Lala kangen kalian guysss!!!
Yang kangen Lala kuy acung jempol hehehehhehe😅😅😘😘😘😘😘😘
Hari ini keadaan ruang inap Niswah ramai dengan sanak saudara yang datang menjenguk, tepat hari ini juga pengobatan Niswah dengan metode tranplantasi sumsung tulang belakang, yang di harapkan dapat memberi hasil yang baik.
Hafidz menatap sang istri yang tengah tersenyum saat beberapa saudara menyemangatinya, raut wajah yang kemarin pesimis kini kembali ceria dan semangat, dan Hafidz senang dengan itu.
"Hafidz." Mendengar panggilan tersebut, Hafidz langsung menoleh dan melihat Rian, Nabila dan Lukman mengahampirinya.
"Niswah pasti bisa," ucap Lukman menyemangati, bagaimana pun semua kemungkinan bisa terjadi saat ini, yang pasti ia berharap dengan keadaan yang baik.
Hafidz mengangguk lalu menatap Rian yang juga tengah menatapnya dalam.
"Aku tau, mungkin orang yang paling sakit di antara semuanya adalah kamu, Hafidz. Dan kuharap itu menjadi salah satu pembalasan atas perbuatanmu dulu, terlepas dari rasa benciku padamu, mungkin berdamai tak ada salahnya kan?" Ucap Rian dengan raut lebih bersahabat.
Hafidz langsung memeluk Rian dengan senyum yang mengembang, satu bebannya telah terangkat, Hafidz akui, Rian adalah lelaki luar biasa yang mampu merelakan wanita yang di cintai ya untuk laki-laki lain.
"Terimakasih, Rian. Terimakasih telah menjaga Niswah selagi aku tak ada, terimakasih telah memberikan aku peluang untuk kembali bersama Niswah, dan maaf, hatimu harus terluka untuk pertama kalinya." Suara Hafidz tercekat di ujung lidah saat mengucapkan kalimat terakhirnya, ia sadar, ia telah berdosa menjadi penyebab orang lain sakit hati.
Rian hanya membalas dengan senyum, bagaimana pun ia hanya manusia biasa, yang jelas tidak bisa menahan rasa sakit akibat kekecewaan, namun lagi-lagi, ia harus memikirkan ,apakah ketika bersamanya Niswah akan bahagia? Atau lebih parah dari yang di lakukan Hafidz?
"Kita hanya penulis skenario, sedangkan tuhan yang berkehendak terhadap alurnya"
Beberapa dokter dan perawat tengah bersiap melakukan operasi transplantasi sumsum tulang belakang, mengetahui itu, Hafidz langsung menghampiri sang istri, memeluk dan memberikan kecupan di seluruh wajah Niswah.
"Insyaallah, ini jalan kesembuhan buat Niswah, yah sayang. Harus semangat, mas dan keluarga lainnya menunggu Niswah disini, jadi Niswah harus kembali" Hafidz kembali menghujani wajah sang istri dengan kecupan, membuat Niswah tersenyum bahagia dan haru.
"Mas, apapun hasilnya nanti, Niswah mohon, mas tetap harus terima, yakin ini rencana Tuhan mas," ucap Niswah dengan mengelus wajah Hafidz.
"Mas akan ikhlas, tapi Niswah juga harus berjuang, sayang. Niswah pasti bisa kan? Demi mas, demi mereka semua yah!"
Niswah mengangguk paham, lalu menyalim takjim tangan Hafidz, bagaimana pun jelas belum tau bagaimana nanti akhirnya, ia sudah bersiap, dan semoga sang suami juga telah bersiap diri.
Tak lama brankar tempat Niswah di tidurkan mulai di dorong oleh beberapa perawat, meninggalkan keluarga yang semua menunggu dalam kepedihan, terlihat disana Hafidz yang menatap kearahnya dengan wajah senyum menguatkan.
Hafidz hanya bisa melihat brankar sang istri didorong memasuki ruangan khusus, lampu ruangan berwarna merah yang artinya pengobatan telah di mulai, ya tuhan, apapun hasilnya ia terima sekarang, walaupun mungkin ia akan kesulitan kelak, tapi ia ikhlas demi sang istri dan permintaannya tadi.
Tak terasa bulir air mata yang tadi ia tahan akhirnya keluar juga, sunggu ia ingin berada di samping sang istri, menemani Niswah dengan setia memberikan semangat, tapi sesuai prosedur tak ada yang boleh masuk kecuali tenaga medis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku,Kamu & Seuntai Doa
Romance"Ijinkan aku berpoligami," ucap Hafidz dengan wajah tegang. Niswah menatap tak percaya lelaki dihadapannya lelaki yang ia anggap imam sempurna ternyata menjadi belati yang menusuk relung hatinya. PLAKKKKK...!!! "Aku percaya ketika tanganmu menjabat...