36. Si Licik Aluna
"Aku hanya lelah, bukan menyerah."-Dara Renata Fransiska.
***
Dara mengurung diri di kamarnya setelah Keanu menjelaskan semuanya. Tak hanya itu saja, yang membuatnya semakin terpuruk adalah kabar Angkasa dan Aluna bertunangan sudah tersebar di media sosial dan menjadi trending topik baru-baru ini.
Selepas kepulangan Keanu, Mario datang kemari dan meminta maaf kepadanya karena tindakan Angkasa. Mario tidak bisa membatalkan acara pertunangan itu karena Angkasa sudah berada di dalam kuasaan Aluna.
Angkasa seperti orang yang hilang akal karena menuruti semua permintaan gadis itu. Di tambah kondisinya yang belum pulih membuat Mario tidak memiliki pilihan lain selain mengiyakan permintaan Angkasa yang ingin bertunangan dengan Aluna.
Tapi Mario mendukung Dara untuk kembali mendapatkan Angkasa.
Dan sekarang Dara sedang pusing. Benar-benar pusing memikirkan semuanya. Belum ada sebulan Iqbal meninggal dunia, masalah justru menghantamnya bertubi-tubi.
Di tambah lagi Dania sedang di rawat di rumah sakit karena syok yang dia alami karena menyaksikan kejadian tertembaknya Iqbal di hari lalu.
Dara benar-benar hampir gila memikirkan semua itu. Apalagi sampai saat ini dia belum pernah bertemu Arsy setelah kejadian beberapa lalu dimana Arsy membuatnya sekarat.
"Aku capek banget," keluh Dara sembari memukul dadanya yang sesak.
"Kak Bella, aku capek," adu Dara menatap foto Bella di dinding kamarnya.
"Sayang? Buka pintunya Nak, Papa mau ngomong. Papa mohon sayang," Arya mencoba berkali-kali membuka pintu kamar anaknya, namun tak kunjung berhasil.
"Dara? Dara marah sama Papa?" tanya Arya seraya terus mengetuk pintu itu.
Dara berjalan pelan untuk membuka pintu kamar itu, segera dia peluk pria itu erat-erat. "Aku capek," adunya. "Pengen istirahat,"
Dada Arya terasa di hantam jutaan beton saat Dara berucap seperti itu. "Dara boleh istirahat, tapi harus bangun lagi. Kalau Dara istirahat kayak Kak Bella, nanti Papa sendirian," ucap Arya lirih.
"Aku pengen tidur selamanya, biar enggak ngerasain semua ini lagi," keluh Dara mengadukan semuanya pada pria itu.
Arya mengusap rambut panjang putrinya itu. "Bagi semuanya sama Papa, sayang. Bagi semua luka kamu sama Papa, biar Papa yang tanggung semuanya," ucap Arya.
"Pengen tidur di peluk Papa,"
Arya mengangguk mengiyakan permintaan Dara, dia gendong putri kecilnya itu dan di tidurkan di ranjang gadis itu. Tak lupa dia peluk anak gadisnya itu dengan sepenuh hati.
"Dara kalau capek istirahat, Nak. Papa di sini jagain kamu," ucap Arya sembari mendaratkan ciuman di puncak kepala putrinya.
"Papa, kapan Bobon pulang?" tanya Dara dengan mata terpejam. Jujur saja dia sangat merindukan Langit saat ini.
"Nanti kita pindah ke tempat Bobon, oke?"
"Oke!"
***
"Katanya sih gitu, denger-denger sekarang dia udah di buang sama Angkasa,"
"Untung mentalnya kuat, coba kalau enggak?"
"Tapi kalau di liat-liat Angkasa sama Aluna itu cocok, kok. Cocok sebagai babu sama majikan,"
"Hahaha,"
"Gue sih tetep AngkaRa, ya!"
"Bener banget. Aluna muka dua ya gak, sih? Kek polos-polos tololl gitu,"
"Sok lugu gais!"
"Kok bisa Angkasa berubah gitu, ya? Padahal kan dia gak suka banget sama Aluna,"
"Di pelet kali!"
"Positif thingking aja, mungkin bener apa yang di bilang Jesi,"
"Maksud kalian apa?" tanya Aluna yang sedang lewat di depan kelima cewek yang tadi asik membicarakannya.
"Kenapa? Kesinggung?" tanya cewek-cewek itu.
"Udahlah Aluna, berenti sok lugu di depan kita semua. Kita tau kok rencana busuk lo itu," ucap salah satu cewek itu.
"Dasar perebut," cibir kelima cewek itu.
Aluna mengangkat tangannya hampir menampar kelima cewek itu namun niatnya di urungkan saat melihat kedatangan Angkasa. Segera dia memeluk lengan cowok itu dengan manja.
"Angkasa, liat mereka! Mereka jahatin aku! Tadi mereka mau nampar aku," rengek Aluna membuat kelima cewek itu ingin muntah.
"Idih fitnah!"
"Pergi kalian," usir Angkasa kepada lima cewek tadi membuat mereka pergi dari sana. Tak lupa tatapan tajam mereka layangkan untuk Aluna.
"Ini semua gara-gara Dara! Semua orang jahatin aku karena dia!" adu Aluna dengan wajah di buat memelas.
"Udah mending kita ke kantin aja, gue laper," ucap Angkasa membuat Aluna mengerucutkan bibirnya sebal.
"Pokoknya kalau nanti Dara mau deketin kamu, kamu jangan mau, ya! Kamu itu udah jadi punya aku!"
***
Kenzo bersama Raja dan Dewa mendatangi kelas Dara untuk menjemput cewek itu. Dania belum masuk sekolah, jadi ketiga cowok itu yang bertugas menjaga Dara setelah kepergian Iqbal.
"Sweetie!" teriak Raja saat sudah sampai di kelas Dara.
"Raja? Ngapain ke sini?" tanya Dara bingung.
"Kita punya tugas ngejagain lo," ucap Kenzo yang kini sudah duduk di atas meja samping Dara.
Dewa mengulurkan tangannya kearah Dara, "ketiga babu lo ini siap jagain lo kemanapun lo pergi," ucap Dewa.
Dara membalas uluran tangan Dewa seraya bangkit dari duduknya. "Kalau gue pergi ke Rahmatullah, masih siap jagain gue?" tanya Dara pelan.
Di sisi lain, Angkasa sedang memegang kepalanya yang pusing karena Aluna sangat berisik sekali. Mengabaikan gadis itu, Angkasa memilih memainkan ponselnya.
Tunggu, kenapa lockscreen ponselnya foto Dara? Wallpaper ponselnya juga kenapa fotonya dan Dara?
Astaga, sudah berapa lama Angkasa tidak memainkan ponselnya sampai baru sadar itu sekarang?
"Gue pernah deket sama Dara?" tanya Angkasa kepada Aluna. Dia sedang berusaha mengingat sesuatu yang mungkin dia lupakan.
Aluna terdiam, lalu mengangguk pelan dan mulai memikirkan kalimat yang akan dia ucapkan. "Iya, kamu pernah deket sama dia. Waktu itu kita udah pacaran, tapi putus gara-gara ada Dara. Dia mau rebut kamu dari aku," ucap Aluna.
----------------------------to be continued, baby KaRa❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASADARA [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[SEKUEL BISA DIBACA TERPISAH] [NEW VERSION] Kisahnya singkat, sesingkat pertemuan mereka. Kisahnya juga telah usai, sebelum waktunya. Sesungguhnya, kebahagiaan hanyalah pemanis dalam cerita ini karena sebenarnya kesedihan lah yang menjadi dasar a...