30. Sebuah Permintaan

3.7K 383 6
                                    

30. Sebuah Permintaan

"Cintai dia selagi ada, sayangi dia sebisanya, dan jaga dia semampunya. Sesederhana itu permintaanku,"-Iqbal Pratama Ananjaya.

***

Iqbal terduduk lesu di kursi tunggu di depan ruang rawat Dara, dia masih tidak menyangka akan kenyataan yang baru dia ketahui. Jujur, dia kecewa dengan Keanu karena pria itu ternyata bejat. Namun di sisi lain, Iqbal beruntung memiliki adik seperti Dara. Meskipun adik tiri.

Namun tetap saja Iqbal kecewa. Iqbal menangis dalam diam.

"Mama pasti sedih kalau tau Papa kayak gini," ucap Iqbal pelan.

Dia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika saat ini mamanya masih hidup, entah akan seberapa kecewanya wanita itu terhadap Keanu.

"Iqbal?"

Iqbal segera menghapus air matanya saat Dania memanggilnya. Iqbal tahu jika cewek itu menangis, terbukti dari suaranya yang gemetar.

"Jangan nangis," kata Dania seraya menghapus jejak air mata di pipi cowok itu.

"Elo yang harusnya berenti nangis, Nia," ucap Iqbal seraya menangkup wajah Dania dengan telapak tangannya. "Jangan nangis lagi, plis. Kalau lo ga berenti nangis sekarang juga, gue bakal nikahin lo sekarang!"

Dania tertawa mendengar lelucon Iqbal yang menurutnya sangat tidak lucu. "Iqbaaal!"

"Apa Sayang?"

Keduanya bertatapan cukup lama, sampai akhirnya Iqbal mengakhirinya dengan meninggalkan kecupan di kening Dania.

"Janji sama gue untuk gak bilang ini semua sama Dara, ya?" pinta Iqbal.

"Dengan satu syarat. Lo gak boleh nangis lagi dan lo gak boleh pendam kesedihan lo sendirian, lo harus berbagi sama gue, gimana?" tawar Dania.

Iqbal tampak menimang-nimang penawaran Dania itu, lalu dia mengangguk. "Oke,"

***

"Om pulang aja, istirahat di rumah. Dara biar aku yang jagain," ucap Angkasa tidak tega melihat wajah Arya yang tampak begitu lelah.

"Enggak, Om mau tungguin Dara sampe dia bangun," ucap Arya.

"Om, dengerin Angkasa. Dara pasti sedih kalau liat Om kayak gini, Om kacau banget sekarang. Mending Om pulang dan istirahat, besok pagi Om ke sini lagi. Angkasa janji akan jaga Dara sebisa mungkin, jadi Om gak udah khawatir," ujar Angkasa.

Mendengar kata Dara pasti sedih, Arya langsung menyetujui saran Angkasa karena dia tidak ingin putrinya sedih.

"Ya, udah. Om pulang dulu, titip Dara, ya."

"Iya, Om."

Selepas kepergian Arya, Angkasa mengambil alih tempat duduk yang tadi pria itu duduki. Cowok itu menatap lekat wajah damai kekasihnya. Tangannya meraih tangan Dara dengan pelan.

"Jangan lupa bangun, Ra. Di sini banyak yang sayang sama kamu," ucap Angkasa lalu mengecup punggung tangan tunangannya itu.

"Kamu harus bangun, kita harus wujudin mimpi kita buat ngejalanin hidup sama-sama,"

Angkasa terus mengajak Dara berbicara meskipun tidak ada respon dari cewek itu.

"Adik gue pasti bangun," ucap Iqbal yang baru saja masuk. Dia baru kembali setelah mengantarkan Dania pulang karena hari sudah larut malam. Sebenarnya Dania tidak ingin pulang, namun Iqbal memaksanya dengan ancaman tidak memperbolehkan dia bertemu Dara lagi nanti.

"Gue harap begitu," ucap Angkasa. Lalu dia menatap sahabatnya itu yang kini wajahnya sedikit muram. "Lo gak apa-apa?" tanyanya.

"Gue fine," ucap Iqbal memaksa tersenyum untuk meyakinkan sahabatnya itu. "Gak usah mikirin gue, kita fokusin aja ngurusin Dara," lanjutnya.

Lalu keduanya sama-sama diam dengan pikiran masing-masing.

"Sa, tolong jangan sakitin Dara, ya? Udah banyak luka di hidupnya, gue harap lo bisa jadi alasan kenapa dia bahagia," ucap Iqbal memecah keheningan.



----------------------------to be continued, baby KaRa❤

ANGKASADARA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang