Hai guys!
Author mau ada pengumuman sebenarnya gak penting sih apalagi author masih abal-abal.
So guys!
Please... jangan jadi siders yang tak meninggalkan jejak, kalian itu
seperti maling sendal!Bagi author yang masih baru menetas seperti saya
Vote sangat di perlukan sebagai dukungan.
Jadi please hargai karya para author bukan hanya saya saja tapi author lain...Sekian pengumuman gaje nya heheheh
Silahkan lanjut baca******
Hafidz terus menunduk, merasa bersalah pada istrinya, hari ini ia bertemu dengan Syilia secara diam-diam awalnya ia ingin menolak ajakan Syilia yang mengirimnya pesan tapi ia merasa ini harus dituntaskan, maka disinilah Hafidz berada, di cafe tempatnya bertemu dengan Syilia dulu.
"Mas ...."
Ingin rasanya Hafidz membenci pemilik suara itu, yang muncul disaat hatinya telah tertata.
"Ada apa? Cepatlah, Aku ada kelas."ucap Hafidz dingin seakan enggan berlama-lama dengan gadis yang ada dihadapannya.
"Mas tak adakah kesempatan untukku? Ku akui dulu aku meninggalkanmu tapi sumpah Mas aku tidak berniat, aku terpaksa ikut kemauan Ayah yang pindah ke Jakarta."
"Lalu kenapa kamu tak memberitahu ku Lia?"
"Aku ingin memberitahumu Mas, tapi keadaanmu sedang rapuh bagaimana mungkin aku memberitahumu disaat seperti itu."
"...."
"Aku berusaha agar aku dapat bertemu kamu lagi Mas, tapi apa yang aku temui? Kamu menikah dengan sepupuku sendiri, aku pikir kamu akan menungguku."
"Maaf Lia"
Ya! Hafidz sadar dia yang salah, mengapa ia tak mau menunggu Syilia sebentar lagi, apakah ia harus menyesal dengan pernikahannya? Jelas ia bahagia, tapi kenapa takdir sekejam ini mempermainkan hatinya? Apa yang harus ia lakukan jujur saja tak ada penyesalan dalam hatinya namun kini entah kenapa ia ingin memiliki Syilia."Sudahlah Mas, intinya aku mencintaimu."
Apa ini pantas? Menyatakan cinta pada suami orang, tapi Syilia tak peduli, ijinkan ia egois untuk kali ini selama ini ia hanya diam jika hal nya di ambil tapi kali ini, tanpa memandang siapa yang akan tersakiti yang jelas Hafidz miliknya.
"Kamu masih mencintaiku kan Mas?"
"...."
Hafidz diam, tak dapat menjawab, ia gamang atas perasaannya ini sangat membingungkan satu sisi ia telah merasa nyaman pada Niswah tapi satu sisi lagi degupan itu selalu hadir disaat dia bersama Syilia."Aku akan menunggu jawaban Mas, aku permisi dulu assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Tak ada kata apapun yang dapat mewakili perasaan Hafidz, Ia bingung hanya karna pernyataan cinta dari cinta lamanya.---*---
Drrt ... Drtt... Drrtt
Sudah lebih Dua puluh kali Handphone nya berbunyi tetapi tidak satupun Hafidz mengangkatnya. Ia tak sanggup mendengar suara Niswah, katakan ia pengecut ia tak akan peduli.
"Angkat Hafidz! Siapa tau penting." itu suara Lukman, ya Lukman datang setelah Hafidz memintanya, mungkin hanya Lukman yang bisa ia jadikan tempat bercerita walaupun Hafidz tau bagaimana sikap yang Lukman berikan.
"Niswah? Astaga kau tak mengangkatnya? Dia istrimu Hafidz, kau ini kenapa?" Lukman bingung, ada apa dengan sahabatnya, terlihat sangat tertekan seperti terhimpit ribuan ton beton.
"Aku bingung Lukman, aku merasa bersalah pada Niswah apa yang harus ku lakukan, tadi aku dan Syilia bertemu, ia menjelaskan semuanya."
"Lalu?"
"Ia mengatakan, dia masih mencintaiku Lukman"
"Astagfirullah Hafidz kau gamang karna pernyataan cinta yang hram? Aku pikir kau sudah mencintai Niswah? Apa selama 8 bulan ini belum ada benih-benih cinta di hatimu?"
"Aku tak tahu Lukman, aku hanya merasa nyaman di samping Niswah, sedangkan jika aku bersama Syilia serukan jantung itu masih ada."
Lukman hanya diam, dia tak habis fikir bagaimana seorang Hafidz yang paham betul dengan agama, imannya harus goyah hanya karna cinta yang haram.
"Angkat Hafidz! Dia isterimu bodoh."
Lukman tak peduli lagi dengan kata-katanya, ia hanya ingin menyadarkan Hafidz tentang tanggung jawabnya terhadap Niswah.
Hafidz menuruti ucapan Lukman, iya mengangkat panggilan Niswah yang mungkin sudah ke 20 kali.
"Assalamualaikum Mas!"
"Waalaikumsalam, ada apa?"
"Mas baik-baik saja kan? Sudah makan? Niswah sudah masak makanan kesukaan Mas."
Ya tuhan! Bahkan isterinya sangat mengkhawatirkannya, apa pantas ia membalas dengan sebuah penghianatan? Rasanya Hafidz tak tega, tapi apa yang harus ia lakukan ketika cinta tak dapat ia rasakan jika berda dengan Niswah.
"Halo Mas! Kok diam, Mas baik-baik saja kan?"
"Mas baik, nanti Mas akan pulang."
"Oh ya udah , mas hati-hati yah, assalamualaikum."
Hafidz meletakkan kembali handphonnya,memijat sedikit memintanya menghilangkan rasa pusing yang menjalar.
"Kau tega Hafidz menyakiti Niswah."
"Aku belum menyakitinya Lukman!"
"Belum kau bilang! Lalu apa artinya kau bertemu dengan wanita lain dibelakang Niswah?"
"Itu hanya pertemuan biasa."
"Biasa katamu, pertemuan yang menyatakan cinta, harus ku sebut apa ini? Penghianatan atau perselingkuhan? Dua-duanya benar."
"Bisakah kau diam Lukman, aku pusing mendengarnya, kepalaku mau pecah."
"Kau hanya kepala, sedangkan Niswah lahir batinnya yang akan mati."
Hafidz terdiam dia tak tau harus merespon bagaimana lagi, dia disini adalah permasalahan utamanya, ibarat bermain wayang ia adalah dalangnya.
"Aku pulang, aku harap kau tak menyesal telah mengambil keputusan ini, jika kau tak bisa menjaganya maka ceraikan! Ia berhak bahagia Hafidz, ia tak pantas bersanding dengan laki-laki serakah sepertimu."
Setelahnya Lukman meninggalkan Hafidz yang masih merenungi segalanya, apa yang harus ia lakukan? Dia telah membangun sebuah hubungan diatas hubungan yang sah.
"Tuhan bantu aku"
***
Hafidz melirik jam di sudut meja kerjanya, menunjukkan pukul 23:30 WIB sudah tengah malam dan ia belum beranjak untuk pulang.
Sedangkan Niswah dia tengah khawatir dengan Hafidz ditambah lagi Handphone Hafidz tak dapat dihubungi.
"Ya Allah lindungi suami hamba."
Hafidz mengambil jas yang ia sampirkan di kursinya, ia berjalan pulang karna ia yakin isterinya sudah tidur, tanpa ia sadari Niswah masih mati-matian menahan kantuk demi menunggu suaminya pulang.
*******
Author come back
Maaf kependekan!
Waktu lagi mepet sama tugas-tugasSilahkan baca
Tinggalkan jejak vote and coment-senjafl-
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku,Kamu & Seuntai Doa
Romance"Ijinkan aku berpoligami," ucap Hafidz dengan wajah tegang. Niswah menatap tak percaya lelaki dihadapannya lelaki yang ia anggap imam sempurna ternyata menjadi belati yang menusuk relung hatinya. PLAKKKKK...!!! "Aku percaya ketika tanganmu menjabat...