Jungkook masih terpejam. Wajah damai dengan selang menghias seluruh tubuhnya. Banyak alat medis yang menyangkut dibeberapa titik vitalnya. Rasanya siapapun yang melihat tak akan pernah tega.
Sudah tiga jam ini pria berusia hampir setengah abad masih setia menemani anaknya yang terbaring lemah. Tak ada yang berubah dari tubuhnya, Namjoon masih sama, menatap kelopak mata anaknya yang tak kunjung membuka.
Rasa sakit di hati kian bertambah. Penyesalan dan perasaan bersalah membuat dirinya menangis seorang diri. Tak ada yang menenangkan Namjoon, air mata yang sedari tadi menetes tak henti mengering. Bagai hulu yang mengalirkan air hingga ke hilir.
Namjoon merasa dirinya benar-benar bodoh. Dikelabuhi oleh istrinya sendiri yang telah tega menganiaya Jungkook hingga sebesar ini. Dari kecil, bahkan bibi Ahn tahu mengenai perilaku Irene. Tetapi mengapa dirinya yang seorang suami dan ayah tak pernah tahu dan tak pernah curiga? Apa yang ia lakukan sebagai seorang kepala rumah tangga? Permasalahan besar yang sangat serius dan berbahaya bisa luput dari penglihatannya selama bertahun-tahun.
Namjoon merutuki dirinya sendiri. Teramat bodoh, sangat bodoh. Untuk apa otak cerdas dalam hal bisnis, jika keluarganya sendiri tak dapat ia jaga dengan sepenuh hati? Membiarkan monster jahat mengorak-arik tubuh anaknya hingga tak berdaya. Tubuh Jungkook sekarang penuh dengan luka lebam. Ia baru menyadarinya.
"Kau bodoh, Namjoon! Sungguh bodoh! Kau tidak pantas menjadi seorang ayah!"
Disaat keterpurukan Namjoon memuncak, Seokjin datang menghampiri. Langkahnya tegap disertai tatapan matanya yang berkaca namun tajam.
Langkah kakinya semakin mendekat. Dia berdiri tepat dibelakang Namjoon. Sejenak menatap tubuh adiknya yang tak bergerak. Rasanya menyakitkan melihat adiknya sendiri yang baru ia sadari kini hanya tertidur.
Seokjin semakin terbawa emosi. Saat-saat dimana kedua matanya melihat secara nyata adiknya disiksa oleh ibu angkatnya. Adiknya terlihat begitu kesakitan dan terkekang oleh kedua tangan monster itu. Bagaikan binatang sembelihan yang hanya bisa pasrah menerima hujaman orang. Wanita iblis yang menjelma menjadi seorang ibu hanya demi melukai fisik dan batin Jungkook.
Sudah berapa lama manusia keji itu menganiaya Jungkook? Sudah sejak kapan adiknya menahan rasa sakit tanpa henti? Seokjin tak dapat membayangkan, bagaimana kehidupan adiknya sebelum ini. Anak kecil yang membutuhkan kasih sayang dan kehangatan dari keluarga, harus menerima segala siksaan tanpa ampun.
Srettt
Namjoon menoleh kebelakang, menyadari sesuatu disodorkan padanya. Secarik amplop putih besar yang diberikan Seokjin padanya.
"Penuhi panggilan kejaksaanmu!" Seru Seokjin datar. Meskipun Seokjin berusaha menegaskan nada seruannya, gemetar suaranya tak dapat disembunyikan, mengisyaratkan jika ia tengah menahan emosi yang melanda.
Bingung dirasakan Namjoon. Pria itu tak berucap apapun. Mengapa tiba-tiba Seokjin mengulurkan amplop ini? Dan untuk apa dirinya harus memenuhi panggilan kejaksaan?
Namjoon meraih kertas bersih itu pelan. Ia mulai membaca kop amplop yang tercetak dimuka.
Kejaksaan Agung Seoul
Debaran jantungnya perlahan menghampiri meskipun ia belum tahu apa isinya. Dia beranikan diri membuka amplop lalu menarik kertas didalamnya. Satu buah kertas ia dapatkan. Netranya mulai membaca setiap baris yang tercetak. Awalnya ia tak mengerti apa maksudnya. Hingga di bagian inti, Namjoon terperanjat bukan main. Jantungnya seakan copot dan hatinya yang hancur berkeping-keping.
"Pengembalian hak asuh Jeon Jungkook kepada kakak kandungnya - Jeon Seokjin"
Namjoon menggeleng tak percaya. Ia tak percaya jika Seokjin ternyata mengetahui fakta ini. Sejak kapan Seokjin menyembunyikan pengetahuannya tentang Jungkook?

KAMU SEDANG MEMBACA
Gwenchana, Hyungnim
Fiksi PenggemarJeon Seokjin dan Jeon Jungkook harus berpisah dengan kedua orang tuanya dalam insiden kebakaran rumah. Kejadian tragis yang menimpa keluarganya membuat dirinya harus hidup dalam sebuah panti asuhan. Alih-alih ingin selalu bersama dengan Jungkook, Se...