40. Camping

3.5K 395 55
                                    

40.Camping

"Bahkan, saat ini kami sangat merindukan kehadiranmu di tengah-tengah kami."-All siswa SMA Kencana.

***

"Baik, rangkaian acara malam ini akan di buka dengan pembacaan puisi yang sudah kalian buat sebelumnya. Di lanjutkan dengan perlombaan mencari bendera merah yang sudah di sebab di beberapa titik, dan di tutup dengan acara api unggun," ucap Bara-ketika OSIS SMA Kencana.

"Saya harap acara camping tahun ini bisa berjalan dengan lancar. Dan dengan mengucap bismillah, acara malam ini saya mulai!" lanjut Bara membuat yang lain bersorak senang.

Di mulai dengan membaca puisi, ternyata Dewa yang mendapat giliran pertama. Dan sialnya, dia mendapatkan amplop Kenzo yang artinya dia akan membacakan puisi hasil cowok itu.

"Sahabat," ucap Dewa membacakan judul puisi milik Kenzo.

"Tahun demi tahun kulewati bersama kalian. Detik demi detik yang terlewatkan terasa sangat berwarna karena kehadiran kalian. Aku yang dulu berfikir jika aku akan hidup dalam kekosongan, nyatanya tak merasa demikian saat kalian datang. Angkasa, Iqbal, Raja dan Dewa. Kalian menghiasi warna dalam hidupku yang semula kelabu. Dalam sekejap, kalian merubah duniaku bagaikan sebuah sinar dalam kegelapan," lanjut Dewa membaca bait demi bait yang Kenzo tulis.

Iringan gitar sebagai pemanis, seolah membuat mereka menyelam dalam puisi yang Kenzo tulis. Siapa sangka, cowok bobrok yang setiap ujian mendapat nilai di setara KKM itu bisa menulis puisi seperti ini.

"Namun sayang, kebahagiaan tak selamanya berpihak kepadaku. Saat salah satu dari kalian pergi untuk selama-lamanya, aku merasa ikut mati saat itu."

"Aku tau, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Kata Iqbal, kita tengah singgah untuk menanti sebuah perpisahan. Benar, itu semua benar. Kita di pertemukan lalu tanpa aba-aba, kita di pisahkan begitu saja. Semesta memang kejam, tapi begitulah hukum alam."

"Tidak ada yang tau kapan kita akan berpulang. Tapi yang pasti, aku harap harap persahabatan kita tak hanya di dunia. Namun juga di akhirat nanti. Terimakasih, sahabat."

"Aaa! Baper gue," ucap Raja memeluk lengan Kenzo di sampingnya.

Semua orang bertepuk tangan karena menurut mereka puisi Kenzo sangat bagus. Tak hanya Kenzo saja, semua anak-anak Kencana juga merasa sangat amat kehilangan Iqbal. Hingga mereka pun ikut menyelam dalam bayangan kehadiran Iqbal.

"Terimakasih Dewa, dan terimakasih juga untuk Kenzo yang sudah membuat puisi sebagus ini," ucap Bara.

"Baik, kita lanjutkan acara puisinya lagi, ya!"
Acara puisi terus berlanjut sampai waktu yang telah di tentukan. Semuanya tertawa bahagia menikmati bacaan puisi yang terkadang ada yang lucu dan nyeleneh.

"Baik, acara pembacaan puisi kita selesaikan dan di lanjut besok malam. Dan sekarang, kita mulai pencarian bendera yang sebelumnya sudah Pak Agus sebar di beberapa titik, ini peta petunjuk yang harus kalian ikuti selama di dalam hutan," ucap Dara menunjuk sebuah peta di tangannya.

"Adapun aturan yang harus kalian patuhi selama di dalam hutan. Yang pertama, kalian di larang berpencar. Kedua, kalian tidak boleh kencing sembarangan. Dan yang ketiga, kalian harus kembali ke tenda sebelum pukul sembilan. Jika kalian mengikuti peta itu dengan benar, kalian akan kembali tepat waktu," ucap Bara.

"Untuk kelas sepuluh, tolong barisannya agak geser ke kanan. Kakak akan membagi kelompok kalian," ucap Bara pada adik kelasnya. "Ra, lo atur kelas XI gue atur kelas X," ucap Bara berbisik kepada wakilnya itu.

Dara mengacungkan jempolnya, "oke!" balas Dara.

"Baiklah, untuk kelas XI kelompok pertama yaitu Angkasa, Langit, Dania, dan Dhea. Kelompok kedua, yaitu Raja, Kenzo, Dewa, dan Aluna. Kelompok ketiga...."

Setelah semua kelompok sudah di atur, semua ketua dalam setiap kelompok di berikan peta petunjuk.

"Baik, tidak ada pertanyaan?" tanya Dara seusai menyelesaikan tugasnya.

Aluna mengangkat tangannya. "Aku mau satu kelompok sama Angkasa," ucap Aluna lalu berlari dan memeluk lengan Angkasa.

Demi apapun, Dara sangat muak dengan cewek ini. Ia menghela napas dalam-dalam, lalu berujar. "Aluna, setiap tahun tidak ada yang bisa mengganti aturan yang sudah kami buat. Paham?"

"Udah, lo di sana aja sama temen-temen gue. Mereka gak bakal ngapa-ngapain lo," ucap Angkasa yang mulai risih sebab Aluna terus saja mau menempel padanya.

"Tapi-"

"Gue risih. Paham, kan?" ucap Angkasa begitu menohok.

***

"Woy, Aluna! Jangan lari-lari kayak anak kecil, bego! Gue tau ini tempat temen-temen lo bersemayam, tapi gak gitu juga kali!" omel Kenzo yang jengah menghadapi Aluna yang lari-lari tidak jelas.

"Kamu ngatain aku temenan sama monyet?!" murka Aluna.

"Pake nanya lagi," ucap Kenzo membuat Aluna cemberut. "Udah, gak usah pecicilan. Ilang nanti malah ribet urusannya," lanjut Kenzo.

"Sekarang, maju sepuluh langkah kearah Timur," ucap Raja memberi komando sesuai petunjuk peta.

Aluna makin bertingkah, cewek itu menjauh dari ketiga cowok itu bermaksud ingin kembali ke tenda karena dia tidak suka dengan mereka bertiga. Namun sayang, Aluna tersesat dan tak tahu arah jalan pulang, dia kebingungan dan menangis.

Sedangkan Raja dan kedua temannya baru menyadari jika anggota mereka kurang satu yang tak lain adalah Aluna.

"Tu cewek bisanya nyusahin aja!" ucap Kenzo lalu melirik jam tangannya. "Harusnya lima belas menit lagi kita udah balik ke tenda," lanjutnya.
"Sekarang gimana?" tanya Dewa.

Raja berdecak kesal. "Kalau aja gue gak mikirin nasibnya, udah gue biarin. Tapi sayang, naluri gue gak sejahat itu," ucap Raja. "Ayo kita cari,"

Mereka lalu menyebar mencari keberadaan Aluna yang entah di mana. Saat mereka bertemu lagi di titik awal, mereka tak menemukan keberadaan cewek itu.

"Kita balik ke tenda, lapor sama Pak Agus dan Bara," ucap Raja yang di angguki oleh Kenzo dan Dewa.

Mereka lalu kembali ke tenda dengan tergesa-gesa. "Pak Agus! Aluna hilang!"

"Apa?!" Pak Agus, si guru yang menjadi pemimpin dalam acara camping mereka kaget saat mendengar kabar kurang mengenakan seperti ini.

"Dia hilang atau kalian yang sengaja ninggalin dia?" tanya Angkasa.

"Tunangan lo itu dari tadi lari-lari gak jelas, ilang tuh akhirnya," ucap Kenzo penuh penekanan pada kata pertamanya.

Tanpa menunggu perintah, Angkasa berlari memasuki hutan untuk mencari keberadaan Aluna. Sedangkan Pak Agus pusing bukan main melihat Angkasa yang nyelonong begitu saja.

"Bara, Raja, Kenzo dan Dewa. Kalian susul Angkasa dan cari Aluna sampai dapat," perintah Pak Agus.

Di sisi lain, Dara yang sedang menyiapkan api kaget saat melihat Angkasa memasuki hutan tanpa membawa penerang. Dia tidak tahu apa yang terjadi, tapi melihat Angkasa memasuki hutan tanpa membawa senter tentu membuatnya takut akan ada hal buruk yang terjadi kepada Angkasa.

Tanpa babibu lagi, Dara segera menyusul Angkasa dengan membawa senter sebagai penerang.

"Angkasa, tunggu!"



----------------------------to be continued, baby KaRa❤

ANGKASADARA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang