Part 4

27.5K 1.4K 8
                                    

Tugas manusia hanya menulis serta merangkai angan dalam catatan takdir, tapi sang pemegang penghapus dan penentu adalah Allah SWT, lalu manusia bisa apa? Selain hanya menerima
--------------------------

Semua takdir Allah adalah yang terbaik  namun sebagai manusia yang belum siap menerima takdir itu akan merasa takdir ini buruk.

Lihatlah Niswah gadis yang tengah duduk di kantin kampus dengan pandangan kosong dan tatapan sayu, Nabila yang melihat itu mulai merasa kasihan ia mengerti bagaimana perasaan sahabat baiknya ini, jelas sakit ketika hati sudah berharap namun tak kesampaian tapi berharap kepada makhluk ciptaan Allah memang harus siap menelan pil kekecewaan hanya karena milik Allah sematalah kepastian akan takdir.

Ibarat ketika kita akan memakan makanan yang menurut kita lezat, tetapi ketika hendak masuk kedalam mulut makanan itu terjatuh, seperti itu pula ibarat pengharapan kita telah berimajinasi setinggi langit, namun ketika takdir Allah membalikkan harapan maka semua akan hancur.

"Niswah! Sudahlah buat apa kamu bersedih, jodoh sudah ada yang mengatur, jika Allah berkehendak maka jalan kalian akan di permudah."

Niswah menatap lurus ke depan, tidak menjawab sama sekali, bukan ia tak mendengar hanya saja ia ingin merenungi semua yang terjadi.

"Niswah, bukannya kamu tahu jika ta'aruf itu dapat dibatalkan jika tidak ada kecocokan, mungkin pak Hafidz tak merasa kalian berdua cocok."

"Tapi mengapa harus sepihak?"

"Itu tidak sepihak, jika sepihak maka ia tidak akan memintamu menemuinya."

Terlihat Niswah menarik nafas dalam, omongan Nabila ada benarnya, tak seharusnya ia merasa tidak terima pada takdir yang Allah berikan.

"Tapi, bagaimana aku menjelaskan kepada Ummi dan Abi Bila? Aku tidak berani mengatakannya."

"Katakan yang sejujurnya,mereka akan mengerti dengan sendirinya Niswah."

Tak semudah itu, Niswah yakin kedua orang tuanya akan kecewa, namun ia bisa apa ketika sang laki-laki yang membatalkannya.

Sedangkan di lain tempat seorang laki- laki tengah duduk terdiam mendengarkan setiap rentetan kemarahan sang Abi.

"Apa apaan kamu Hafidz? Astagfirullah apa yang akan Abi katakan kepada keluarga Niswah?"

"Kamu kenapa nak! Apa yang kurang dari Niswah coba jelaskan, Ummi tak mengerti semua ini mengapa Hafidz ingin membatalkan semuanya."

Hafidz hanya terdiam jika boleh jujur Niswah adalah sosok istri idaman, tapi ia harus membatalkannya karna pada faktanya hati Hafidz tidak ada untuk Niswah, biarlah menyakiti sekarang dari pada menyakiti kelak pikir nya.

"Abi kecewa, Hafidz."
Ucapan terakhir abinya sungguh menohok hatinya bagaimana tidak selama ini ia adalah sosok yang paling di banggakan dalam keluarganya, tapi hari ini semua rasa bangga itu lenyap dalam hitungan detik.

Hafidz merasa bodoh, tapi apa yang bisa ia perbuat? Hatinya tidak ada pada Niswah.

"Abi kecewa Hafidz."

Ucapan itu terus terngiang seolah-olah itu adalah kaset yang terus diputar dalam otaknya.

"Wah ada apa dengan bapak dosen Hafidz?"

Rian masuk dan duduk tanpa di persilakan oleh sang empu, tanpa banyak berkomentar Hafidz hanya melihat Rian yang dengan santainya duduk dan mengobrak abrik berkas yang tergeletak.

"Assalamu'alaikum."

Tanpa melihat pun Hafidz sudah tahu jika itu Lukman

"Ada apa?"

Ucap Lukman yang heran melihat Hafidz tiba-tiba menyuruhnya datang.

Terdengar helaan nafas Hafidz menandakan ia lelah dengan masalah yang di hadapinya.

"Aku membatalkan perjodohan ini."

"APA!"

Jika kalian fikir itu suara Lukman maka salah karna itu suara berasal dari Abangnya Niswah yang sebenarnya ingin menjemput Niswah namun niatnya urung karna ingin bertemu dengan Hafidz yang sebentar lagi akan menjadi adik iparnya.

"Apa kah aku salah mendengar Hafidz?"

"Tidak! Aku memang sudah membatalkan, tanyalah kepada Niswah."

Naufal terlihat sangat marah buku jari nya memutih seiring langkah nya mendekati Hafidz yang menundukkan pandangannya melihat amukan Naufal.

Bugh!

Suara seperti sesuatu yang patah terdengar jelas, Lukman yang melihat itu segera memisahkan Naufal yang membabi buta.

"Tenanglah ini masalah bisa kita selesaikan."

"Aku sebagai kakak Niswah tak terima kau memutuskan secara sepihak seperti ini Hafidz, jika kau ingin membatalkan maka datanglah kerumah bicara baik-baik, bukan seperti ini," ucap Naufal yang mulai sadar dari kemarahannya, setelah itu Lukman meninggalkan ruangan Hafidz yang masih hening sesekali terdengar ringisan Hafidz.

"Lihatlah Hafidz kamu menimbulkan masalahnya sendiri, sebenarnya apa yang kamu fikirkan aku tidak mengerti," ucap Lukman yang kecewa melihat keputusan bodoh Hafidz.

"Aku tak bisa Lukman, aku tak bisa."

"Ayolah Hafidz jangan seperti pecundang belum apa-apa kamu menyerah." Akhirnya setelah diam membisu Rian ikut memberikan nasehat kepada Hafidz

"Apa yang kurang dari Niswah, dia sempurna sebagai seorang istri."

"Aku tidak mencintainya, itu masalahnya."

"Oh ayolah Hafidz, cinta ada karna terbiasa cobalah untuk menerima Niswah tak selamanya orang kamu cinta dapat membuatmu mengarungi tangga yang sakinah, mawaddah, warrahma."

"Kepada siapa cintamu? Masih kepada wanita yang meninggalkanmu disaat kamu kesusahan, kepayahan, Hafidz dari itu saja kamu ku rasa sudah mampu menimbang mana yang terbaik."

"Begini saja, coba kau jalani saja dulu. Masa lalu boleh pahit tapi tidak dengan masa depan," ucap Rian bijak

"Kamu terlalu fokus dengan masa lalu mu sampai lupa cara bahagia dimasa depan." Lukman diam melihat Hafidz yang tidak merespon.

Yang di katakan Lukman benar ia selama ini hanya fokus pada masa lalu yang seharusnya ia buang jauh.

Drtt drttt drrttt

Dering handphone Hafidz memecah keheningan yang terjadi.

"Assalamu'alaikum, ada apa mi?"

"....."

"APA!"

Hafidz langsung berlari meninggalkan Lukman dan Rian dalam kebingungan.

🍁🍁🍁🍁

Maaf guys telat update ...soalnya sibuk urus masuk kuliah....

Sorry juga kalo masih banyak typo bertebaran

Jangan lupa vote and coment guys
See youu

Aku,Kamu & Seuntai DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang