Part 20

31.5K 1.4K 64
                                    

Niswah pov

Luka? Siapa yang tidak terluka ketika melihat seseorang yang kita cinta sedang berdua dengan wanita lain, jujur saja aku hancur, semua persendianku terasa tidak berfungsi menopang berat tubuhku.

Setelah percakapan singkat kami tadi malam, kini rumah yang dulu terasa nyaman sangat menyesakkan bagiku, kehangatan sudah hilang redup seiring rasa percayaku yang tertutup. Aku tidak pernah membayangkan akan seperti ini rumah tanggaku. Tuhan, apa salahku? Mengapa takdirmu kejam.

Aku berjalan gontai menuju dapur, membuat sarapan untukku dan Mas Hafidz, bagaimanapun aku tetap berstatus seorang istri yang harus melayani suami, meski ada sedikit rasa ketidakrelaan di hatiku.

"Nis, Mas sarapan di kantor saja."

Aku hanya diam, kembali ingatanku berputar pada fakta bahwa di kantor ada Mbak Syilia. Apa mereka akan sarapan bersama? Membayangkannya saja membuat hatiku sakit. Aku harus percaya kepada Mas Hafidz, aku harus memperbaiki rumah tangga ini, setidaknya aku telah berjuang mempertahankan, meskipun kelak takdir Tuhan memisahkan.

Perkataan Mas Rian terngiang di ingatanku.

"Harus bisa Niswah, bukan tentang cinta dan siapa yang di cinta, tapi tentang menjaga sebuah bangunan yang kokoh, pernikahan bukan sebuah candaan rasa , bukan hanya sekedar ijab qobul tanpa landasan. Pertahankan! Jangan lemah, kamu wanita kuat."

Aku hanya menatap kepergian Mas Hafidz, tanpa ada kecupan ringan,tanpa ada cium tangan, seolah kami tak saling kenal,ikatan ini kosong,hampa, tak memiliki cahaya.

"Ummi aku ingin menjadi gadis kecilmu lagi."

Tangis tidak dapat lagi kucegah, pertahananku hancur aku lemah hanya karena cinta dunia.

'Tuhan jika kau ijinkan aku mengulang waktu maka ulang waktuku ketika aku masih bisa menangis meraung didepan hadapan banyak orang, sungguh aku lelah memendam sendiri. Aku tidak sekuat itu."

Aku bersiap menuju kampus, hari ini ada kelas Mas Hafidz. Namun belum sempat aku melangkah kepalaku kembali berdenyut, membuatku sedikit meringis menahan sakit.

"Aku bisa, hari ini ada kuis," batinku

Yah, aku yakin bisa, sanggup hingga jam 12 siang nanti, kuteruskan langkah kakiku meski sakit kian mendera,hingga taksi yang kutumpangi berhenti di depan gerbang kampus yang menjulang tinggi.

"Mbak, mbak tidak papa?" ucap sopir taksi yang mungkin sedikit heran melihat jalanku yang sempoyongan.

"Akh! Tidak apa-apa,pak terima kasih." Lalu aku bergegas masuk tanpa perduli mataku yang tiba-tiba memburam.

"Aw-s... sa-sakit!" ucapku tertahan, kulihat tetesan yang jatuh ke hijab yang aku kenakan. Seketika tubuhku tegang, mengapa ada darah? Aku meraba lubang hidung,hingga penciumanku merasakan bau anyir,aku mimisan? Ada apa denganku  Ya rabb!

Pandanganku memburam,namun sebelum kesadaranku hilang aku melihat Mas Hafidz tak jauh dari tempatku berdiri.
"Mas Hafidz!"

Ia tak menoleh, suaraku terlalu kecil untuk memanggilnya.

"Mas." Kucoba sekali lagi, namun tetap tidak ada respon, Ya Allah Mas, bahkan dalam keadaan seperti ini Mas tidak ada disampingku.

"Mas, Mas Hafid-..." Aku tak sanggup, badanku langsung ambruk tanpa ada penyanggah.

****

Author pov

Hafidz melangkahkan kakinya menyusuri trotoar jalanan kampus, hari ini ia ada jadwal kelas yang tak lain adalah kelas Niswah, entahlah mengingat nama Niswah membuat uluh hatinya remuk, ia telah menyakiti tulang rusuknya sendiri.

Aku,Kamu & Seuntai DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang