part 10

28.4K 1.2K 8
                                    

Allah sangat membenci orang yang lalai dalam tanggung jawab nya
----------------

"Eh sorry sorry." Suara lembut yang kini masih berusaha membersihkan pakaian Hafidz.

Deg..

Suara ini, apa mungkin dia.

"Hafidz ..."

Hafidz tidak berani mendongakkan wajahnya, tanpa sepengetahuan orang lain Hafidz meramalkan doa agar yang dipikirkannya tidak terjadi, tapi ketika ia mendongak semua doanya tidak terkabul, seseorang yang sangat ia hindari dalam hidupnya kini berada tepat didepan matanya dengan wajah yang terkejut, sebetulnya Hafidz terkejut namun ia langsung mengubah raut wajah nya.

"Hafidz! Kamu Hafidz kan?"

 Hafidz memejamkan matanya, dihadapannya kini ada masa lalu yang tak ingin ia ingat lagi.

"Hafidz aku tau itu kamu, ini aku Syilia." Hafidz menatap gadis dihadapannya, gadis yang berubah 180 derajat dari yang dulu ia kenal, Syilia yang sekarang memakai pakaian tertutup terlihat anggun, tetapi tidak seperti Niswah, Niswah ? Hafidz langsung tersadar, ada wanita yang menjadi tanggung jawabnya.

"Kamu sibuk Hafidz? Jika tidak, tak bisakah kita mengobrol sebentar." menurut Hafidz ini tak masalah toh hanya mengobrol Mendengar ajakannya direspon baik Syilia merasa senang sekali.

"Kamu sudah pesan makanan?"

"Belum!"

"Aku pesanin ya, spageti keju kan?"

"Mmm I-iya!"

"Jangan tegang Hafidz, rilex aja." Hafidz hanya tersenyum menanggapi ucapan gadis dihadapannya ia tidak berubah sama sekali tetap ceria.

"Hey jangan liat aku seperti itu." Hafidz langsung tersadar dan mengucap istigfar, ada apa dengannya ya Allah

"Ada urusan apa kamu disini Fidz? Kamu magang juga seperti aku?"

"Bukan, aku salah satu dosen disini."

"Wah hebat, andai dulu aku tidak pindah mengikuti ayah, ya meskipun harus hidup sendiri setidaknya aku punya pundak terhebatku yaitu kamu Hafidz."

Deg...

Apa ini? obrolan yang membingungkan.

"Dulu, aku terpaksa pindah mendadak dan tidak bisa pamit sama kamu karna aku tau kamu sedang terpuruk waktu itu ,maaf Hafidz maaf hiks ... Hiks."

"Lia please jangan nangis, aku udah maafin kamu."

"Benarkah? Apakah kita bisa berteman?"

Apa! Berteman? Hafidz tak yakin dengan itu, tapi apa salahnya ia berteman.

"O-oke no problem."

"Yey thanks Hafidz." Hafidz hanya tersenyum menanggapinya, ternyata tak seburuk apa yang ia pikirkan.

"Kalau gitu aku pergi dulu, sudah mau masuk jam kuliah."

"Oke bye Hafidz."

"Assalamu'alaikum."

Hafidz mulai meninggalkan cafe menuju ruangannya, dalam benaknya masih memikirkan pertemuan dengan Syilia tadi, apa ia akan melukai hati Niswah istrinya? Oh ya Allah ini membingungkan.

"Assalamu'alaikum Mas." Hafidz sangat terkejut dengan suara itu.

"Mas belum makan kan? Ini Niswah bawakan makanan, tadi beli di kantin."

"I-iya taruh disitu aja, Mas mau masuk dulu." ucap Hafidz tegang, takut Niswah tau pertemuannya tadi, ini belum saatnya Niswah tau semuanya.

"Mas, Mas Hafidz gak papa kan?" Hafidz langsung gelagapan mendapat pertanyaan yang sebenarnya tidak ada maksud apa-apa.

"E-enggak papa!" Niswah hanya tersenyum lalu pamit kepada Hafidz.

"I love you." bisik Niswah seebelum pergi, Hafidz yang melihat itu merasa sangan bersalah seharusnya ia bahagia mendengar ucapan cinta dari Niswah tapi lihat lah dia sekarang terkesan ia menjadi orang bingung siapa yang harusnya ia pilih.

"Ya Allah seharusnya hamba menjaga perasaan istri hamba, bukan malah menyakiti sedemikian rupa." 

Mata Hafidz memandang plastik putih yang dibawa Niswah tadi.

"Maafkan Mas Niswah tak mampu menjaga perasaanmu maaf."

Mungkin disini Hafidz adalah tokoh antagonis yang memerankan sebagai penjahat hati wanita yang seperti malaikat.

Takdir  Allah tak ada yang tahu, namun dalam hatinya iya masih mengharapkan Allah berbaik hati membantunya dalam menjaga rumah tangga yang masih seumur jagung.

"Ku yakin engkau tak pernah jauh ya Allah, bimbing aku dalam membangun rumah tanggaku  yang selalu dijalanmu."

Ini adalah doa Hafidz  yang kesekian  kali dalam sholat dhuhanya, Hafidz tak bisa berkata apalagi selain mengharap bantuan Allah atas masalahnya kali ini.

Tuhan ....
Aku tau ini salah
Lantas apa yang bisa aku perbuat
Dalam setiap lantunan doaku
Ku yakin kau mendengarnya!

Hafidz tetap diam tanpa menyentuh makanan yang dibawa oleh Niswah, pikiran nya kalut sekarang antara ingin jujur dan menyembunyikan sampai waktunya nanti, tapi jika Niswah tau dari orang lain maka akan menciptakan masalah yang besar tentunya.

Mengapa ia harus kembali di saat kehidupan Hafidz sudah tenang.

Hafidz memutuskan mengambil air wudhu menunaikan sholat Dhuha agar di beri ganjaran surga kelak.

sesungguhnya disurga ada slaah satu pintu yang dinamakan pintu Dhuha, bila datang hari kiamat malaikat menjaga surga memangil; mana ia yang melazimkan shalat Dhuha? Inilah pintu kalian maka masukilah dengan kasih sayang Allah” (HR.Thabrani)

Hafidz ingin meraihnya, namun bagaimana bisa ia meraih surga jika ia tidak bisa bertanggung jawab menjaga perasaan sang isteri.

Aku,Kamu & Seuntai DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang