04 [Mulai Mengerti]

1.3K 134 0
                                    

Pagi mulai tersibak. Matahari naik menampakkan sinar kuningnya dari ufuk timur. Membangunkan pepohonan yang terselimut embun. Menyapa para burung dan ayam yang berkokok kasar dan nyaring di halaman rumah manusia.

Jauh dari satu jam yang lalu, para anak-anak manusia ini sudah terbangun dan mempersiapkan diri untuk mandi. Perlengkapan seperti handuk, sabun, shampo, sikat gigi dan pasta selalu mereka tenteng di kedua tangannya. Berdiri, berbaris memanjang adalah pemandangan yang sudah biasa disini. Jejeran kamar mandi yang nampak sedikit kumuh dengan tembok yang sebagian kecil disisi bawahnya termakan lumut dan lantainya terasa licin.

Kamar mandi nomor lima adalah yang selalu ribut dibanding teman-temannya yang lain. Para pengantri yang baru menginjak masa remaja itu terlihat asyik mendorong satu sama lain, tak mau sekolah hari pertamanya terlambat setelah dua minggu mereka libur panjang.

"Yak bisa cepat sedikit, tidak? Disini bukan hanya kau yang akan berangkat sekolah, tengik!" Geraman dari mulut Min Yoongi masuk ke gendang telinga semua anak disini, termasuk orang yang tengah digedor pintunya didalam sana.

Penghuni dalam kamar mandi hanya santai gosok-gosok gigi seraya memijat kepalanya yang penuh dengan busa. Dua tangan dikira cukup sebagai alat membersihkan seluruh tubuhnya.

"Ma! Kau punya mulut bisa diam tidak?! Teriakanmu tepat di gendang telingaku! Kalau ingin berteriak, sana di lapangan!" Satu orang dari barisan kamar mandi disebelahnya merasa terusik dengan jeritan Yoongi yang tepat berada di sampingnya berdiri.

"Apa urusanmu?! Aku berteriak bukan kepadamu, jangan merasa ge-er ya." Sahut Yoongi tak kalah lantang.

Si namja berkulit gelap itu tak terima. Ia hendak meninju wajah Yoongi yang terlihat sangat santai, tapi sayang tangan-tangan temannya segera menghentikan aksi brutal teman sekamarnya. Tepat saat itu, pintu kamar mandi nomor lima terbuka. Yoongi masuk dan mengakhiri pertikaian singkat nan panas itu.

*****

"Hey apa kau yakin ini akan berhasil?" Seokjin menelisik keluar kamar, mengedarkan pandangannya ke ruang-ruang yang berjejer rapi disamping kanan dan kirinya. Hoseok yang kini berdiri dibelakangnya ikut melihat situasi. Saat dikira aman, ia memberi isyarat kepada Seokjin untuk melangkah keluar.

Mereka berjalan dengan hati-hati ke sebuah kamar yang berada di dekat ruang pengurus. Kamar bernomor satu itu sangat sepi jika dilihat dari luar, tapi entah yang terjadi didalam sana.

Seokjin dan Hoseok rela membolos jam pertama yang mana tengah berlangsung sebuah upacara perdana penyambutan kegiatan belajar lagi setelah dua minggu libur. Ide Hoseok yang membawa mereka sampai kesini. Katanya jika ingin membolos, maka kau harus pura-pura sakit saat upacara dan kau harus membawa satu temanmu untuk menemanimu di ruang kesehatan. Saat itulah Seokjin menurut. Ia berpura-pura pusing dan berhasil dibawa ke ruang kesehatan bersama Hoseok.

Kini mereka berhasil menyelinap ke asrama. Izinnya pada penjaga kesehatan adalah dia ingin mengambil obat khusus yang tertinggal di kamar. Dengan mulusnya Seokjin dan Hoseok masuk gerbang asrama dan ke kamar sebentar untuk mengelabuhi para pengurus lalu pergi dari sana hendak ke kamar Jungkook yang berada di lantai bawah.

Pagi-pagi seperti ini anak-anak balita belum ada yang beraktivitas diluar kamar. Mereka akan pergi setelah jam sembilan, itupun hanya ke sebuah taman bermain untuk sekedar belajar dan bernyanyi.

Kamar bernomor satu itu sudah didepan mereka. Dengan penuh kehati-hatian, Hoseok mengintip dari jendela belakang kamar. Terlihat didalam banyak anak kecil tengah duduk bermain lego, ada juga yang bermain mobil-mobilan dan puzzle.

"Ada pengurus?" Tanya Seokjin yang berdiri dibelakang Hoseok.

"Aniya..." Jawab Hoseok seraya kepalanya bergeleng.

Gwenchana, Hyungnim Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang