Lukman memasuki kamar yang sudah 3 hari ini di isi oleh seorang wanita yang mungkin sudah ia anggap sebagai adik.
"Apa kabar Niswah? Sudah merasa sehat?"
"Ah, sudah Mas, kira-kira kapan Niswah boleh pulang?"
Lukman tampak berfikir, jika Niswah pulang maka ada kemungkinan Hafidz akan membuat Niswah terbebani dengan kelakuannya yang belum bisa lepas dari masa lalu. Tapi jika Niswah tidak segera pulang, maka Hafidz juga akan curiga.
"Baiklah, kamu boleh pulang, tapi tetap harus memantau kesehatan seminggu sekali. Dan pengobatan sebulan sekali."
"Okelah, Niswah pulang dulu Mas, terimakasih."
"Sama-sama, Rian akan mengantarkanmu."
Niswah mengangguk, sebenarnya ia ingin menolak, namun melihat keadaannya yang tidak memungkinkan untuk menyetir sendiri ataupun memakai angkutan umum ia menerima tawaran tersebut.
"Niswah," panggil Rian yang ternyata sudah berada di ambang pintu ruang inap dengan senyum yang merekah.
"Mas Lukman, Niswah pamit assalamualaikum."
Lukman menatap punggung Niswah yang sudah tidak terlihat lagi, ia menatap sendu, miris menatap malaikat yang seharusnya di jaga sekarang harus banyak menelan pil pahit berumah tangga.
Benar kata orang, segala sesuatu tergantung dengan waktu, dan harapan Lukman waktu yang di sebut dengan penyesalan tidak menghampiri sahabat karibnya.
***
Hafidz memasuki gedung megah yang menjadi saksi bisu perjuangan kerja kerasnya, sekarang tampilannya sangat berantakan, dari dasi yang tidak terpasang rapi, rambut yang berantakan serta baju kemeja yang di kenakan terlihat kusut, benar-benar berantakan.
Ketika sampai di depan lift, pintu lift terbuka menampakkan sesosok wanita yang menjadi penyebab istrinya pergi. Ah, bukan salah wanita ini, tapi salahnya, yah ini kesalahan mutlak jatuh padanya.
Wanita itu menatap Hafidz dengan pandangan yang sulit diartikan, antara kaget, senang, serta sedih yang menjadi satu.
"Mas, bagaimana dengan Niswah? Dia sudah kembali?"
"Berhentilah mencampuri urusanku Lia," ucap Hafidz tegas dan tak terbantahkan membuat Syilia terbungkam seketika.
Syilia tau jika Niswah pergi dari rumah akibat pertengkaran hebat antara Hafidz dengan Niswah, awalnya ia senang, namun melihat efek dari perginya Niswah membuat Hafidz semakin menjauhinya ia juga merasa sedih.
Hafidz telah pergi meninggalkan Syilia yang mematung, dadanya sangat sesak. Hafidz semakin berubah tiga hari ini, ia bahkan tidak menganggap Syilia ada jika berpas-pasan.
Ia segera berlari menyusul Hafidz menggunakan tangga darurat, hubungannya dengan Hafidz tak boleh berakhir hanya karena Niswah yang pergi dari rumah.
Brakk!
Pintu terbuka dengan kencang menimbulkan bunyi dentuman yang keras,.membuat orang yang berada di dalam ruangan itu terkejut, bahkan setelah ia melihat pelaku pembuka pintu itu, wajah terkejutnya berganti dengan wajah datar dan dingin.
"Mas, ak..."
Hafidz mengangkat tangannya, menghentikan ucapan Syilia.
"Cukup Lia! Please jangan membuatku tambah pusing, aku lelah, hentikan semuanya."
"Apa yang harus kuhantikan?"
"Semuanya, bahkan hubungan yang seharusnya tak ada."
Syilia terdiam, apa maksud Hafidz? Apa semua harus berakhir seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku,Kamu & Seuntai Doa
Romance"Ijinkan aku berpoligami," ucap Hafidz dengan wajah tegang. Niswah menatap tak percaya lelaki dihadapannya lelaki yang ia anggap imam sempurna ternyata menjadi belati yang menusuk relung hatinya. PLAKKKKK...!!! "Aku percaya ketika tanganmu menjabat...