Tuhan tau batas kemampuan hambanya sampai mana, namun terkadang pola fikir kita yang menganggap cobaan itu lebih besar dari pada kekuatan kita
***********
Hari ini seluruh keluarga Niswah tengah berkumpul di rumah sakit, pasalnya hari ini merupakan hari pertama Niswah menjalani pengobatan Chemotherapy, raut cemas sangat kentara di masing-masing keluarga Niswah, keadaan sepi dengan pemikiran yang berkecamuk, akankah pengobatan ini berhasil menyembuhkan Niswah? Atau malah memperburuk, sedangkan Hafidz yang menyempatkan diri untuk hadir menemani Niswah pun tak kalah khawatirnya, ia mulai berfikir. Apakah sakit chemotherapy itu? Apa ini akan berhasil, bagaimana kalau tidak? Apa efek samping dari pengobatan ini?. Ditengah pemikirannya ia teringat ada satu cara pengobatan yang cukup berpotensi penyembuhan Niswah, yaitu metode sumsum tulang belakang, tapi siapa yang akan menjadi pendonor. Ia akan mencarinya sampai dapat.
"Sebenarnya, untuk pengobatan AML ini ada dua fase yang dimana pertama adalah fase INDUKSI dalam fase ini sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang dibunuh, tetapi untuk tujuan mencegah penyakit kembali kambuh, perawatan lebih lanjut diperlukan karena induksi remisi biasanya tidak mnghilangkan semua sel-sel leukemia. Tapi mengingat saudari Niswah sendiri kondisinya di khawatir kan memburuk maka kita akan menggunakan fase terapi KONSOLIDASI Dalam fase ini sel-sel leukemia yang tersisa dihancurkan. Juga disebut post-remisi, terapi pemeliharaan, atau intensifikasi. Terapi konsolidasi dianggap penting untuk mengurangi risiko kambuh."
Hafidz masih mengingat penjelasan dokter yang menangani Niswah tadi, bahkan ia masih mengingat metode apa saja yang akan di lewati oleh Niswah agar sembuh dan semua metode itu menggunakan obat-obatan yang sama sekali tidak pernah ia temui.
Lamunan Hafidz tersentak saat Rian menepuk pundaknya pelan.
"Fidh, mereka mau makan siang, ikut gak?" Hafidz terpaku, setelah sekian lama baru kali ini Rian mau berbicara dengannya duluan, meski tetap dengan kata dan wajah yang terlihat kurang suka.
Hafidz tersenyum, setidaknya sudah ada perkembangan antara dia dan Rian.
" Gak, kalo mau makan gak papa, biar aku yang jaga."
"Hm, kalo ada apa-apa segera hubungi," ucap Rian dengan mata memandang wajah sahabatnya.
"Jangan melihatku seperti narapidana Rian, aku tidak akan mencuri Niswah, aku sadar akan posisi."
"Baguslah kalau sadar." Itu bukan suara Rian melainkan suara Naufal yang saat ini tengah menatap keduanya dengan pandangan yang tajam.
"Rian, bawa dia pergi makan, aku tidak ingin ada orang yang tiba-tiba pingsan membuat kerepotan nantinya."
Rian menatap Hafidz meminta persetujuan, lalu Hafidz mengangguk dan berdiri sambil tersenyum ke arah Naufal yang di balas dengan pandangan tidak suka yang kentara.
Bagi Hafidz itu merupakan bentuk perhatian Naufal padanya meski kata-kata yang di sampaikan Naufal terkesan tidak menyukainya.
"Kau mau pesan apa?"
Hafidz tertegun, tak ada lagi bahasa lo-gue dari Rian, apa artinya Rian telah memaafkannya.
"Gak usah lebay, gimanapun kamu masih saudara sesama muslim, dan lagi aku sudah berjanji pada Niswah untuk berbaikan denganmu, meskipun aku enggan sebenarnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku,Kamu & Seuntai Doa
Romance"Ijinkan aku berpoligami," ucap Hafidz dengan wajah tegang. Niswah menatap tak percaya lelaki dihadapannya lelaki yang ia anggap imam sempurna ternyata menjadi belati yang menusuk relung hatinya. PLAKKKKK...!!! "Aku percaya ketika tanganmu menjabat...