part 50

8.7K 472 11
                                    

"Tuhan tau apa yang terbaik untuk hambanya, sedangakan hambanya hanya tau meminta tanpa peduli apa yang dimau Tuhannya ."

------------------------------

A

ssalamualaikum warahmatullahi wabarakatu.....

Semoga sehat selalu buat sahabat Lala.....
And selaku support Lala , jangan lupa vote dan coment ✔️

Selamat tahun baru 2021 🥳🥳🥳

------------

Saat ini ruangan Niswah di penuhi oleh sanak saudara, aura kebahagiaan seolah memeluk setiap orang di dalamnya, Hafidz yang duduk di samping Niswah di atas brankar dengan setia mengelus lembut kepala sang istri dan tidak lupa mengecupnya pelan.

Niswah melihat tingkah sang suamj yang tidak ingin lepas darinya malah geli sendiri, karena sudah lama mereka tidak bermanja seperti ini, apalagi setelah badai prahara yang menghantam pondasi rumah tangganya.

"Mas."

Hafidz berdehem tanpa mau menatap sang istri, yang justru membuat Niswah kesal saat ini.

"Mas, ih! "

"Kenapa sayang?" Tanya Hafidz dengan mata terpejam, masih asyik mengecup dan menghirup aroma rambut Niswah yang tertutup hijab.

"Lihat Niswah dong, Mas."

" Iya kenapa, hm? Niswah mau apa? Atau ada yang sakit?"

Niswah menggeleng, dia merebahkan diri di dalam dekapan sang suami, dengan bersandar di dada seperti ini, ia merasa lebih dekat dengan Hafidz, merasa nyaman, merasa bahwa hanya dia yang memiliki Hafidz.  Sedangkan Hafidz yang melihat tingkah istrinya yang manja malah tersenyum sembari memperbaiki cara duduknya agar sang istri nyaman.

"Niswah mau apa? Kok manja?"

Niswah langsung memberengut mendengar ucapan sang suami, emang apa salahnya jika ia bermanja seperti ini? Akh, pasti hafidz risih kalau dia bermanja begini.

Niswah langsung menjauh dengan wajah masih cemberut kesal, ia bahkan memunggungi sang suami yang masih duduk berselonjoran diatas brankar yang memang muat dua orang.

"Loh sayang, kenapa? Kok menjauh?" tanya Hafidz heran.

Niswah tidak menjawab, malah dia memejamkan mata seolah olah sudah tertidur lelap. Hafidz yang melihat nya pun sampai terkekeh geli. Ya Allah, sejak istrinya ini bertingkah kekanakan.

"Niswah kenapa Hem? Mas ada salah?"

Abi, ummi, serta Naufal yang melihat tingkah dari sang anak dan adik pun terheran-heran, sejak kapan anak perempuan nya kekanakan seperti itu, bahkan didepan sanak saudara yang mengunjunginya.

"Niswah kenapa Fidz?" Tanya Naufal penasaran.

Hafidz hanya menggeleng tidak tau dengan wajah yang super polos membuat Naufal tertawa pelan.

Hafidz tidak perduli dengan Naufal, yang jadi masalah sekarang adalah bagaimana cara membujuk sang istri.

"Niswah kenapa? Coba cerita sama mas, mas mana tau Niswah mau apa kalau tidak cerita, sayang." Mendengar nada lembut sang suami, akhirnya Niswah balik badan, emang dasarnya Niswah saja yang tidak bisa tidak memaafkan orang.

Niswah menatap Hafidz dengan pandangan sendu, yang membuat hafidz ketar ketir sendiri, apa ia melakukan kesalahan?

"Niswah kangen manja sama mas, apalagi setelah ada masalah ini, Niswah cuma pengen ngerasain yang dirasakan mbak Syilia, manja-manja sama Mas, emang gak boleh?"

Tubuh hafidz menegang,dan Niswah merasakan itu,  percayalah, ia dapat merasakan kesakitan lewat kalimat sang istri, ia tau istrinya tengah menahan tangis, terbukti dengan mata yang kian lama kian mendung.

"Niswah tau, Niswah gak boleh lagi ngungkit masa lalu, tapi rasanya masih sakit, Niswah cuma mau sadarin diri sendiri bahwa Mas masih punya Niswah, bukan punya wanita lain, Niswah cuma mau ngerasain apa yang di rasain sama mbak Syilia waktu itu, dan rasanya nyaman yah, Mas," ucap Niswah sambil menatap wajah sang suami yang juga tengah menatapnya dengan sorot sendu.

"Maaf, maaf, maaf. Maafkan mas Niswah, mas tau maaf gak bisa ngembalikan semuanya, nyembuhin luka Niswah, tapi Mas mohon, Niswah jangan seperti ini ya sayang, mas masih punya Niswah, akan selalu punya Niswah, jadi Niswah boleh mau apain mas juga boleh, mau mulai proyek pembuatan  baby juga boleh." Niswah yang mendengar itu sontak melayangkan cubitan nya ke atas perut sang suami.

"Mas, banyak orang tau, malu."

Hafidz menatap dalam wajah sang istri, dia sadar sepenuhnya, kecacatan dalam ia membina rumah tangga tak akan hilang meski sudah beberapa tahun terlewati, itu menjadi catatan hitam sendiri bagi ia dan Niswah, hafidz juga tau, sang istri tidak akan dengan mudah melupakan semua rentetan kejadian yang membuat ia bahkan harus kehilangan buah cintanya.

Rasanya sangat hancur jika melihat sang istri harus merasakan akibat dari kebodohannya, apalagi sang anak yang kini sudah kembali ke pengakuan tuhan bahkan belum sempat ia lahir kedunia, hal ini menjadi pukulan telak bagi Hafidz, bahwa segala sesuatu akan memiliki dampak bagi orang lain, dan cukup sekali ia melukai sang istri dengan cara bajingan seperti ini.

Bagaimana ia dulu mampu mengucapkan kata poligami, bahkan memintanya langsung kepada Niswah, membayangkan ia berada di posisi Niswah saja tidak sanggup, apalagi itu terjadi sungguhan terhadapnya.

Hafidz mengusap pipi sang istri lalu mengecupnya pelan, tanpa sadar ada sepasang mata yang menatapnya dengan pandangan terluka.

Rian, dia adalah laki-laki yang menemani Niswah di saat susah,  mendukung serta mengawasi segala sesuatu Niswah. Tak pernah terpikir di benaknya ia akan menaruh rasa kepada wanita yang notabennya adalah istri sahabat dekatnya, semua mengalir begitu saja, dulu ia berharap Niswah akan meninggalkan hafidz dengan dalih ia akan menikahi wanita itu setelah bercerai, namun takdir tidak bisa kita rubah, meski sebenarnya nama Niswah masih bertahta dengan hebat di dalam hatinya.

"Sabar, Rian. Ada pengganti yang lebih baik setelahnya," ucap Lukman yang kebetulan duduk di samping Rian yang sedang menatap sendu hafidz dan Niswah di hadapannya.

Bagaimanapun Rian hanya manusia biasa, Lukman menyadari tatapan itu sejak Niswah sadar kemarin, bukan Rian tidak bahagia atas kesembuhan Niswah, tapi ada setitik luka yang nyatanya tertancap sempurna di dalam hatinya, luka yang hanya ia yang tau.

Lukman sendiri tidak berada di pihak manapun, baik Rian maupun Hafidz adalah sahabat dekatnya, tetapi alangkah baiknya Rian mengalah, karena status Niswah juga masih istri sah Hafidz, ditambah lagi banyak pihak yang berusaha menyelamatkan rumah tangga Hafidz dan Niswah, ia salah satunya. Jadi, baik Lukman maupun sang istri hanya menjadi penengah, dan saat ini Rian membutuhkan teman untuk bercerita.

Dibalik itu semua ada sosok wanita yang menatap sahabatnya dengan raut bahagia, meski sebenarnya ia memiliki luka yang makin hari makin menganga, ia tetap bahagia sahabatnya bisa kembali berkumpul bersama keluarga.

Ia menatap laki-laki yang berada di seberangnya dengan pandangan sendu, seolah berkata aku ada disini, bukan dia, ia masih menatap lekat lelaki tersebut, sampai  secara tidak sengaja pandangan mereka bertemu, tubuh nya menentang bersama raut terkejut dari laki-laki tersebut. Ia langsung melarikan pandangannya ke arah lain, sungguh ia sudah tidak bertegur sapa dengan laki-laki tersebut setelah permintaan Niswah waktu itu.

Sedangkan Rian yang melihat wanita di samping istri Naufal, hanya menatap datar, ia tau wanita itu sahabat karib dari Niswah, yaitu Nabila menaruh rasa padanya, Niswah juga pernah menginginkan ia menikah dengan sahabatnya, tapi Rian tidak bisa, karena ia hanya cinta terhadap Niswah bukan wanita lain.

"Ternyata jatuh cinta seribet ini, harus mempersiapkan beberapa hal, diantaranya perasut untuk kita di saat jatuh nanti."



Aku,Kamu & Seuntai DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang