19 [Menenangkan Diri]

948 120 13
                                    

Double up 😍😍😍😍

Happy Reading 😘😘😘














Jungkook terus berlari sempoyongan kesembarang arah. Beberapa kali kepalanya menoleh kebelakang untuk memastikan jika ibunya sudah tidak mengejarnya lagi.

"Hah... Hah... Hah... Akhh..."

Jungkook akhirnya ambruk. Remaja itu merasakan punggung dan pantatnya sakit dan ngilu. Dari rumahnya dia berlari tanpa menghiraukan luka yang ia punya. Pada akhirnya rasa sakit kembali menghujam tubuh belakangnya tanpa ampun.

Pandangan matanya memburam, ia mengerjapkan matanya berkali-kali untuk menyesuaikan retinanya. Beruntung tak berlangsung lama, korneanya kembali normal.

Dengan susah payah, Jungkook bangkit. Menyangga punggungnya dengan tangan kirinya dan mulai berjalan kearah jalan raya dengan terseok.

Jungkook melambaikan tangan kala terdapat sebuah taxi yang melintas. Ia memutuskan untuk pergi ke kantor ayahnya untuk mengamankan diri dari amukan Irene. Hanya kantor yang dapat ia sambangi, selebihnya tidak ada. Dia tidak mempunyai teman akrab, dia juga tidak memiliki sanak saudara di Seoul.

Didalam taxi, pandangan buramnya kembali. Kali ini disertai kepalanya yang pening. Jungkook memejamkan mata untuk kembali merasa lebih baik. Hal itu selalu ia lakukan untuk mengembalikan fungsi organ tubuhnya yang kian hari kian melemah.

Taxi pun sampai. Jungkook segera keluar dan masuk ke kantor ayahnya tanpa membayar ongkos perjalanan. Menyadari penumpangnya tak kunjung memberi uang, supir taxi itu segera mengejar hingga memasuki ruang kantor.

"Haksaeng, kau belum membayarnya..."

Namun Jungkook tak urus. Ia masih berkutik dengan kepalanya yang semakin memberat. Dia butuh kasur sekarang. Dia harus segera sampai di ruangan ayahnya dan tidur disana.

Sementara sopir taxi tadi mengejar, Jungkook dengan cepat berjalan menuju lift. Belum juga ia masuk kedalam lift, kepalanya semakin pusing dan berputar-putar.

"Arggh..." Jungkook berhenti, mengerang seraya meremat surainya yang sudah berantakan. Sopir taxi semakin dekat, namun seorang satpam menghadang dan melarang paman itu menyentuh Jungkook.

"Arrggghhh sakiittt..." Teriaknya lagi seolah meminta bantuan. Hari sudah petang, tak ada karyawan yang masih bekerja disini. Semuanya sudah pulang, kecuali para satpam dan beberapa karyawan yang lembur.

Sementara rasa sakit itu kian menyerang, Jungkook tak dapat menahannya lagi. Dia terjatuh dan tak sadarkan diri di depan pintu lift.

"Aden...!" Satpam itu terkejut, Jungkook tiba-tiba terjatuh dan tak sadarkan diri. Dia segera melepas tangan supir taxi lalu menghampiri Jungkook. Supir taxi pun ikut terkejut. Jika dia tahu, dia mungkin tak akan sampai mengejarnya hingga sampai kedalam kantor.

Ting tong

Pintu lift terbuka. Menampakkan seorang laki-laki dengan setelan kemeja dan menjinjing tas kantor keluar dari badan lift. Seketika matanya terbelalak lebar kala yang pertama kali menyapa pandangannya adalah sesosok siswa yang terbaring tak berdaya didepan matanya.

"Astaga, haksaeng! Bangunlah, haksaeng!" Lelaki itu segera menggoyang-goyangkan tubuh Jungkook yang masih terbalut seragam sekolah, berharap haksaeng itu segera bangun.

Wajah Jungkook sangat pucat. Ada aliran darah dari kedua telapak tangannya. Setelah pria berkemeja biru muda itu meletakkan punggung tangannya di kening Jungkook, dia merasakan hawa panas menyapa kulitnya.

Gwenchana, Hyungnim Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang