part 51 (End)

16K 527 68
                                    

Seminggu sudah sejak kepulangan Niswah dari rumah sakit, tidak banyak hal yang berubah dari rumah yang ia tempati, barang-barang masih berada pada tempatnya meski beberapa terlihat berserak.

Sedangkan Hafidz kembali beraktivitas mengajar dan ke kantor dengan mengurangi jam kerjanya, jika biasanya ia pulang pada pukul 7 malam, maka sekarang paling lama ia tiba di rumah pukul 6 sore. Niswah juga sudah mulai mengejar ketertinggalannya di bangku perkuliahan, meski pada awalnya hafidz menolak dengan keras keinginan sang istri untuk melanjutkan kuliah dalam waktu dekat, namun bukan Niswah namanya jika tidak keras kepala.

Setelah sholat subuh, sepasang suami ini duduk selonjor diatas ranjang dengan Niswah yang dalam rangkulan hafidz dan menyenderkan kepalanya di dada bidang sang suami.

"Mas, pernah gak sih, kebayang kita bakal lewatin ujian rumah tangga kita?" Tanya Niswah pelan.

Hafidz yang semula menutup matanya, langsung terbuka dan menatap mata sang istri.

"Tidak pernah, bahkan mas dulu gak pernah bayangkan bahwa mas akan menyakiti kamu sejauh ini Niswah, mas juga tidak pernah terfikir akan melewati kisah pelik seperti ini, tapi diluar itu semua, mas bersyukur Tuhan masih berbaik hati dengan masih memberikan mas peluang untuk memperbaiki Ini semua."

Pandangan hafidz menerawang jauh, mengingat kembali beberapa hal yang terjadi di dalam rumah tangganya, dimulai dari ia yang bertemu dengan cinta lamanya, menjalin hubungan di belakang sang istri, kenyataan bahwa ia berselingkuh dengan Tante dari Niswah, dilanjutkan dengan permintaan nya untuk berpoligami kepada Niswah, lalu kehilangan calon anaknya dan terakhir penyakit Niswah yang baru ia ketahui, rentetan kejadian yang kadang membuat Hafidz berfikir, kebaikan apa yang telah ia lakukan, sampai tuhan sebaik ini.

Hafidz menyadari, ada banyak laki-laki yang menunggu janda Niswah, salah satunya sahabat terdekat hafidz, yaitu Rian, saat itu Rian yang paling getol mendampingi sang istri selama di rumah sakit, tapi entah mengapa sekarang Rian jarang terlihat, kata Lukman ia sedang sibuk-sibuknya saat ini, ada tender besar yang harus ia menangkan. Dan Hafidz fikir itu adalah salah satu Rian melupakan Niswah.

Ada rasa bersalah kepada Rian, bagaimanapun ia telah menjadi andil terbesar atas kesakitan sahabatnya. Tapi apa bisa dikata, ia juga tidak mau melepaskan Niswah, agap saja ia egois, karna kenyataannya egois itu sifat naluriah.

Tepukan didada nya membuat lamunan hafidz tersadar, ia menatap sang istri yang sedang cemberut.

"Mas ini dipanggil-panggil, bukannya nyaut malah bengong kayak kambing."

Mendengar kalimat terkahir sang istri, hafidz langsung menyentil dahi Niswah.

"Awww.. sakit tau mas, awas akh, Niswah mau ngambek aja. Jangan kejar!"
Hafidz yang melihat tingkah lucu Niswah tidak bisa menahan tawanya, ada begitu orang ngambek yah. Ck! Ada ada aja istrinya.

----------

Niswah dan hafidz telah tiba di pelataran parkir kampus, beberapa orang yang bertemu dengan mereka menyapanya dengan ramah, bahkan ada yang menanyakan kabar Niswah, sedangkan Hafidz sendiri sudah tidak lagi mendapatkan tatapan benci dari semua orang di kampus ini, ia pernah hampir dipecat dari pekerjaannya menjadi dosen, akan tetapi dibatalkan karena menyangkut hal pribadi, dan juga kampus ini bukan punya yayasan atau swasta melainkan kampus negeri.

Setelah berjalan di lorong kampus, Niswah langsung pamit menuju kelasnya. Hafidz yang melihat sang istri berjalan dengan sesekali membalas sapaan mahasiswa lain dengan senyum manis rasanya seperti mimpi, melihat wanitanya bisa tertawa, bisa kembali beraktivitas normal, setelah kemarin kondisi kesehatannya bahkan susah untuk berbicara, rasanya ungkapan syukur pun tak bisa mengungkapkan kebahagiaannya.

Aku,Kamu & Seuntai DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang