silih berganti saat menyadari kepergian gadis itu yang tanpa di sadari disebabkan oleh dirinya sendiri.

Awalnya, Angkasa tak menduga jika Dara adalah pemeran utama dalam kisahnya. Gadis itu merupakan bagian terpenting dalam hidupnya yang tak akan pernah dia lupakan sepanjang hidupnya.

"Di sini, kisah kita akan abadi meskipun cuman aku yang punya novelnya," kekeh Angkasa menatap novel yang tidak ada di jual di manapun itu.

Meong

Rara menjilati kaki Angkasa hingga membuat cowok itu meraih tubuh mungilnya.

"Rara kangen Mama, hmm?" tanya Angkasa menabok-nabok pangat mungil hewan menggemaskan itu.

Rara mengeong dan mengibaskan ekornya manja pertanda dia senang dengan pertanyaan Angkasa, menandakan dia mengiyakan.

"Ayo kita ke surga-Nya Mama Dara!" seru Angkasa lalu berjalan menaiki tangga untuk sampai di lantai dua.

Sedikit informasi, Angkasa sudah memiliki rumah sendiri di usianya yang belum genap 20 tahun. Rumh megah bergaya Eropa itu terdiri atas tiga lantai. Kamar Angkasa berada di lantai dua berdampingan dengan kamar utama dan satu kamar kosong.

Biasanya jika teman-temannya menginap, mereka akan menempati kamar di lantai bawah karena lantai dua khusus area Angkasa. Cowok itu sudah rada sinting karena seisi kamarnya penuh akan koleksi foto-foto Dara.

Kamar utama sengaja di kosongkan. Bahkan ranjang besar yang semula ada di sana, Angkasa singkirkan hingga ruangan itu hanya di isi oleh beberapa sofa saja.

Pintu kamar Angkasa paling mencolok dari semua pintu di rumah ini. Sebab ada foto beserta nama lengkap Dara di sana yang sengaja di tempel. Bahkan ada pernak-pernik khas anak perempuan yang menjadi penanda jika ada orang yang masuk ke dalam kamarnya.

Saat sudah sampai di dalam, Rara langsung melompat dan berlari kesana-kemari melihat-lihat foto mendiang mama angkatnya.

"Kisah kita emang udah selesai, Ra. Tapi, bagi aku kamu selamanya di sini,"

Angkasa enggan beranjak meninggalkan masa lalu. Jadi, tolong jangan paksa dia.

***

"Langit, semalem gue mimpi lo berantem sama Iqbal gara-gara lo godain gue terus," ucap Dania dengan jujur.

"Astaga, ngeri juga, ya? Masa gue berantem sama hantu?" beo Langit.

"Lagian lo juga, sih! Berenti kek godain gue! Males banget, tau!" ucap Dania sebal. Mulutnya sampai monyong-monyong sebab Langit terus saja menggodanya sejak setahun terakhir ini.
Langit malah tertawa melihat mimik menggemaskan gadis itu, dia pun lantas berteriak. "DANIA, AI LOP YU!"

"Langiiit!" Dania memukul lengan cowok yang yang seenak jidat berteriak.

"DANIA PUNYA IQBAL, WOY!"

Langit dan Dania saling pandang saat mendengar ada yang menyahuti teriakan Langit.

"BODO AMAT, SEKARANG DANIA PUNYA GUE!" teriak Langit lagi.

"GAK USAH NGIMPI! INGET, DI ATAS LANGIT MASIH ADA LANGIT!" balas seseorang itu lagi yang entah siapa.

"Langit nama gue, kan?" tanya Langit pada dirinya sendiri. Lantas cowok itu mendongakkan kepalanya menatap langit yang sedang cerah secerah hati Langit. "Bener, di atas Langit ada langit," ucap Langit.

"Langit bego! Ngapain lo kayak orang tolol gitu liatin langit?" ucap Dania tak jarang mengumpati cowok itu.

"Lagi mandangin kembaran. Salah?" tanya Langit.

"Kembaran pala lo!" hardik Dania. "Udah, mending sekarang kita ketemu Dara habis itu jengukin tante Arsy," ucap Dania yang di balas anggukan kepala oleh Langit.

Arsy menderita stress berat hingga mengharuskannya di rawat di rumah sakit jiwa. Selama Dara hidup, Arsy hampir gila karena tak kunjung menyaksikan Dara meninggal dunia. Namun saat Dara sudah meninggal, wanita itu justru mengalami gangguan jiwa atas keterpurukan yang dia alami pasca kepergian putrinya itu.

Miris sekali, bukan? Tapi begitulah hukum alam. Tuhan maha membolak-balikan hati setiap manusia. Yang awalnya benci, kini menjadi rasa rindu yang tak berujung. Hingga akhirnya, Arsy harus menanggung beban penyesalan yang tak akan pernah bisa dirinya lupakan.

***

"Kamu ke sini enggak sama Dara?" tanya Arsy begitu Arya baru masuk ke dalam ruangannya.
Arya menatap mantan istrinya itu dengan teduh, lalu dia tersenyum kecil. "Dara lagi sekolah. Kamu lupa, ya?"

Arsy terdiam seolah sedang memikirkan sesuatu. Lantas wanita itu tersenyum kikuk. "Aku lupa, hehe," celetuknya.

Arya membuka tutup tupperware yang berisi makanan kesukaan wanita itu. "Kamu pasti laper, kan? Ayo makan, ini masakan Dara, lho!" ucap Arya begitu antusias seolah yang dia katakan adalah sebuah kebenaran.

Meskipun mereka sudah menjadi mantan, Arya tetap memperhatikan kebutuhan wanita itu karena tidak ada yang bisa menenangkan Arsy kecuali dia, Langit dan Dania. Dokter mengatakan jika kondisi psikis dan mental wanita itu sangat buruk.

Setahu Arsy, Dara masih hidup maka dari itu semua orang membohongi wanita itu agar kondisinya tak makin memburuk.

"Harus makan yang banyak biar bisa cepet pulang. Terus ketemu Dara. Mau?"

"Mau!" bak anak kecil, Arsy begitu lahap memakan makanan yang Arya suapkan.

"Kamu sering bohong sama aku," ucap Arsy tiba-tiba.

"Bohong kenapa?" bingung Arya. Tidak mungkin kalau Arsy tahu jika semua ini hanya sandiwara, kan?"

"Kata kamu Dara lagi belajar tadi malem. Tapi pas kamu pulang, Dara ke sini, kok. Dia ngajakin aku ngobrol," celoteh Arsy yang mulai menceritakan imajinasinya kepada mantan suaminya itu.

Arya tersenyum paksa, lantas terkekeh garing. "Itu surprise," ucap Arya.

"Nanti malem Dara ke sini lagi apa enggak?" tanya Arsy.

Arya terdiam, lalu mengedikkan bahunya. "Aku ngga tau. Kalau Dara gak sibuk, pasti dia jenguk kamu nanti malem,"

Dan kedua mantan itu pun menghabiskan waktu siang ini dengan bercengkrama, mengajak Arsy jalan-jalan di sekitaran area rumah sakit, dan aktivitas lainnya yang mereka lakukan.

Semuanya nampak baik-baik saja. Padahal, kata baik-baik saja itu hanyalah pemanis untuk menutupi pahitnya luka yang kian menganga seiring dengan berjalannya waktu yang memaksa mereka untuk tetap mengenang peristiwa masa lalu.

Sampai saat ini pun, mereka enggak untuk melupakan peristiwa tiga tahun lalu itu. Bagi mereka, Dara akan tetap abadi meskipun raganya telah pergi.






Terimakasih sudah membaca kisah AngkasaDara yang masih banyak kekurangan ini.

Jangan lupa ikutan pre-order novel AngkasaDara. Beli novel ori di Shopee ndshop07

Jika berkenan, bagikan cerita ini pada teman-teman, pasangan, ataupun keluarga kalian. Terimakasih banyak untuk waktunya baby KaRa❤

ANGKASADARA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang