35 [Pahit]

986 108 17
                                    

Jangan kasih kendor 😵😵😵

Sebentar lagi endiiiiinggg 😫😫😫

Yups Happy Reading chinguyaaaa 😊😊😊
👇👇👇

 











 

 

 

 


"Tan, Jungkook tidak bernafas..."

Tan sontak memberhentikan langkahnya dan berbalik melihat Namjoon. Namjoon sudah mematung dengan air mata yang perlahan mengalir. Jungkook dalam gendongannya tak bergerak, kepalanya terkulai lemas di bahu kiri Namjoon dengan tangan yang tak bertautan seperti semula.

Tan pun berjalan mendekat, ia raba seluruh tubuh Jungkook. Tak ada pergerakan apapun darinya.

"Jungkook-ah... Bangunlah, kita hampir sampai." Ujar Tan seraya menggerak-gerakkan tubuh Jungkook dan menegakkan kepalanya. Namjoon semakin terisak, nafas yang semula ia rasakan berhembus di bahunya kini hilang. Kembang dan kempisnya dada Jungkook di punggungnya tak bergerak lagi. Namjoon ketakutan akan suatu hal yang tak pernah ia harapkan.

"Tan... Hiks..." Kaki Namjoon lemas. Tubuhnya ambruk dan berlutut di atas tanah hutan yang lembab. Seketika tubuh Jungkook pun luruh ke tanah karena tenaga Namjoon tiba-tiba menghilang dan tergantikan oleh gemetar dari tulang-tulangnya. Namjoon menangis, membungkuk membelakangi Tan yang berusaha membangunkan Jungkook yang sudah berada di pangkuannya.

"Jungkook-ah... Sadarlah...! Apa kau tidak kasihan pada ayahmu? Dia telah menggendongmu sampai disini... Kau hanya perlu bertahan sebentar lagi..."

Tan yang menyadari tak ada hembusan nafas dari Jungkook segera melakukan pemeriksaan. Dia mencari denyut jantungnya dengan stetoskop, dadanya terasa tenang. Pikiran Tan kacau balau. Tan tak ingin ini terjadi. Dia segera bertindak membaringkan Jungkook di tanah yang cukup rata, tangannya bergerak melakukan CPR ke dada Jungkook sembari menghitungnya.

Namjoon berbalik mendengar suara Tan yang berhitung dengan cepat dan terengah-engah. Namjoon semakin ketakutan dan menangis kencang saat melihat sahabatnya sedang berusaha mengembalikan Jungkook. Namjoon lantas mengelus kepala Jungkook, menatap wajah polos anaknya yang sudah memucat dan membiru, ia semakin terisak sembari merapalkan doa.

"Maafkan ayah, Jungkook-ie... Hiks... Karena ayah, kau menjadi seperti ini... Jika saja ayah tidak membawamu kesini, kau tak akan jadi seperti ini... Hiks... Mianhaeyo... Bertahanlah, nak... Jebal..." Namjoon menangis deras sembari membelai kepala Jungkook dengan kasih sayang. Sementara Tan sibuk memberi kompresi dada padanya tanpa henti.

"Satu... Dua... Satu... Dua.." Keringat Tan telah mengucur sejagung-jagung. Kedua tangannya menekan dada Jungkook lalu melepaskannya, begitu seterusnya. Seluruh tenaganya ia kerahkan, mengembalikan aliran listrik di jantung Jungkook.

"Ayo nak bangun... Hiks... Bangunlah dan kita akan pulang... Kita cari Seokjin hyung... Mulai sekarang kau boleh menemuinya kapanpun... Kau bahkan boleh tinggal bersamanya... Hiks... Kajja buka matamu..." Racauan Namjoon semakin menjadi. Dia teramat takut jika Jungkook benar-benar meninggalkannya.

Tan masih berusaha membangunkan Jungkook. Hingga di tiga hentakan terakhir ia melakukannya dengan sangat keras.

"... Dua... Satu... Dua..."

"Hah... Hah... Hah..." Tiba-tiba manik Jungkook membuka, nafasnya amburadul tak tentu irama dengan peluh yang perlahan keluar membanjiri seluruh permukaan wajahnya.

Gwenchana, Hyungnim Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang