part 41

13.9K 688 36
                                    

"Tidak semua hal, ketika kita mengulang dari awal akan kembali menjalin ikatan, bisa jadi mengulang dari awal adalah kita sebagai dua orang asing yang tidak saling mengenal."
-----------------------------

Hafidz termenung, ia mulai memikirkan perkataan Naufal tadi, karma akan datang? Kapan itu? Semoga ketika karma itu datang ia sudah mempersiapkan diri dan juga hatinya.

"Hafidz, ayo sholat!" Hafidz langsung mendongak melihat orang yang berbicara di hadapannya.

Lukman, Rian dan juga Abang iparnya Naufal yang enggan menatapnya sama sekali sudah bersiap hendak ke musholah rumah sakit, entah sampai kapan hati Naufal beku untuk memaafkan dirinya, karena jika ingin kembali kepada Niswah sudah tentu ia harus mendapatkan maaf Naufal terlebih dahulu.

Hafidz berdiri lalu menatap Naufal sejenak, namun yang ia dapat hanya tatapan sinis dan penuh kebencian yang ada di mata Naufal sekarang. Rian yang tau arah pandang Hafidz hanya terdiam, ia juga tak tau mengapa Naufal yang dulunya sangat mudah memaafkan berubah menjadi pendendam seperti sekarang.

Mereka berjalan bersama, dengan Hafidz tepat berada di samping kanan Rian, dalam perjalanan menuju musholah hanya ada keheningan yang tercipta, entahlah, keadaan ini sebenarnya cukup sakit dirasakan Hafidz, namun ia tau diri, bisa berjalan bersama aja sudah syukur Alhamdulillah apalagi bisa bercengkrama seperti dulu lagi, merupakan hal luar biasa untuknya.

"Kalau boleh jujur, sebenarnya aku ingin merebut Niswah darimu, Hafidz," ucap Rian pelan, seraya menatap lurus ke depan.

Hafidz yang mendengar itu, rasanya detak jantung berhenti berdetak, padahal kenyataan ini sudah ia perkirakan sebelumnya.

"Tapi, melihat Niswah yang masih membuka pintu untuk kalian bersama lagi, aku rasa, tak ada tempat untukku meski pun celah untuk restu itu ada, bukan tidak mungkin aku bisa merebut hati Naufal agar merestuiku, namun kembali kepada Niswah yang nyatanya telah memutuskan untuk bersama denganmu lagi."

Deg!

Apa yang dibicarakan oleh Rian sebenarnya? Niswah kembali kepadanya? Sepertinya ada kesalahpahaman disini.

"Rian, maaf! Aku tidak mengerti dengan ucapanmu, Niswha memutuskan kembali bersama denganku?"

Rian hanya mengangguk, tanpa menatap Hafidz yang tersenyum getir di sampingnya. Andai ia tau apa sebenarnya yang terjadi hari itu.

Flashback.

"Kita mulai semua dari awal," ucap Niswah dengan suara serak habis menangis.

Mendengar itu rasanya hati Hafidz terasa enteng, berbunga, dan bahagia. Namun semua tak bertahan lama, setelah rentetan kalimat Niswah menghancurkan semua angan Hafidz.

"Kita akan memulai semua nya dari awal, seperti di awal, kita adalah dua orang asing yang tidak saling kenal mas, maka mari kembali menjadi orang asing itu! Agar semua bisa kita ulang meski tak lagi sama."

Hafidz langsung menatap kosong Niswah yang tengah tersenyum getir menatap surat perceraian yang entah kapan sudah ada di tangannya.

"Tapi Niswah, bukan awal yang seperti itu yang mas maksud. Yang mas maksud adalah awal-.." ucapan Hafidz di potong oleh Niswah

"Iya, aku tau maksud mas, tapi maaf mas, tidak adalagi awal yang perlu kita perbaiki, karena kenyataannya semua telah rusak, kalaupun ingin kita benahi, maka ia tak lagi sama, mas Taukan, jika sesuatu yang kita mulai ulang dan rasanya tak lagi sama, maka akan ganjil dan asing, jadi sama saja, mari kita menjadi orang asing seperti dulu. "

Tidak, Niswah tidak tau maksud "awal" disini, ia tak ingin menjadi orang asing bagi Niswah, ia ingin menjadi orang yang paling dekat dengan wanita ini.

"Tidak adakah kesempatan?"

"Ada, bahkan banyak, hanya saja untuk saat ini aku tidak ingin mengingat semua yang telah terjadi mas, aku hanya ingin sembuh dan memulai hidupku dengan yang baru."

Flashback off

Hafidz tersenyum miris mengingat hal itu, andai Rian tau, pasti Rian tak putus asa seperti ini. Mungkin nanti ia akan menjelaskannya kepada Rian.

Hafidz langsung mengambil wudhu serta menunaikan ibadah sholat Dzuhur di musholah, dengan khusyuk ia menjalankan ibadah dengan penuh doa yang sama seperti beberapa hari terakhir yaitu kesembuhan wanita yang kini masih menyandang status istrinya.

"Untuk saat ini, aku tidak meminta banyak sebanyak doa-doaku kemarin, aku hanya meminta, seandainya jodohku dengan Niswah telah berakhir, maka pertemukan lah ia dengan kebahagiaan yang sesungguhnya. Ya Allah."

Hafidz menyudahi doanya, dan keluar musholah dengan tenang, tiba-tiba, handphone di sakunya berbunyi kuat, bersamaan dengan rasa khawatir yang tiba-tiba datang, ia melihat Id call nya tertera nama UMMI NISWAH langsung saja ia mengangkatnya dengan rasa gelisah.

"Assalamualaikum, Ummi."

"cepat datang ke sini Hafidz, kondisi Niswah drop." 
Itu bukan suara Ummi Niswah, tapi itu suara Abi-nya. Suara yang mampu memberhentikan pola fikir Hafidz sejenak, rentetan kalimat Abi masih terasa jelas di pendengaran nya, mematikan seluruh persendian.

Ya Allah, ia telah salah berdoa, seharusnya tadi ia berdoa agar Niswah di berikan kesembuhan, bukan kebahagian sesungguhnya, bagaiman jika kebahagiaan sesungguhnya bagi Niswah adalah kematian? Astagfirullah ia tak boleh berburuk sangka terhadap takdir tuhan.

Dengan tergesa Hafidz langsung berlari tanpa mengindahkan panggilan Lukman dan Rian yang merasa aneh dengan tingkah Hafidz.

"Hafidz!" Panggil Lukman, namun Hafidz tetap berlari tanpa memperdulikan beberapa orang yang ia tabrak.

Naufal merasa ada yang tidak beres segera menyusul Hafidz dengan berlari juga, disusul oleh Rian dan Lukman dengan raut yang kentara sekali sedang kebingungan.

Sampai di depan ruang rawat Niswah, tubuh Hafidz dan Lukman langsung membeku, sedangkan Rian dan Lukman yang datang terakhir mulai menebak-nebak apa yang terjadi, namun tangisan Ummi serta Abi Niswah menjadi pertanda bahwa keadaan sedang tidak baik, di tambah Hafidz yang sudah terduduk sambil terisak di sebelah Ummimya.

Rian langsung berlari ke arah Hafidz, langsung membantu sahabatnya itu berdiri.

"Ada apa Hafidz? Apa yang terjadi dengan Niswah?" Tanya Rian dengan raut penuh kebingungan dan khawatir.

Hafidz hanya terdiam dan masih terisak, rasanya dada Hafidz sesak dan susah bernafas, ini terlalu menyakitkan untuknya, kenapa harus Niswah? Kenapa tidak ia yang merasakannya?

Lukman menatap semua orang yang berada di lorong ini, semua sibuk dengan Isak tangisnya, lalu tatapan Naufal jatuh kepada Naufal yang hanya terdiam menatap kosong pintu ruangan Niswha, namun air mata laki-laki itu tidak berhenti mengalir, dan terakhir, mata Lukman bersibobrok dengan tatapan penuh kesakitan sahabatnya, Hafidz menatap Lukman dengan pandangan pilu, ada keputusasaan  yang terlihat dari mata itu.

"Apalah yang bisa dilakukan manusia, selain berbenah diri, ingin mengumpati takdir pun rasanya tak mungkin," batin Lukman

Lukman menghampiri Rian yang mencoba menenangkan Hafidz, meskipun Lukman tau Rian juga dalam kondisi yang panik. Ketika sampai di hadapan Hafidz langsung saja Lukman memeluk sahabatnya yang rapuh itu, Hafidz pernah melakukan kesalahan yang fatal, namun sahabatnya menyadari dan ingin memperbaiki.

"Tidak ada tindakan terpuji, selain mengakui kesalahan dan membenahi di kemudian."

•••••••••••••••••••

Assalamualaikum....

Selamat berpuasa semua bagi yang menjalankan....

Bentar lagi lebaran, tapi tahun ini kita lebaran di tengah wabah yah, sedih sebenernya tapi mungkin ini cara Tuhan agar kita ingat bahwa kita hidup gak ada apa-apanya di bandingkan ia sang pencipta.

Semoga semua sehat selalu, tetap jaga kesehatan.

Lala sayang readers....

Maaf kalo lama up, soalnya lagi kuliah online 🤣

Aku,Kamu & Seuntai DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang