part 31

28.6K 1.5K 192
                                    

Niswah pov

aku mengusap pelan perut rata yang tanpa kusadari sempat tertinggal segumpal darah yang akan tumbuh menjadi makhluk mungil, kemudian menghiasi rumah dengan tawa kecil serta langkah kaki mungilnya, membayangkan itu semua dadaku kembali sesak.

Entahlah!

rasanya aku ingin membenci semua orang yang membuat keadaanku sedemikian mirisnya, entah siapa yang akan aku salahkan disini, dia atau suamiku atau juga diriku sendiri, siapapun itu tidak akan pernah bisa mengembalikan janinku. Bahagiaku telah terhempas jauh menuju angkasa bersama dengan buah hatiku yang memilih pergi bahkan sebelum aku menyadari keberadaannya, apakah Allah marah padaku? Apa Allah murka? Ya Allah sungguh jika ini adalah bentuk kemurkaanmu, maka aku mohon ya Allah, lekas redam, aku lelah ya Allah.

Saat aku termenung, pintu ruangan terbuka, disana tampak bang Naufal yang tengah tersenyum lembut kepadaku, aku membalasnya dengan senyuman juga, cukup aku yang tau aku sedang lemah, aku tidak ingin menambah beban keluargaku dengan masalah yang seharusnya kutanggung sendiri.

"Bagaimana keadaanmu Niswah?"

"Alhamdulillah sehat Mas, hanya sedikit pemulihan."

Mas Naufal menatapku dengan tatapan yang sangat kubenci, yaitu tatapan penuh dengan kesedihan.

"Mas, jangan menatapku seperti itu, aku baik-baik saja."

Tiba-tiba Mas Naufal memelukku erat, hingga tubuhku menegang tersentak kaget.

Isakkan?

Mas Naufal menangis?karena apa? Jika karena ini semua karnaku maka ampuni aku ya Allah telah membuat Keluargaku bersedih.

"Mas kenapa menangis?"

"Maafkan Mas yang tak bejus menjadi seorang abang, takdirmu jelek Niswah menjadi adik dari seorang Naufal yang bahkan tak bisa melindungimu."

Oh tuhan!

Apa ini? Kenapa mas Naufal menyalahkan diri sendiri, aku tak bisa melihatnya terpuruk terhadap kesalahan yang tidak ia perbuat sama sekali.

"Sudahlah Mas aku tidak kenapa-kenapa, aku sudah menerima. Biarlah ini semua jadi kenangan aja, buka lembaran baru yang lebih menyenangkan, right?"

Ku lihat mas Naufal mengangguk dan tersenyum, sudah saatnya aku membuka lembaran baru cerita, biarlah semua menjadi pelajaran yang mendalam untukku dan juga mungkin untuk orang lain.

Bagaimana nasib pernikahanku? Aku sudah mengajukan gugatan ke pengadilan, dan tinggal menunggu tanda tangan dari Mas Hafidz saja lalu semua akan berakhir.

Mungkin terdengar egois, disaat Mas Hafidz berjuang aku malah memutuskan menyerah, namun pernahkan kalian mendengar kalimat "penyesalan akan datang terlambat" dan kesempatan tak akan terjadi dua kali. Aku manusia biasa yang tentunya memiliki perasaan yang harus kujaga.

Seberapa kuat aku kemarin dan kurasa inilah titik dimana aku mengangkat tangan dan pulang ke pangkuan Ummi bersama keluargaku kembali.

Tak terasa tanpa kusadari air mataku mengalir, aku harus kuat bukan, cukup aku menjadi gadis yang menerima semua tanpa ada tindakan.

Seandainya dapat memutar waktu, aku memilih tidak meneruskan perjodohan ini, tapi takdir tiba menarikku agar berada di samping laki-laki yang kini menjadi suamiku dan mungkin tak lama lagi akan menjadi mantan suamiku.

Aku kehilangan semua, anak, suami, rumah tangga. Tak ada harapan apapun yang harus ku genggam , aku hanya berpijak pada dasar lantai kekuatan dan dorongan dari keluarga, berharap aku cepat menerima semua dengan lapang dada dan akan menjalani kehidupan seperti sedia kala.

Aku,Kamu & Seuntai DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang