32. Apa Lagi Ini?
"Kata orang, akan ada pelangi setelah hujan. Tapi kenapa di kehidupanku, selalu ada badai besar yang menanti saat hujan itu baru reda?"-Dara Renata Fransiska.
***
Angkasa bangun dari tidurnya setelah semalaman tidak tertidur karena menjaga Dara. Kini wajahnya sudah segar kembali dan sudah siap menemui Dara lagi.
Tepat saat dia mengambil ponsel, Arya mengirimkannya pesan jika Dara sudah sadar. Angkasa begitu senang hingga dia terburu-buru untuk pergi ke rumah sakit.
Selama di perjalanan, yang Angkasa pikirkan adalah Dara. Dia senang sekali mengetahui jika tunangannya itu sudah siuman.
"Tunggu aku, Ra," ucap Angkasa dengan senyum kecil yang terpancar di bibirnya.
Saat di jalan sepi, Angkasa mengernyitkan dahinya saat melihat sebuah mobil sedan melaju kencang kearahnya. Saat Angkasa menepi bermaksud menghindari mobil itu, hal tak terduga justru terjadi.
Mobil itu seolah sengaja menabraknya hingga Angkasa terpental jauh ke aspal dengan posisi helmnya yang sudah terlepas hingga darah segar keluar dari kepalanya.
Sebelum kegelapan menghampiri, Angkasa melihat seseorang yang keluar dari mobil itu dan tertawa ke arahnya. Seseorang itu adalah Rangga Aldevaro, musuh bebuyutannya.
"Mati, lo!" ucap Rangga. "Ini baru awalan, Angkasa Frederick. Bakal gue pastiin lo mati dengan tragis di tangan gue nanti," sambungnya.
"ADA YANG KECELAKAAN, TOLONG!"
Rangga langsung masuk ke dalam mobilnya lalu pergi dari sana saat seorang cewek berteriak histeris.
"ANGKASA!" pekik Aluna kaget. Iya, cewek itu adalah Aluna. Dia segera meminta supirnya untuk membawa Angkasa ke rumah sakit.
"Angkasa, kamu harus bertahan," ucap Aluna pelan. Matanya tak sengaja menangkap cincin di jari manis Angkasa yang dia yakini itu adalah cincin pertunangan cowok itu dengan Dara.
"Semoga kamu amnesia," ucap Aluna sedikit senang karena dia juga punya cincin yang sama seperti punya Dara. Kalau Angkasa amnesia, dia akan berpura-pura untuk menjadi tunangan cowok itu.
Terdengar konyol memang, tapi apapun akan Aluna lakukan demi bisa mendapatkan Angkasa.
"Pak ayo cepetan," perintah Aluna kepada sang supir.
***
Arya mengusap punggung kecil Dara saat anaknya itu menangis di depan ruang IGD di mana Angkasa berada.
"Angka bakalan baik-baik aja. Iya, kan, Pa?"
"Iya, Sayang. Angkasa pasti baik-baik aja,"
Aluna mendengus sebal menyaksikan keharmonisan ayah dan anak itu.
"Lo jangan nangis, Ra. Gue yakin Angkasa pasti baik-baik aja," ujar Dania menyemangati sahabatnya itu. Dania sedih karena semua peristiwa ini. Seharusnya hari ini mereka senang karena Dara sudah siuman, namun hal yang tidak terduga justru terjadi.
"Keluarga pasien?" tanya Dokter yang baru saja keluar dari ruangan IGD tersebut.
"S-saya tunangannya, Dok," jawab Dara cepat sebelum Aluna membuka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASADARA [SUDAH TERBIT]
Roman pour Adolescents[SEKUEL BISA DIBACA TERPISAH] [NEW VERSION] Kisahnya singkat, sesingkat pertemuan mereka. Kisahnya juga telah usai, sebelum waktunya. Sesungguhnya, kebahagiaan hanyalah pemanis dalam cerita ini karena sebenarnya kesedihan lah yang menjadi dasar a...