part 18

26K 1.3K 13
                                    


Author pov

Niswah langsung meninggalkan Hafidz, bukan karena ia tidak sopan kepada suami, namun mendengar permintaan maaf dari Hafidz seolah belati telah menyayat hati Niswah bertubi-tubi.

Hafidz yang melihat istrinya berlalu begitu saja, membuat ia merasa kosong. Biasanya ketika ia pulang, Niswah akan memberikan perhatian penuh kepadanya. Hafidz tahu ini salahnya dan ia sangat memaklumi tingkah Niswah, bahkan jika Niswah ingin memakinya pun itu tidak masalah.

Hafidz melangkahkan kakinya menuju kamarnya dan Niswah, namun ketika ia tepat berada di depan pintu  ia mendengar suara isakan yang terdengar sangat menyayat hati.

Ceklek.

Hafidz menerobos masuk beriringan dengan terbukanya pintu kamar mandi, Niswah menatap sekilas lalu melengos menghadap lemari yang berada di sisi Hafidz mencari baju tidur.

"Niswah Mas mau min-..." Uapannya sudah dipotong oleh Niswah.

"Mandi Mas, kalau mau makan tinggal panasin dulu."
Setelahnya Niswah beranjak ke ranjang tanpa mempedulikan Hafidz yang menatapnya sendu.

Niswah tertidur dengan posisi menghadap  Hafidz. Ia tidak mau dilaknat malaikat karena membelakangi suami.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّهُ تَعَالى عَنْهُ عَنْ رَسُوْلِ اللّه صَلَى اللّه عَلَيْهِ وَآلِهِ وصَحْبِه وَسَلَمْ

قَالَ; ((إِذَا بَاتَتِ المَرْأَةُ مُهَاجِرَةً فِرَا شَ زَوْجِهَا لَعَنَتْهَا المَلَٰائكة حَتَى تَرْجِعَ)) ۔رواه البخاري ومسلم۔

Artinya; Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda:-

"Jika seorang isteri berpisah katil dengan suaminya, malaikat melaknatnya sampai dia pulang" 
(H.R Bukhari dan Muslim)

Inilah adab yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Maka di sini perlu di perhatikan maksiat kepada suami bermakna maksiat terhadap Allah SWT, kemurkaan suami berarti kemurkaan Allah SWT, buktinya adalah ketika seorang istri membelakangi suami malaikat ikut melaknatnya.


Hafidz menghela napas berat mungkin esok ia akan berbicara kepada Niswah ia tak mau masalah ini berlarut-larut menyebabkan ke retakan dalam rumah tangga yang baru mereka bangun.

Hafidz telah selesai dengan ritual mandinya, menatap sang istri. merasakan nyeri di ulung hatinya melihat Niswah yang menutup seluruh tubuh.

***

Hafidz terbangun tepat pukul 05:00 WIB ia melewatkan tahajjudnya malam ini ada apa dengan Niswah? semarah itukah ia sampai tak mau membangunkan Hafidz, Hafidz benar-benar kecewa, ia segera ke kamar mandi membersihkan diri lalu menghadap sang Pencipta meminta petunjuk atas permasalahannya dengan Niswah.

Hafidz keluar kamar melihat Niswah tengah meletakkan sarapan di atas meja makan.

"Semarah itu kah kau Niswah sampai tak membangunkan Mas tahajjud?"

Niswah tetap diam enggan berbicara.

"JAWAB!"
Lepas sudah emosi yang ditahan Hafidz sedari tadi, ia sangat marah kepada Niswah yang terlalu kekanak-kanakan.

Niswah yang mendengar bentakan Hafidz sedikit takut pasalnya ia tak pernah dibentak oleh Abi maupun Umminya.

"Mas kecewa sama kamu!"
Masih dengan nada yang meninggi Hafidz pergi meninggalkan Niswah yang terisak pilu ia akui ia salah karena tak membangunkan Hafidz tapi ia juga yak sanggup harus membangunkan orang yang telah merusak kepercayaan nya.

Sarapan pagi ini dihiasi Insiden yang tak terlupakan bagi keduanya, Niswah merasa sakit di kepalanya semakin bertambah hanya bisa meringis di tengah air matanya yang jatuh, badan Niswah terasa lemas tak berdaya ia tak sanggup untuk masuk ke kampus hari.

Hafidz merasa heran ketika memasuki kelas Niswah tidak ada. ke mana perginya Niswah apa ia tak masuk tapi apa alasannya, Hafidz sibuk menerka-nerka tanpa sadar seluruh mata mahasiswanya menatap ia heran karna sudah hampir 30 menit Hafidz belum juga memulai materi.

"Pak, ada masalah?"

Hafidz langsung tersadar baiklah ia melupakan masalah Niswah sejenak beralih pada kewajibannya memberi materi hari ini.

Kelas sudah bubar dan Niswah benar-benar tidak hadir hari ini ke mana Niswah membuat Hafidz pusing saja.

Sekarang Hafidz telah berada di ruangannya bersama dengan Syilia, tadi Syilia datang membawa bekal makan siang.  Jujur saja Hafidz merasa senang dia sudah lama tidak merasakan masakan Syilia.

***

Niswah kini telah berada di depan gedung kantor Hafidz dangan menenteng kotak bekal yang telah ia isi dengan nasi goreng seafood kesukaan Hafidz, hari ini ia akan meminta maaf kepada sang suami memperbaiki hubungannya yang retak akibat ego masing-masing yang tinggi.

Dengan langkah semangat ia menuju lift tempat ruangan Hafidz berada setelah lift menunjukkan lantai 10 ia segera melesat hingga kini ia berada tepat di depan ruangan yang baru pertama kali ia datangi.

Belum sempat ia membuka pintu samar-samar ia mendengar tawa dua orang berbeda jenis dari dalam ruangan, beruntung pintu sedikit terbuka memudahkan Niswah melihat ke dalam dan betapa terkejutnya ia melihat dua orang yang tengah saling tertawa sangat lepas tanpa beban, bahkan saling bergenggaman tangan.

Tak terasa air mata Niswah meluncur deras menyaksikan pemandangan dihadapannya, Hafidz dan Syilia ada hubungan apa mereka sampai sedekat itu, bahkan Hafidz tak pernah tertawa selepas itu jika bersama dengannya, tak kuat melihat itu Niswah berlari menuju lantai dasar namun nahas belum sempat ia mencapai lift sudah ada orang yang memanggilnya.

"Niswah."

Niswah berbalik menatap Lukman dengan mata yang berkaca-kaca, Rian yang baru saja tiba pun ikut merasa heran ada apa dengan isteri sahabatnya? Ria menatap Lukman seolah bertanya lewat tatapan matanya Lukman yang mengerti arti tatapan itu hanya menggeleng karena jujur ia juga bingung apa yang menyebabkan Niswah menangis.

"Niswah, ada apa?" tanya Lukman.

Niswah hanya menggeleng namun air matanya masih mengalir, Rian yang merasa ada yang tidak beres langsung menuju ruangan Hafidz, tepat saat ia ingin membuka pintu ia dapat melihat betapa romantisnya Syilia dengan Hafidz, tidak salah lagi pasti Niswah melihat ini.

Rian langsung kembali ke Lukman dan Niswah, terlihat Niswah yang masih menangis menyebabkan mata nya bengkak, hidung memerah bahkan tampilannya sangat kacau.

"Terkutuklah kau Hafidz!" batin Rian yang tak tega melihat keadaan Niswah.

"Lukman, kita bawa saja Niswah pulang."

"Gak! Nis-Niswah gak mau pu-pulang kak, Niswah gak mau," ucap Niswah terbata runtuh sudah segala harapannya melihat sang suami bisa tertawa di atas kemelut rumah tangga yang membelit.

"Ada apa?" tanya Lukman sekali lagi ia sangat penasaran dan kenapa Rian terlihat marah, Lukman yang bingung pun memilih membawa Niswah ke rumah sakit tempatnya berkerja diikuti oleh Rian yang masih menatap dengan sorot mata tajam.

Sepanjang jalan Niswah masih diam menatap kosong ke depan, otak nya kembali berputar pada kejadian beberapa menit lalu.

Rian dan Lukman memandang sendu Niswah, sekarang Lukman tau apa yang dialami Niswah karena Rian tadi sempat menceritakan.

"Niswah, ayo turun," ajak Rian.

Niswah hanya mengangguk lalu turun dan ikut melangkah menuju rumah sakit tempat Lukman bekerja, namun tiba-tiba pandangan matanya mengabur membuat ia jalan sempoyongan.

"Ka-kak R-rian," panggilnya terbata dan sangat pelan, tenaganya tidak ada sama sekali untuk menjerit, sedangkan Rian terus melangkah tanpa mengetahui Niswah yang sudah tak lagi berada disampingnya.

Setelahnya semua gelap Niswah telah terjerembab ke tanah, Rian yang mendengar benda jatuh langsung melihat kebelakang dan betapa terkejutnya ia melihat Niswah yang telah tergeletak.

"Niswah, bangun Niswah!"

Aku,Kamu & Seuntai DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang