part 5

27.5K 1.3K 2
                                    

"APA?" Seperti tersambar geledek disiang bolong tubuh Hafidz lemas seketika, Ya allah aku belum siap batinnya.

 Hafidz memacu laju mobilnya hingga hanya membutuhkan 15 menit menuju Rumah Sakit, tadi Umminya menelpon memberitahu bahwa sang Abi asam lambungnya naik.

Sesampainya di prakiraan rumah sakit ia tak perduli pandangan orang yang menatapnya aneh berlari kesetanan.

"Abi, Abi baik?" ujarnya panik, sang Abi hanya tersenyum lirih.

"Ummi bisakah Abi bicara berdua dengan Hafidz?"

"Baiklah Bi, Ummi cari makan siang dikantin dulu assalamu'alaikum." Selepas Ummi pergi, kecanggungan pun terjadi tak ada yang ingin membuka suara terlebih dahulu.

"Hafidz kemari, Nak."
Hafidz mengikuti perintah Abinya, berdiri tepat disamping sang Abi yang kini menatapnya sayang, bukan tatapan kecewa.

"Kau tahu Nak, abi menjodohkanmu bukan karna semata-mata Niswah anak dari sahabat Abi, Abi mengerti Nak ini berat tapi jika kamu ikhlas semua akan mudah." Hafidz masih menunggu kelanjutan ucapan Abinya.

"kau ingat saat Abi bangkrut, harta abi habis bahkan kita tak punya tempat tinggal." 

Ya, Hafidz ingat itu, tak mungkin ia lupa pada saat itu juga gadis yang ia cintai meninggalkannya tanpa kabar.

"Malaikat itu datang Nak, dia memberi Abi modal semula ia enggan tapi karna bujukan sang anak yang jelita bak bidadari, malaikat itu memberi Abi modal, tetapi pada saat yang bersamaan asam lambung Abi kambuh pada akhirnya uang itu tidak jadi untuk modal." Hafidz menatap Abinya yang kini matanya sudah berkaca-kaca, ia ingat itu, masa dimana ia harus ditempat sang paman untuk melanjutkan pendidikan.

"Awalnya Abi bingung, tetapi gadis itu tersenyum mengatakan uang itu tetap jadi modal, biar biaya Rumah sakit ia yang membayar pada saat itu Abi sudah mengikrarkan bahwa ia akan menjadi menantu dirumah kita, Nak, tak bisakah kau menuruti ingin
Abi sekali ini." Hafidz terdiam, apakah gadis itu Niswah ? Jika ia maka ia akan berterima kasih padanya.

"Hafidz setuju Abi, Hafidz akan mencobanya." Biarlah ia mengalah, ia tak ingin Abinya kecewa lagi, mungkin benar apa kata Lukman cinta ada karna terbiasa.

Setelahnya Hafidz pergi ke taman rumah sakit disana ada beberapa anak yang mungkin nasib nya tak sebaik Hafidz hingga matanya menatap pada satu objek yang sangat ia kenali

"Niswah" batinnya

Matanya terus menatap Niswah yang tengah tertawa lepas bersama anak-anak yang menggunakan kursi roda, tanpa sadar kakinya seolah berjalan sendiri hingga sekarang Hafidz berdiri tepat dihadapan Niswah.

Niswah yang belum menyadari kehadiran Hafidz pun masih asyik bercerita sampai suara deheman seseorang menghentikan kegiatannya.

"Ehemm ..."

Niswah membalikkan badan dan tampak disana Hafidz yang menatapnya dingin.

"Eh ada Om ganteng sini Om denger cerita Ounty seru loh Om." Ajak salah satu anak yang berkepala gundul mungkin habis chemotherapy mungkin.

"Iya." Setelahnya nya Hafidz sibuk disamping Niswah Tampa bicara.

"Wah! Liat deh kesya Om sama Ounty cocok kan?"

"Iya la, cocok banget." Anak yang di ketahui bernama Kesya berbinar

Sedangkan Niswah sudah mulai merasa tak nyaman dengan keadaan ini, mulai duduk gelisah Hafidz yang mengerti itupun mengambil inisiati untuk mengubah suasana.

"Siapa nama kamu?"

Anak yang ditunjuk Hafidz tersenyum lalu menunjukkan name tag yang ada di dada kirinya, Niswah yang mengerti kebingungan Hafidz menjelaskan bahwa Aisyah anak berumur 3 tahun mengalami kebisuan sejak ia melihat kedua orang tuanya tewas kecelakaan.

Hafidz hanya diam setelah mendengarkan penjelasan dari Niswah.

"Ounty ngantuk!" ucap salah seorang anak yang menggunakan kursi roda.

"Farel ngantuk, mari Ounty antar kalian masuk."

Setelahnya Niswah pamit meninggalkan Hafidz yang menatapnya dalam diam.

"Aku tak bisa," ucapnya putus asa, menyerah pada hatinya yang keras meski logikanya ingin membuka hati untuk Niswah.

Flashback

"Abi tunggu keputusanmu esok, Abi mohon pertimbangkanlah Hafidz."

Deg

Baru kali ini Hafidz melihat Abi  memohon kepadanya, apakah ia begitu keras kepala? Hafidz mulai merasa ia sangat keterlaluan.

"Iya Bi akan Hafidz pikirkan ."

Hafidz memandang kosong kearah jalanan didepannya, memikirkan bagaimana kelak nasib rumah tangganya jika cinta saja tidak ada.

Entahlah! Semoga Allah mengampuni semua dosanya dan mempermudah masalah yang ia hadapi saat ini.

🍁🍁🍁

Aku,Kamu & Seuntai DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang