Dalam dunia ini, ada beberapa hal yang tak sejalan dengan apa yang kita mau, tak sesuai harapan dan masih banyak kekecewaan yang lain, itulah yang saat ini tengah di rasakan oleh Nabila, pengakuan dan penolakan Rian cukup membuat ia sadar bahwa tidak selamanya cinta pertama akan menjadi cinta terakhir, Rian adalah sosok yang ia kagumi lewat tindakannya yang lembut ketika memperlakukan Niswah, sahabatnya. Hingga ia tidak sadar! Kelembutan tersebut ada rasa terselubung dan bodohnya ia malah berimajinasi jika Rian akan memperlakukan yang sama dengannya.
Kini hidup harus berjalan, sudah seminggu kejadian tersebut dan Nabila sebisa mungkin tetap menjalani harinya seperti biasa, meski ganji itu masih ada, karena kemana pun ia pergi sekarang sendiri, dulunya selalu ada Niswah yang menemani.
Matahari terik tidak di hiraukan oleh Nabila, ia bergegas ke rumah sakit guna menemani Niswah yang akan melakukan Chemotrapy, yang dimana merupakan pengobatan dengan sistem laser terakhir sebelum di tindak lanjuti bila masih tidak ada perubahan terhadap Niswah.
30 menit kemudian ia telah sampai di pelataran rumah sakit khusu pasien penyakit kanker dan tumor. Dengan langkah pasti ia memasuki sebuah ruangan di lantai 2 yang tidak asing lagi baginya.
"Assalamualaikum," ucapnya, sambil melangkah masuk, didalam ruangan itu hanya ada ummi Niswah dan umminya Hafidz, segera ia menyalin keduanya.
"Apa kabar Nabila?" Tanya ummi Niswah.
"Alhamdulillah baik, Ummi. Ummi gimana kabarnya?" Tanyanya sambil berlalu mencium tangan ummi Hafidz.
"Alhamdulillah, baik juga."
Nabila menatap Niswah dengan senyuman yang sarat akan kesedihan. Melihat bobot tubuh Niswah yang sangat kurus, di tambah wajah tidur dan pucat, rasanya ia ingin menangis kuat saat ini.
Niswah yang menangkap raut dari wajah sahabatnya, ikut tersenyum menenangkan, seolah - olah semua masih baik-baik saja.
"Nabila," panggil Niswah dengan senyuman tulus.
Nabila menatap mata Niswah lama, menyelami mata wanita kuat itu, Niswah telah memberi ia pelajaran yang bahkan tak mampu di berikan orang lain. Kesabaran, keikhlasan, dan kekuatan Niswah, kadang membuat ia iri, bagaimana ia bisa sering mengeluh karena hal sepele, sedangkan sahabatnya, tak pernah ia dengar mengeluh.
Nabila memeluk tubuh tingkah Niswah sambil menahan tangis, pelukan yang entah mengapa selalu membuat ia nyaman, seolah ia berada di pelukan orang tuanya. Tubuh Nabila tiba-tiba menegang, kala Beben tubuhnya terasa bertambah dan pelukan erat Niswah sudah terlepas, ia langsung menegakkan badannya lalu menatap mata Niswah yang sudah tertutup dengan darah yang mengalir dari hidungnya.
"Niswah! NISWAH!"
Tak ada sahutan dari sang empu, langsung saja para ummi memanggil dokter yang bertugas, sedangkan Nabila sudah menangis histeris.
Sedangkan di tempat lain. Setelah hampir satu bulan Hafidz meninggalkan pekerjaannya, ia kembali bekerja di kantor milik abinya Niswah. Sedangkan untuk urusan kampus ia menyerahkan kepada rekannya yang menggantikan posisinya sementara waktu, untungnya universitas memberikan ia kompensasi waktu sampai bulan depan untuk kembali mengajar.
Bagaimana pun ia harus tetap bekerja untuk membiayai pengobatan sang istri yang masih harus terus di rawat secara intensif, terkadang ia merasa lelah dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan, sempat ia berfikir untuk mengikhlaskan sang istri, ketika melihat betapa kesakitan istrinya itu setelah melakukan serangkaian pengobatan yang menguras tenaga, namun lagi, rasa sayang dan cintanya kepada sang istri membuatnya tidak menyerah untuk terus mencari kesembuhan untuk sang istri.
Setelah beberapa hari ini ia mulai masuk kerja kembali, perasaan tidak tenang selalu ia rasakan, bahkan jika ada yang menelpon ia akan langsung pucat pasi, ketakutan. Membayangkan jika salah satu keluarganya menelpon untuk mengabarkan berita buruk mengenai istrinya, meskipun begitu, sebisa mungkin ia berfikir positif, meyakini bahwa Tuhan tau segala sesuatu yang terbaik bagi hambanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku,Kamu & Seuntai Doa
Romance"Ijinkan aku berpoligami," ucap Hafidz dengan wajah tegang. Niswah menatap tak percaya lelaki dihadapannya lelaki yang ia anggap imam sempurna ternyata menjadi belati yang menusuk relung hatinya. PLAKKKKK...!!! "Aku percaya ketika tanganmu menjabat...